Berita

ilustrasi/net

Politik

Sudah Dicap "Sarang Penyamun", Petinggi Golkar Harus Rehabilitasi Nama Partai

JUMAT, 18 DESEMBER 2015 | 08:16 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Sosok mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto, yang negatif di mata masyarakat digeneralisasi sebagai representasi dari semua kelakuan buruk kader Golkar.

Sikap Novanto yang berbelit-belit dinilai masyarakat sebagai pembohong, dan membuat Novanto menjadi musuh masyarakat. Demikian dikatakan politisi senior dari Partai Golkar, Zainal Bintang, kepada wartawan.

"Dan karena hampir semua petinggi Golkar melindungi dan Novanto, maka konsekuensinya masyarakat ikut membenci dan memusuhi Partai Golkar. Malahan masyarakat menganggap Golkar sebagai 'sarang penyamun," tutur Bintang.


Kenyataan ini menjadi "pekerjaan rumah" bagi petinggi Golkar untuk segera merehabilitasi citra buruk Golkar di mata masyarakat.

Dilanjutkan Bintang, seandainya Golkar berhasil mempertahankan "jatahnya" sebagai Ketua DPR, maka ia memprediksi nama Ketua Fraksi Golkar di DPR, Ade Komaruddin, yang berpeluang besar menggantikan Setya Novanto.

"Selain sekarang dia adalah Ketua Fraksi, dia juga Ketua Umum SOKSI, salah satu Ormas pendiri Golkar dan selama ini dikenal sebagai loyalis ARB (Aburizal Bakrie). Sudah menjadi anggota DPR lima periode. Novanto sebelum jadi Ketua DPR dulunya adalah Ketua Fraksi Golkar," jelas Bintang.

Sebelumnya, internal Golkar "mengelus-elus" beberapa kader calon pengganti Setya Novanto seperti, Ade Komaruddin (Ketua Fraksi Golkar), Azis Syamsuddin (Ketua Komisi III), Ahmadi Nursupit (Ketua Banggar) dan Fadel Muhammad (Ketua Komisi IX).

Lebih jauh, kata Bintang, jika mengacu kepada tingginya wacana kocok ulang terutama dari PDIP, maka suara dukungan untuk PDIP diharapkan dari KP3 (Kerjasama Partai Pendukung Pemerintah), di mana dengan bergabungnya PAN membuat jumlah suara mereka melebih suara parpol di KMP yang masih tersisa.

"Ini merupakan modal yang cukup signifikan untuk memperjuangkan adanya pleno kocok ulang," tambahnya.

Dia masih yakin, tekanan untuk memperlakukan akal sehat di dalam berpolitik, dimunculkan oleh suara publik yang sukses menekan Novanto sehingga mundur, dapat bereskalasi menjadi tekanan menuntut kocok ulang dengan alasan paket pimpinan DPR hasil UU MD3 2014 adalah hasil rekayasa yang melawan akal sehat. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya