Keberhasilan pensiunan jenderal Kopassus ini menekuk Din Minimi, pentolan kelompok bersenjata sempalan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), diacungi jempol berÂbagai kalangan. Seperti apa proses negosiasi yang dilancarkan pria yang akrab disapa Bang Yos ini dan bagaimana dengan amnesti alias pengampunan yang diminta Din Minimi, berikut ini penuturan Bang Yos kepada Rakyat Merdeka:
Apa pelajaran moral atau pengalaman yang bisa diambil dari kejadian menyerahnya Din Minimi?
Tidak semua pelaku tindak kekerasaan bersenjata harus diÂhadapi dengan tindakan represif. Setelah kita tahu, mengerti dan memahami mengapa mereka melakukan hal itu dan apa yang mereka kehendaki sampailah kepada kesimpulan Din Minimi bisa diajak berunding. Kemudian proses operasi penggalangan dimulai (soft approach).
Selaku orang yang berlantar belakang militer, kenapa Anda tidak melakukan pendekatan militer saja?
Selaku orang yang berlantar belakang militer, kenapa Anda tidak melakukan pendekatan militer saja?Kita harus belajar dari pengalaman masa lalu saat menghadapi kelompok bersenjata. Kita sudah berulang kali, sejak pasca keÂmerdekaan kelompok bersenjata selalu kita hadapi dengan cara
hard approach. Padahal mereka juga bagian anak bangsa. Berapa pengorbanan kita baik waktu, biaya dan korban jiwa dari kedua belah pihak. Mengapa kita tidak coba dengan cara lain yang lebih efektif (menghemat segalanya termasuk korban).
Hal apa yang membuat Anda percaya pada Din Minimi (DM)?Timbulnya kepercayaan melaÂlui proses tentunya. Awalnya saya mencari akses bisa kontak dia lewat perantara, sampai akhirnya saya bisa berhubungan langsung dengan DM melalui telepon. Di situ terjadi proses saling percaya dan kemudian kita berjanji untuk bisa bertemu langsung (tanggal dan tempatÂnya kita sepakati berdua).
Pembicaraan sepanjang malam ketika menginap di tempat Din Minimi, lebih banÂyak berbicara tentang apa?Saya lebih banyak mendenÂgarkan semua uneg-uneg dan keluhan dia, antara lain dia perÂnah ditipu. Karena itu awalnya ada kecurigaan dia kalau aku juga akan menipu dia. Setelah saya tahu utuh tentang konÂdisi dia dan psikologisnya saya baru mengajak diskusi DM ke masalah pokoknya, apa yang saya mau dan apa yang bisa saya berikan. Terjadilah proses negoÂsiasi. Dia juga makin yakin saya tidak menjebak dia karena saya datang hanya dengan ajudan dan seorang pengawal. Dan saya bilang, kami bawa senjata.
Apa respons DM waktu itu?DM malah ketawa, tidak apa-apa Pak katanya. Suasananya memang serem sih, malam hari, gerimis dan kita di rumah pangÂgung, sementara di bawah anak buah DM dengan bersenjata panjang menjaganya.
Apakah DM juga menyingÂgung janji kampanye pemerÂintahan Zikir (Zaini-Muzakir Manaf) yang belum terealisasi, seperti janji memberikan tunÂjangan pada kombatan GAM Rp 1 juta/KK?Tidak ada pembicaraan menÂgarah kebagi-bagi uang Rp 1 juta/KK. Tetapi secara umum dia sangat kecewa dengan para elite GAM yang sedang berkuasa di pemerintahan.
Kenapa dari enam syarat yang diajukan DM, tidak ada tuntutan agar pemerintahan Zikir merealisasikan janjinya, padahal beberapa hari sebeÂlumnya para istri kelompok DM sempat menggugat janji Zikir ke pengadilan Banda Aceh?Ya mungkin itu tidak penting bagi dia, untuk disampaikan kepada saya. Sementara dia tahu saya orang pusat, mungkin nanti kalau berkesempatan berÂtemu dengan Gubernur/ Wakil Gubernur akan disampaikan.
Menurut Pemerintah Aceh tuntutan DM terkait reinterÂgrasi, santunan janda, yatim korban konflik dan mantan kombatan GAM sudah direalisasikan. Lantas apa yang dimaksud kurang menurut DM?Justru dia menilai itu tidak berjalan baik, masih banyak yang belum menerima, khususÂnya kelompok DM dan keluarganya. DM menyampaikan sepengetahuannya dalam butir MoU Helsinky bahwa uang yang diberikan kepada mantan kombatan GAM akan diberiÂkan beberapa kali, namun DM mengaku hanya dapat sekali, itu pun hanya digunakan untuk membeli seekor lembu. Menurut DM bantuan reintegrasi hanya terealisasi untuk orang-orang yang dekat dengan pejabat BRA atau tokoh-tokoh GAM saja, seÂdangkan masyarakat tidak dekat tidak mendapatkan bantuan.
Ada tuntutan DM yang waktu itu tidak bisa Anda sanggupi?Oh tidak ada tuntutan DM yang tidak disanggupi, justru saya datang mau menemui dia karena saya sudah yakin tunÂtutannya bisa saya akomodir semua.
Apa langkah yang ditempuh BIN terhadap tiga anggota DM yang masih belum meÂnyerahkan diri? Apa alasan mereka belum mau menyerÂahkan diri?Akan berupaya mengajak mereka (tiga orang) dan Pok lainnya yang masih memegang senjata mau bergabung dengan Pok DM yang telah menyerÂahkan diri untuk membangun Aceh. DM tidak mengetahui alasan mereka memisahkan diri dari DM dan itu terjadi sebelum adanya rencana DM mengÂgabungkan diri.
Senjata api DM dan kelomÂpok radikal lainnya kabarnya didapat dari aparat bersenjata kita? Saya yakin hal tersebut tidak dilakukan oleh Aparat TNI dan Polri. DM meyampaikan bahwa senjata api (senpi) bukan diberikan oleh Aparat TNI/ Polri, tapi didapat dari sisa konflik yang lalu dan sengaja DM kumÂpulkan dari anggota-anggotanya. Menurut data situasi keamanÂan dan hasil kordinasi dengan Kodam Iskandar Muda, Polda Aceh serta DJBC Kanwil Aceh, bahwa sepanjang tahun 2014 dan 2015 tidak ditemukan adanya kasus penyelundupan senpi baik dari luar negeri maupun trans-nasional di Provinsi Aceh.
Kalau boleh tahu, soft apÂproach yang ada lakukan atas masukan siapa?Soft Approach yang dilakuÂkan atas kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi-JK. Pertimbangannya, pendekatan represif yang dilakukan selama ini tidak menyelesaikan masalah, bahkan dari waktu ke waktu jatuh korban baik dari aparat Kepolisian /TNI, masyarakat dan Pok Separatis bersenjata. Lagian kita ingin membuktikan ke dunia internasional yang sering menuding Indonesia jagoÂnya melanggar HAM, nyatanya kita bisa menyelesaikan tanpa kekerasan.
Apakah soft approach ini bisa dilakukan pada kelompok radikal lain di Indonesia? Pendekatan
"soft approach" tidak berarti meniadakan
"hard approach." Saya optimis kita bisa lakukan terhadap kelomÂpok-kelompok lain tetapi saya memprediksi ada yang tidak bisa (kita lihat apa motivasinya) tetapi apabila tidak bisa apa boleh buat hard approach harus kita lakukan.
Apa saja pesan Presiden sebelum Anda pamitan menÂemui Din Minimi?Waktu saya pamit ke beliau mau ke Aceh, pesannya amat singkat: Lanjutkan Bang!
Selain berkoordinasi dengan Presiden, siapa lagi yang Anda libatkan? Ya pastilah sebelum saya melangkah lebih jauh sebagai pembantu Presiden tentu saya koordinasikan terlebih dahulu dengan menteri terkait, khususÂnya yang menyangkut amnesti (Menkumham, Ketua Komisi III DPR dan Ketua Komnas HAM). Sampai pada kesimpuÂlan bisa diberikan amnesti lalu baru saya lapor kepada Presiden, bahwa dari enam tuntutan DM hanya satu yang menjadi tugas Pemerintah, sementara yang lima cukup Pemda NAD bisa dibantu program Kemsos.
Bahkan sebelum ke lapangan saya pun menelepon Panglima TNI dan Kapolri minta izin berkoordinasi dengan aparat setempat. Bahkan peran Polda Aceh dan Kodam Iskandar Muda sangat besar dalam operasi ini.
Terkait rencana pembeÂrian amnesti, Anda berbeda pendapat dengan Kapolri yang menginginkan perkara DM tetap diproses. Bagaimana itu?Pemberian Amnesti adalah hak prerogatif Presiden, tentu akan diproses sesuai dengan UUD1945 Pasal 14 ayat (2) dengan meminta pertimbangan DPR. Apa yang disampaikan Kapolri itu benar, itulah proseÂdur Kepolisian karena DM dan kelompoknya statusnya DPO sebelum ini. BIN setuju dan tidak ada beda sikap apa lagi Presiden sudah setuju dengan amnesti, ini hanya masalah teknis saja bagaimana ketentuan hukum bisa diproses dan amnesti bisa diberikan.
Anda tidak khawatir perbeÂdaan nantinya bisa mengubah pikiran kelompok DM?Ya enggak mungkin berbeÂdalah karena kita semua pemÂbantu Presiden, orientasi kita semua ke sana dan nanti pasti Menkopolhukam yang akan mengkoordinir ini semua secara teknis, enggak akan ada masalah. Kalian saja yang tukang ngomÂpor-ngomprin...He-he-he.
Apakah ada keinginan dari kelompok DM untuk jumpa Presiden langsung?Dari pihak DM amat sangat ingin berjumpa, semua kita perÂtimbangkan urgensinya. ***