Berita

foto:net

On The Spot

Setelah Kerusakan Rel, Signal Commuter Line Error

Nasib Penumpang Kuda Besi Di Awal 2016
KAMIS, 04 FEBRUARI 2016 | 09:53 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Commuter line kembali mengalami gangguan. Kali ini terjadi masalah signal kereta, sehingga kuda besi tersebut tidak dapat melaju.

Masalah signal tersebut terjadi sejak pukul 06.30 WIB, sampai sekitar pukul 10 pagi. Commuter line yang terkena gangguan signal tersebut be­rada di antara wilayah Bogor, hingga Pasar Minggu. Setelah Pasar Minggu, tidak terjadi gangguan signal, dan kereta bisa berjalan normal.

Error-nya signal Commuter line ini membuat kereta di sepa­njang rute tersebut sempat tidak bergerak. Akibatnya, terjadi penumpukan penumpang di se­jumlah stasiun.

Salah satunya terjadi di Stasiun Depok, Jawa Barat. Ribuan calon penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line tujuan Jakarta lalu-lalang, dan tampak kebingungan di dalam stasiun. Beberapa penumpang berulang kali terlihat menghampiri petu­gas, untuk menanyakan kapan kereta akan kembali normal.

Karena saat itu petugas tidak bisa memberikan kepastian, se­bagian calon penumpang memi­lih untuk meninggalkan stasiun, dan beralih menggunakan moda transportasi lain.

"Kalau nunggu terus tak bisa juga. Kan waktu itu tak tahu sampai kapan, sementara ker­jaan menumpuk di kantor. Jadi mending ganti angkutan deh," ujar Patrioni, salah seorang penumpang yang memilih ke­luar stasiun.

Agar tak dikenakan potongan saldo, pihak stasiun meminta penumpang yang memilih keluar untuk tidak menggunakan sendirikartunya. Mereka diminta melapor kepada petugas yang berjaga, untuk kemudian petugas tersebut yang melakukan tapping out dengan kartu miliknya.

Setelah keluar dari gate elek­tronik, penumpang diminta untuk melaporkan ke petugas loket. Agar kartu yang tadinya sudah digunakan untuk melaku­kan tapping in dinormalkan kembali. "Supaya saldo kami tidak berkurang, karena ini kan bukan kesalahan penumpang," imbuhnya.

Sementara itu, tidak sedikit calon penumpang yang bingung karena sudah terlanjur memarkir kendaraan. Banyaknya pen­umpang yang memilih untuk menunggu, menyebabkan peron penuh sesak.

Sebagian pe numpang ada yang duduk di peron, dan di bagian tangga. Ada pula penumpangyang memilih duduk di atas rel, karena sulit berdiri di peron.

"Petugas mau melarang juga gimana. Penumpangnya terlalu banyak, dan kereta tidak ada yang jalan," ucap Patrioni.

Kondisi serupa terjadi di Stasiun Bojong Gede, Bogor. Ratusan penumpang menumpuk di tempat ini, karena tidak memi­liki moda transportasi alternatif. Mereka pun memilih duduk di sekitar peron, sambil mengobrol dengan sesama penumpang dan main HP. Sementara itu di de­pan mereka, terdapat rangkaian kereta yang sedang tidak bisa bergerak.

Jika KRLbermasalah, dampaknya memang luar biasa. Bagaimana tidak, data PT KCJ, setiap harinya mereka mengangkutsekitar 600 sampai 700 ribu orang. Penumpang KRL naik dua kali lipat, tepatnya sejak E-Ticketing dan Tarif Progresif diberlakukan 1 Juli 2013.

Gangguan KRL ini pun menda­pat sorotan dari penumpang. Pasalnya, gangguan semacam ini sudah terjadi berkali-kali. Akibatnya, para pengguna setia Commuter pun merasa aktivitas­nya telah banyak terganggu.

Rudi, warga Bojonggede, Bogor, mengaku kesal dengan pelayanan KCJ yang kurang profesional. Menurutnya, ber­bagai gangguan teknis per­jalanan KRL seharusnya bisa diantisipasi.

"Kalau misalnya ada longsor atau banjir, lalu perjalanan KRL terganggu, ya kita bisa maklum. Tetapi kalau gangguan teknis kan bisa diantisipasi dengan rutin melakukan pengecekan," katanya.

Rudi mengingatkan, pertengahan Januari lalu perjalanan Commuter Line juga sudah terganggu beberapa jam, lantaran terjadi kerusakan rel. "Sekarang, signalnya yang error," tandasnya.

Kejadian serupa pernah ter­jadi pada pertengahan Januari 2016. Kereta rusak saat jam sibuk, pagi hari. "Saya heran dengan Commuter, kenapa banyak kejadian bisa terjadi pas jam kerja. Memang selama ini perawatannya bagaimana," tanyanya.

Kekesalan yang sama juga disampaikan Rina yang sudah dua jam lebih berada dalam KRL. Waktu tempuh KRL dari Stasiun Bojong Gede sampai Lenteng Agung yang biasanya hanya 20 menit, kini menjadi dua jam lebih.

"Saya berangkat dari Bojong Gede jam 6 pagi. Tetapi su­dah pukul 8 pagi, baru sampai Lenteng Agung. Dua jam lebih saya di KRL, padahal biasanya waktu tempuh sampai Stasiun Jakarta Kota sekiitar 1,5 jam," katanya.

Rina pun mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam membenahi transportasi publik. Pasalnya, kasus semacam ini masih terus berulang.

