Analis keamanan dan intelijen, Connie Rahakundini Bakrie, menyesali sikap para pejabat negara dan keamanan yang tidak mau mengakui bahwa pengamanan di Indonesia lengah, menyusul aksi teror di Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta, tadi pagi.
"Saya sangat menyesali. Dari pagi sampai malam ini pernyataan pejabat yang paling tepat menurut saya cuma Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang mengatakan kita lengah," kata Connie ketika diwawancarai sebuah stasiun televisi, beberapa saat lalu, Kamis malam (14/1).
Connie menyebut ada dua kejadian yang seharusnya membuat aparat keamanan Indonesia meningkatkan kewaspadaannya akan aksi teroris.
Pertama adalah
travel warning dari pemerintah Amerika Serikat kepada warga negaranya yang dikeluarkan pada 7 Januari 2016. Yang terjadi malah, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mempertanyakan dasar dikeluarkannya
travel warning oleh AS. Retno mengklaimsituasi keamanan dalam negeri RI kondusif.
"Tanggal 7 Januari Amerika Serikat keluarkan
travel warning. Tidak mungkin mereka keluarkan
statement semata-mata, kalau enggak ada apa-apa. Tapi Menlu katakan negara ini aman dan
travel warning itu dikeluarkan tanpa konsultasi," sesal Connie.
"Terorisme adalah bencana umat manusia. Yang paling penting terjadi adalah
sharing informations, harusnya bukan dibantah
dong, tapi tanya kenapa seperti itu (keluar
travel warning)," tambah Connie.
Kejadian kedua adalah pembatalan sepihak dari Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adil al-Jubair, terhadap rencana lawatannya ke Jakarta untuk pertemuan dengan Menlu RI. Kabar pembatalan itu diterima pihak Kemenlu RI kemarin malam, atau tak kurang dari sehari menjelang serangan teror menghantam kawasan Sarinah.
Karena itu, ia menganggap wajar spekulasi bahwa pemerintah Arab Saudi telah lebih dulu menerima informasi intelijen bahwa Jakarta akan dilanda serangan teror, sehingga Jubair membatalkan kunjungannya.
[ald]