Berita

Catat, Banyak Pengikut Di Medsos Bukan Jaminan Menang Di Pemilu

SENIN, 01 FEBRUARI 2016 | 02:36 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens tidak terkejut dengan besarnya jumlah pengikut Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di media sosial.

Berdasarkan hasil riset Instute for Transformation Studies (INTRANS) di media sosial seperti, Facebook fans, Twitter followers, Instragram followers, Google+ followers, dan YouTube subscribers yang dirilis Jumat kemarin, PSI berada di urutan ketiga partai paling banyak pengikut dengan jumlah 1,1 juta.

Sementara posisi pertama dan kedua masing-masing diduduki Partai Gerindra (3,8 juta followers) dan PDIP (1,6 juta pengikut).


Menurut Boni, banyaknya pendukung PSI di media sosial karena partai pimpinan Grace Natalie tersebut bisa menjadi partai alternatif.

"PSI sebagai partai alternatif bagi anak muda dan kelas menengah perkotaan di tengah kebosanan mereka terhadap program-program yang ditawarkan partai-partai yang sudah mapan saat ini," jelas Boni Hargens saat dihubungi (Minggu, 31/1).

Namun para anak muda dan juga kelas menengah perkotaan ini, kata Boni, masih ingin melihat gebrakan dan apa yang ditawarkan oleh partai debutan tersebut dibanding dengan partai yang sudah ada.

"Yang pasti mereka (pengurus PSI) semuanya baru yang belum terkontaminasi dengan kondisi politik yang ada, sehingga diharapkan mempunyai tawaran yang menggiurkan yang diharapkan kalangan urban," harap dia.

Di era digital saat ini, Boni mengungkapkan semua partai politik pasti akan menggarap media sosial sebagai alat kampanye mereka.

Caranya, parpol akan melakukan modifikasi cara kampanye dengan mendekati kalangan anak muda dan kaum perkotaan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook agar mereka lebih mengenal program-program yang ditawarkan oleh partai.

"Tapi perlu diingat jumlah pemilih di perkotaan dan anak muda tidak menjadi penentu utama dalam pemilu. Soalnya masih banyak pemilih yang tinggal di pedesaan dan tidak terjangkau internet," sebut dia.

Dengan demikian, banyaknya pengikut di media sosial tidak berbanding lurus dengan banyaknya pemilih pada pemilu 2019. "Media sosial hanya salah satu cara untuk menggaet pemilih," tandasnya.

Selain itu, followers juga belum tentu suka apa yang diikutinya. "Jadi masih harus dipilah-pilah dulu, mana followers yang selalu memperbincangkan secara positif dan mana yang tidak. Kalau positif bisa dipastikan akan menjadi pemilih bagi partai yang bersangkutan," pungkasnya. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya