Berita

ilustrasi/net

PDIP Bertanggungjawab Organisir Rakyat Dan Berjuang Wujudkan Trisakti

SENIN, 04 JANUARI 2016 | 23:18 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

. Partai politik harus mulai melakukan kerja pengorganisasian masyarakat, dan tidak hanya berhenti pada orientasi kemenangan berpolitik meraih kekuasaan semata.

Demikian disampaikan sosoilog UGM, Arie Sudjito, saat berbicara di forum diskusi pakar Roundtable Discussion "Mewujudkan Tri Sakti Dengan Pembangunan Semesta Berencana Untuk Indonesia Raya" di Ruang Sekip, University Centre UGM Yogyakarta (Senin, 4/1).

Sorotan tajam dari doktor ilmu sosiologi di UGM itu untuk mengingatkan para pengurus parpol agar ke depan lebih aktif ajak publik dan rakyat agar mau terlibat dalam keputusan penting di Indonesia. Selama ini,  masyarakat disebutkan kurang terlibat, karena secara sosial  setiap putusan politik kurang partisipasi publik. Sekarang sudah waktunya tiap keputusan politik bergeser dari elitis jadi praksis.


"Rakyat harus mulai dibiasakan tidak langsung bawa masalah politik ke ranah hukum. Ajak dan beri ruang debat tentang kekuasaan. Kalau ada masalah bukan langsung di bawa jadi masalah hukum,  politik harus ditandai dengan debat habis-habisan, sengketa politik harus dibahas, ini harus diberi ruang, politik jangan sampai teramputasi," kata Arie Sujito.

Doktor ilmu sosiologi yang aktif perjuangkan masalah desa ini menambahkan ia merasakan optimisme dari riset yang pernah dilakukan. Hak ini terlihat dari partisipasi rakyat dalam pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif hingga pilpres.

"Memang ada dinamika, beberapa berujung simplifikasi pada aspek hukum. Kita butuh adanya civic education, pendidikan politik yang lebih sentuh masalah dan problema rakyat," katanya.

Selama 32 tahun kepemimpinan Orde Baru, lanjutnya,telah membuat kondisi politik di tanah air dipenuhi racun yang menjauhkan rakyat dari politik. Dibutuhkan detoksifikasi racun politik orde baru. Ke depan, Arie menyatakan partai harus punya blue print, manifesto politik yang operasional. PDI Perjuangan punya kesempatan lahirkan kader yang ideologis, mampu bekerja di setiap lini.

Arie Sujito meyakini secara sosiologi masyarakat Indonesia punya akar kultural untuk lahirkan semangat marhaenisme."Saya kira saat  ini pekerjaan pemikir pejuang dan pejuang pemikir, masih relevan. Sayangnya tidak semua pemikir mau organik, bekerja melalui praksis organik, tinggal kemampuan mengelola dan hilangkan racun masa lalu," katanya.

Bagi dosen yang semasa kuliah aktif di pergerakan mahasiswa ini, ideologi itu sebenarnya enak dikunyah. "Kalau sekarang digelorakan revolusi mental, jelas butuh corak kepemimpinan yang lebih tegas, bagaimana jalankan demokrasi untuk selamatkan ideologi," katanya.

Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Hukum UGM, Andi Sandi, menyatakan dalam politik, hukum sejatinya bisa menjadi jalan untuk pembangunan nasional. Hal sederhana soal taat hukum tidak bisa lagi hanya jadi materi diskusi dan seminar tapi harus dijalankan dalam praksis nyata.  Bisa di mulai dari hal yang paling dekat, mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

"Pedoman jelas Pancasila dan konstitusi sebagai dasar hukum. Taat pada hukum ini harus menjiwai tindakan politik. Peraturan mestinya dibuat untuk mudahkan kehidupan. Kader partai khususnya yang legistalif mesti banyak berperan mengawal tujuan pembangunan semesta berencana ini sesuai Konstitusi ," katanya.

Sementara itu, Prof Wuryadi, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta  mengingatkan pesan Proklamator, Soekarno pernah mengatakan bagaimana sebenarnya konsep demokrasi yang dikembangkan. Konsep demokrasi yang berasal dari desa di Yogyakarta itu penting dikaji dan jalankan bersama bukan pilihan demokrasi dengan voting.

"Konsep demokrasi soal mufakat, inspirasinya pemerintah desa, ada rembug desa. Saat saya di Kanada itu dapat inspirasi kembali, rembug desa. Ini jadi inspirasi hasilkan konsep alternatif dispute resolution, ini masa depan solusi konflik di dunia," katanya.[ysa]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya