Bisa dikatakan, Rita Widyasari merupakan "wanita terkuat" di Indonesia untuk saat ini, tentu tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada Ibu Negara, Iriana Joko Widodo.
Ia adalah satu dari 22 perempuan yang menjadi peserta ajang Pilkada Serentak 9 Desember lalu.
Anak kedua dari mantan Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani Hasan Rais, ini mencalonkan diri kembali (incumbent/petahana) untuk jabatan Bupati Kutai Kartanegara.
Rita menggandeng Edi Darmansyah yang sebelumnya menjabat Sekretaris Daerah Pemkab Kukar.
Dalam hasil akhir hitung cepat beberapa lembaga survei terpercaya, yang biasanya tak meleset jauh dari hasil hitung manual, Rita menjadi satu dari 12 calon perempuan yang memenangkan pemilihan.
Namun, ada fakta-fakta yang jadi pembeda mencolok Rita dibanding para wanita hebat lain yang menang Pilkada versi hitung cepat.
Di antara para calon incumbent dengan kemenangan mutlak, Rita berada di urutan kedua dengan perolehan 88,76 persen (versi LSI Denny JA) di bawah pasangan Samanhudi Anwar-Santoso (92,04 persen). Tiga kandidat lain yang menjadi lawan Rita tidak ada yang mampu meraih suara 5 persen.
Namun jika dikerucutkan dalam kelompok para calon incumbent dari kalangan perempuan, besarnya perolehan suara Rita berada di urutan pertama, bahkan mengalahkan Calon Walikota Surabaya incumbent, Tri Rismaharini dengan raupan suara 85,63 persen (versi Indo Barometer).
Ada hal lain yang membuat Rita lebih mencolok. Rita adalah satu-satunya perempuan incumbent yang memenangkan Pilkada Serentak dari jalur perseorangan alias independen.
Dibandingkan dengan Tri Rismaharini yang namanya lebih populer di pentas politik nasional, Rita masih lebih menonjol karena Risma sendiri menang sementara dengan dukungan partai pemenang pemilu nasional, PDI Perjuangan.
Padahal, perempuan cantik berkerudung ini menjabat Ketua DPD Golkar Kabupaten Kutai Kertanegara. Namun ia memilih jalur independen, kendati sejumlah partai politik, seperti PDIP, PAN, PKS, Gerindra, dan Hanura, sudah menyatakan komitmen memberi dukungan.
Rita malah memberi surat persetujuan kepada Idham Khalid dan H Abdul Kadir, yang merupakan kader Golkar, agar dapat maju dalam ajang kompetisi politik yang sama.
Ketimbang memilih sesama orang partai sebagai pendampingnya, Rita mengaku memilih calon wakil bupati dari kalangan birokrasi agar bisa memahami proses pembangunan di Kukar yang selama ini telah berhasil dengan baik dan sudah dirasakan masyarakat.
Ada empat program prioritas pembangunan di Kukar yang hendak dijalankan pasangan Rita dan Edi. Yaitu, infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan perekonomian.
Kemenangan Rita Widyasari sudah lama diprediksi mengingat selama kepemimpinannya di 2010-2015, Kukar telah menjadi daerah yang jauh lebih baik dengan berbagai pembangunan yang dikemas dalam Gerbang Raja yaitu Gerakan Pembangunan RakyatSejahtera.
Gerbang Raja memiliki makna khusus yaitu terdiri dari dua kosa kata yaitu Gerbang dan Raja. Gerbang diartikan sebagai pintu depan atau pintu pengantar dan Raja dimaknakan sebagai kesejahteraan. Dengan demikian makna Gerbang Raja dapat diartikan sebagai pintu depan atau pintu pengantar kearah kesejahteraan.
Gerbang Raja adalah program pembangunan yang diusulkan oleh Rita Widyasari ketika terpilih sebagai Bupati di tahun 2010. Gerbang Raja merupakan kesinambungan dari Gerbang Dayaku warisan dari mantan Bupati terdahulu yang juga merupakan ayah kandung dari Rita Widyasari.
Dalam Gerbang Raja terakomodir berbagai kepentingan dan aspirasi masyarakat yang meliputi banyak bidang seperti perbaikan pengawasan penyelenggaraan good governance, bidang pendidikan, bidang ekonomi, lingkungan dan lainnya.
Melihat deret reputasinya di atas, meski Rita tidak begitu kinclong di pentas politik nasional yang penuh hiruk pikuk, Rita memilih lebih fokus membangun tanah kelahirannya tanpa gembar-gembor berlebihan.
Kecintaannya yang tulus kepada Kukar dibalas rakyat Kukar dengan kesetiaan untuk memilihnya kembali sebagai pemimpin pembangunan daerah yang tengah berjalan masif.
Hal-hal di atas dapat menjadi dasar alasan untuk menjuluki Rita Widyasari sebagai "perempuan terkuat" di Indonesia. Bukan "kuat" dalam arti fisik atau sekadar pengaruh politik, namun kuat dalam definisi kepemimpinan untuk rakyat banyak.
[ald]