"Pemerintah terus mendorong supaya kita naik alat transpor­tasi publik. Saya salah satu yang mendukung naik KRL, meski saya punya motor dan mobil. Tapi kalau KRL sering gang­guan begini, sama saja omong kosong," tandasnya.

Rina pun berharap, pemerintah,PT KAI, PT KCJ harus segera berbenah. Mereka dituntut un­tuk sering turun ke lapangan, milihat keadaan yang sebe­narnya. "Jangan hanya tahu teori, mendorong-dorong trans­portasi publik, tapi tidak siap," tandasnya.

Berdasarkan pantauan, di Stasiun Depok dan Bojong Gede, kereta mulai berjalan normal kembali sekitar pukul 9 pagi. Saat itu, yang diberangkatkan baru kereta di jalur 1. Sementara untuk kereta pada jalur 2 dan 3, mulai beroperasi sekitar setengahjam kemudian.

Namun, hingga pukul 11.40 WIB, masih terlihat penumpukan kendaraan dan calon penumpang sepanjang akses menuju stasiun. Pasalnya, kelompok penumpang yang akan meninggalkan stasiun bertemu penumpang lain yang menuju stasiun.

Lalu, meski ada kereta yang melintas, ratusan penumpang ini juga tidak bisa langsung tertam­pung seluruhnya akibat kereta sudah penuh penumpang.

Latar Belakang
Kartu Penumpang Tetap Dipotong 2 Ribu


Banyak calon penumpang protes karena tetap dipotong Rp 2 ribu, saat keluar dari stasiun akibat KRLmengalami gang­guan kemarin pagi. Intinya, sudah dirugikan, harus bayar pula.

Rp 2 ribu ini, dikenakan ke­pada penumpang yang masuk ke stasiun, kemudian keluar di sta­siun yang sama pula. Aturan ini sudah beberapa lama dilakukan. Aturan ini merugikan saat kereta ada gangguan dan penumpang terlanjur sudah masuk ke stasiun. Kesalahan tentu bukan ada di penumpang.

@CommuterLine terus pen­umpang yg terburu2 dan ke­luar stasiun msh didenda 2rb gitu? "Lagi2 menang banyak @PTKAI," tulis @Ares_Heika di Twitter seperti dikutip Rabu (3/2/2016) pagi.

"Kalo masih sering gangguan nggak usah sok ngedenda penumpang. Kalo udah bener dan NGGAK pernah gangguan lg ba­ru kasih denda," sambungnya.

Irene, calon penumpang yang tertahan di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, juga mengeluhkan hal yang sama. Karena KRL men­galami gangguan, dia pun keluar dari stasiun untuk naik angkutan umum. "Tapi pas tap out kena lagi Rp 2.000," ujarnya.

PT KCJ pun diminta segera berbenah. "Cuma bisa bilang semoga Tuhan pulihkan transpor­tasi publik Jakarta. They're all sickening," ujar Irene yang pagi kemarin terlambat ke kantornya di Casablanca, Jakarta Selatan.

Di media sosial banyak sekali yang mengeluhkan harus ba­yar Rp 2.000 saat keluar dari stasiun. Padahal, mereka yang dirugikan karena KRL menga­lami gangguan.

Di beberapa stasiun, PT KCJ memberikan free out atau mengambil uang Rp 2 ribu di loket. Tetapi, nyatanya ada potongan Rp 2 ribu, dan saat diklaim, petugas di loket tak tahu. Banyak penumpang yang akhirnya mengalah. "Ya udahlah, kena Rp 2 ribu, amsiong," ujar Riki calon penumpang lainnya.

Soal ini, Manager Corporate Communication PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ), Eva Chairunnisa sudah mem­beri penjelasan. Menurutnya, seharusnya calon penumpang diperkenankan melakukan free out apabila ingin menggunakan moda transportasi lain.

"Bagi para pengguna KRL di stasiun Bogor hingga Pasar Minggu yang telah masuk ke area peron namun belum da­pat melalukan perjalanan, apa­bila akan menggunakan moda transportasi lain diperkenankan melakukan free out, atau kem­bali keluar gate tanpa dikenakan penalti," ucapnya.

Dia mengatakan, sebelum­nya PT KCJ telah menyiapkan sistem tersendiri. Khusus untuk kejadian tak normal, setiap pen­umpang dapat keluar dari gate stasiun yang sama tanpa dikenai tarif. "Kalau terjadi gangguan, penumpang bisa keluar gate menggunakan kartu master milik petugas kami," terangnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jelang Lengser, Jokowi Minta Anak Buah Kendalikan Deflasi Lima Bulan Beruntun

Senin, 07 Oktober 2024 | 10:00

Kekerasan Terhadap Etnis Uighur Ubah Hubungan Diplomatik di Asteng dan Astim

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:57

Zulhas Janji akan Kaji Penyebab Anjloknya Harga Komoditas

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:49

2 Wanita ODGJ Hamil, Kepala Panti Sosial Dituding Teledor

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:46

Hubungan Megawati-Prabowo Baik-baik Saja, Pertemuan Masih Konsolidasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:36

Pasar Asia Menguat di Senin Pagi, Nikkei Dibuka Naik 2 Persen

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:30

Riza Patria Minta Relawan Pakai Medsos Sosialisasikan Program

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:29

Penampilan 3 Cawagub Dahsyat dalam Debat Pilkada Jakarta

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:26

Aramco Naikkan Harga Minyak Mentah Arab Light untuk Pembeli di Asia

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:17

PDIP Ingatkan Rakyat Tak Pilih Pemimpin Jalan Pintas

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:16

Selengkapnya