Kepergian Indonesianis, Ben Anderson, begitu menyedihkan bagi para murid, rekan dan pengagum penulis buku "Imagined Communities: Reflections on the Origins and Spread of Nationalism" itu.
Pergaulan Ben yang luas di antara masyarakat Indonesia mulai dari kalangan aktivis, jurnalis, akademisi, sampai pejabat negara, melahirkan ratusan ungkapan duka di media sosial.
Salah satunya dari pakar ilmu politik dan mantan Menristek, Muhammad AS Hikam. Di blognya, ia menyebut almarhum sebagai cendekiawan yang peduli kehidupan demokrasi.
"Beliau dikenal sebagai salah seorang Indonesianis yang kritis terhadap rezim Orba. Kenangan saya pribadi terhadap beliau adalah ketika menginap di rumah beliau di Ithaca pertengahan 90'an, dan saat beliau sempat mampir dan ngobrol di rumah dinas ketika saya menjabat Mensristek RI. Selamat jalan Pak Ben, karya-karya besar anda tetap abadi dan senantiasa memberikan pencerahan," tulis Hikam.
Di media twitter terlihat berita kematian Ben mengejutkan banyak netizen.
Apalagi baru beberapa hari lalu Ben memberikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Kamis lalu (10/12) Ben memberikan kuliah tentang gerakan anarkisme internasional dan sejarahnya memperjuangkan keadilan dan kebebasan.
"Ooo Ben Anderson, baru kamis kemarin kita becanda ketawa ceria..Tom, kita harus senang2 dan ketawa dlm hidup, begitu katamu..ahh RIP sobat," tulis seorang dosen filsafat Tommy Awuy di @tommyfawuy.
"Ben Anderson meninggal. Di negeri yg menambat hatinya," tulis jurnalis senior Goenawan Mohamad lewat @gm_gm.
Sedangkan aktivis HAM Todung Mulya Lubis lewat @TodungLubis menuliskan, "Ben Anderson akan selalu punya tempat tersendiri, menjulang, dlm sejarah Indonesia. Dia membuka mata kita tentang sejarah kita sendiri".
Ben Anderson meninggal tadi pagi di Malang, Jawa Timur, diduga akibat serangan jantung. Ia wafat dalam usia 79 tahun.
Ia adalah profesor emeritus dalam bidang Studi Internasional di Universitas Cornell, New York, Amerika Serikat.
Bagi masyarakat dalam negeri, ia lebih dikenal pakar sejarah, politik dan pencinta kebudayaan Indonesia.
Almarhum juga dikenal sebagai salah seorang Indonesianis yang kritis terhadap rezim Orde Baru. Risikonya, ia sempat dicekal mengunjungi Indonesia sekitar tiga dasawarsa.
[ald]