Commuter line kembali mengalami gangguan. Kali ini terjadi masalah signal kereta, sehingga kuda besi tersebut tidak dapat melaju.
Masalah signal tersebut terjadi sejak pukul 06.30 WIB, sampai sekitar pukul 10 pagi. Commuter line yang terkena gangguan signal tersebut beÂrada di antara wilayah Bogor, hingga Pasar Minggu. Setelah Pasar Minggu, tidak terjadi gangguan signal, dan kereta bisa berjalan normal.
Error-nya signal
Commuter line ini membuat kereta di sepaÂnjang rute tersebut sempat tidak bergerak. Akibatnya, terjadi penumpukan penumpang di seÂjumlah stasiun.
Salah satunya terjadi di Stasiun Depok, Jawa Barat. Ribuan calon penumpang Kereta Rel Listrik (KRL)
Commuter Line tujuan Jakarta lalu-lalang, dan tampak kebingungan di dalam stasiun. Beberapa penumpang berulang kali terlihat menghampiri petuÂgas, untuk menanyakan kapan kereta akan kembali normal.
Karena saat itu petugas tidak bisa memberikan kepastian, seÂbagian calon penumpang memiÂlih untuk meninggalkan stasiun, dan beralih menggunakan moda transportasi lain.
"Kalau nunggu terus tak bisa juga. Kan waktu itu tak tahu sampai kapan, sementara kerÂjaan menumpuk di kantor. Jadi mending ganti angkutan deh," ujar Patrioni, salah seorang penumpang yang memilih keÂluar stasiun.
Agar tak dikenakan potongan saldo, pihak stasiun meminta penumpang yang memilih keluar untuk tidak menggunakan sendirikartunya. Mereka diminta melapor kepada petugas yang berjaga, untuk kemudian petugas tersebut yang melakukan tapping out dengan kartu miliknya.
Setelah keluar dari gate elekÂtronik, penumpang diminta untuk melaporkan ke petugas loket. Agar kartu yang tadinya sudah digunakan untuk melakuÂkan tapping in dinormalkan kembali. "Supaya saldo kami tidak berkurang, karena ini kan bukan kesalahan penumpang," imbuhnya.
Sementara itu, tidak sedikit calon penumpang yang bingung karena sudah terlanjur memarkir kendaraan. Banyaknya penÂumpang yang memilih untuk menunggu, menyebabkan peron penuh sesak.
Sebagian pe numpang ada yang duduk di peron, dan di bagian tangga. Ada pula penumpangyang memilih duduk di atas rel, karena sulit berdiri di peron.
"Petugas mau melarang juga gimana. Penumpangnya terlalu banyak, dan kereta tidak ada yang jalan," ucap Patrioni.
Kondisi serupa terjadi di Stasiun Bojong Gede, Bogor. Ratusan penumpang menumpuk di tempat ini, karena tidak memiÂliki moda transportasi alternatif. Mereka pun memilih duduk di sekitar peron, sambil mengobrol dengan sesama penumpang dan main HP. Sementara itu di deÂpan mereka, terdapat rangkaian kereta yang sedang tidak bisa bergerak.
Jika KRLbermasalah, dampaknya memang luar biasa. Bagaimana tidak, data PT KCJ, setiap harinya mereka mengangkutsekitar 600 sampai 700 ribu orang. Penumpang KRL naik dua kali lipat, tepatnya sejak
E-Ticketing dan Tarif Progresif diberlakukan 1 Juli 2013.
Gangguan KRL ini pun mendaÂpat sorotan dari penumpang. Pasalnya, gangguan semacam ini sudah terjadi berkali-kali. Akibatnya, para pengguna setia Commuter pun merasa aktivitasÂnya telah banyak terganggu.
Rudi, warga Bojonggede, Bogor, mengaku kesal dengan pelayanan KCJ yang kurang profesional. Menurutnya, berÂbagai gangguan teknis perÂjalanan KRL seharusnya bisa diantisipasi.
"Kalau misalnya ada longsor atau banjir, lalu perjalanan KRL terganggu, ya kita bisa maklum. Tetapi kalau gangguan teknis kan bisa diantisipasi dengan rutin melakukan pengecekan," katanya.
Rudi mengingatkan, pertengahan Januari lalu perjalanan
Commuter Line juga sudah terganggu beberapa jam, lantaran terjadi kerusakan rel. "Sekarang, signalnya yang error," tandasnya.
Kejadian serupa pernah terÂjadi pada pertengahan Januari 2016. Kereta rusak saat jam sibuk, pagi hari. "Saya heran dengan Commuter, kenapa banyak kejadian bisa terjadi pas jam kerja. Memang selama ini perawatannya bagaimana," tanyanya.
Kekesalan yang sama juga disampaikan Rina yang sudah dua jam lebih berada dalam KRL. Waktu tempuh KRL dari Stasiun Bojong Gede sampai Lenteng Agung yang biasanya hanya 20 menit, kini menjadi dua jam lebih.
"Saya berangkat dari Bojong Gede jam 6 pagi. Tetapi suÂdah pukul 8 pagi, baru sampai Lenteng Agung. Dua jam lebih saya di KRL, padahal biasanya waktu tempuh sampai Stasiun Jakarta Kota sekiitar 1,5 jam," katanya.
Rina pun mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam membenahi transportasi publik. Pasalnya, kasus semacam ini masih terus berulang.
"Pemerintah terus mendorong supaya kita naik alat transporÂtasi publik. Saya salah satu yang mendukung naik KRL, meski saya punya motor dan mobil. Tapi kalau KRL sering gangÂguan begini, sama saja omong kosong," tandasnya.
Rina pun berharap, pemerintah,PT KAI, PT KCJ harus segera berbenah. Mereka dituntut unÂtuk sering turun ke lapangan, milihat keadaan yang sebeÂnarnya. "Jangan hanya tahu teori, mendorong-dorong transÂportasi publik, tapi tidak siap," tandasnya.
Berdasarkan pantauan, di Stasiun Depok dan Bojong Gede, kereta mulai berjalan normal kembali sekitar pukul 9 pagi. Saat itu, yang diberangkatkan baru kereta di jalur 1. Sementara untuk kereta pada jalur 2 dan 3, mulai beroperasi sekitar setengahjam kemudian.
Namun, hingga pukul 11.40 WIB, masih terlihat penumpukan kendaraan dan calon penumpang sepanjang akses menuju stasiun. Pasalnya, kelompok penumpang yang akan meninggalkan stasiun bertemu penumpang lain yang menuju stasiun.
Lalu, meski ada kereta yang melintas, ratusan penumpang ini juga tidak bisa langsung tertamÂpung seluruhnya akibat kereta sudah penuh penumpang.
Latar Belakang
Kartu Penumpang Tetap Dipotong 2 RibuBanyak calon penumpang protes karena tetap dipotong Rp 2 ribu, saat keluar dari stasiun akibat KRLmengalami gangÂguan kemarin pagi. Intinya, sudah dirugikan, harus bayar pula.
Rp 2 ribu ini, dikenakan keÂpada penumpang yang masuk ke stasiun, kemudian keluar di staÂsiun yang sama pula. Aturan ini sudah beberapa lama dilakukan. Aturan ini merugikan saat kereta ada gangguan dan penumpang terlanjur sudah masuk ke stasiun. Kesalahan tentu bukan ada di penumpang.
@CommuterLine terus penÂumpang yg terburu2 dan keÂluar stasiun msh didenda 2rb gitu? "Lagi2 menang banyak @PTKAI," tulis @Ares_Heika di Twitter seperti dikutip Rabu (3/2/2016) pagi.
"Kalo masih sering gangguan nggak usah sok ngedenda penumpang. Kalo udah bener dan NGGAK pernah gangguan lg baÂru kasih denda," sambungnya.
Irene, calon penumpang yang tertahan di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, juga mengeluhkan hal yang sama. Karena KRL menÂgalami gangguan, dia pun keluar dari stasiun untuk naik angkutan umum. "Tapi pas tap out kena lagi Rp 2.000," ujarnya.
PT KCJ pun diminta segera berbenah. "Cuma bisa bilang semoga Tuhan pulihkan transporÂtasi publik Jakarta.
They're all sickening," ujar Irene yang pagi kemarin terlambat ke kantornya di Casablanca, Jakarta Selatan.
Di media sosial banyak sekali yang mengeluhkan harus baÂyar Rp 2.000 saat keluar dari stasiun. Padahal, mereka yang dirugikan karena KRL mengaÂlami gangguan.
Di beberapa stasiun, PT KCJ memberikan
free out atau mengambil uang Rp 2 ribu di loket. Tetapi, nyatanya ada potongan Rp 2 ribu, dan saat diklaim, petugas di loket tak tahu. Banyak penumpang yang akhirnya mengalah. "Ya udahlah, kena Rp 2 ribu, amsiong," ujar Riki calon penumpang lainnya.
Soal ini, Manager Corporate Communication PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ), Eva Chairunnisa sudah memÂberi penjelasan. Menurutnya, seharusnya calon penumpang diperkenankan melakukan
free out apabila ingin menggunakan moda transportasi lain.
"Bagi para pengguna KRL di stasiun Bogor hingga Pasar Minggu yang telah masuk ke area peron namun belum daÂpat melalukan perjalanan, apaÂbila akan menggunakan moda transportasi lain diperkenankan melakukan
free out, atau kemÂbali keluar
gate tanpa dikenakan penalti," ucapnya.
Dia mengatakan, sebelumÂnya PT KCJ telah menyiapkan sistem tersendiri. Khusus untuk kejadian tak normal, setiap penÂumpang dapat keluar dari gate stasiun yang sama tanpa dikenai tarif. "Kalau terjadi gangguan, penumpang bisa keluar
gate menggunakan kartu master milik petugas kami," terangnya. ***