Presdir PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, bersaksi bahwa pertemuan kedua dengan Ketua DPR RI, Setya Novanto (Setnov), dilakukan sekitar awal Mei 2015. Sebelumnya pertemuan pertama terjadi di kantor Ketua DPR RI.
"Kira-kira awal Mei, saya mendapat SMS dari Bapak Ketua DPR RI dengan isi singkat sekali, 'bisa saya call’. Saya berinisiatif karena menghargai posisi pejabat Ketua DPR RI, saya yang telepon," kata Maroef saat dimintai keterangan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI (MKD), di lantai 2 Gedung Nusantara II,komplek DPR, Jakarta, Kamis (3/12). SIdang etik kali ini dipimpin Junimart Girsang asal Fraksi PDI Perjuangan.
Sebelum menelepon Setnov, Maroef mengaku tidak memiliki kecurigaan apapun. Dalam komunikasi lewat telepon itu, Setnov menanyakan apakah bisa bertemu untuk kedua kalinya.
"Saya sampaikan, 'baik Pak, mungkin bisa atur pertemuan, mungkin staf saya yang atur pelaksanaannya’,†ungkap Maroef.
Maroef menugaskan stafnya untuk bekomunikasi ke pihak Setnov, dan saat itu Setnov yang menentukan lokasi pertemuan. Pertemuan kedua akhirnya terjadi pada 13 Mei 2015 di lantai 21 Hotel Ritz Carlton, kawasan SCBD, Jakarta. Ia mencatat, staf Setnov yang berkomunikasi dengan stafnya bernama Dina.
Pada tanggal 13 Mei itu saya datang ke Hotel Ritz Carlton. Karena naik ke atas itu kan harus pakai akses, staf saya saudara Teddy berkomunikasi dengan ajudan dari Ketua DPR RI, bernama Edison,†jelas dia.
Maroef mengatakan ia datang terlambat kala itu karena usai perjalanan dari Bandung. Ternyatam setiba di ruangan yang ditetapkan Setnov untuk bertemu itu sudah ada seorang lagi selain Setnov. Ia mengaku baru pertama kali tahu bahwa orang itu adalah pengusaha bernama M. Riza Chalid setelah dikenalkan oleh Setnov.
Ternyata sampai di atas, saya masuk di ruangan pertemuan, saya lupa ruangannya , ternyata di dalam ada seseorang lain bersama Ketua DPR RI dan saya juga baru pertama kali bertemu. Saya berkenalan,†tutur Maroef.
Pertemuan kedua itu berjalan sangat santai. Dan pembawan Riza Chalid pun diakuinya sangat rendah hati (humble) dalam berkomunikasi. Pertemuan lebih kurang 1 jam.
Di pertemuan itu, ada pembahasan tentang bisnis di Freeport. Dia jelaskan kala itu bahwa untuk berbisnis di Freeport itu terbuka bagi siapa saja. Namun perlu spesifikasi yang perlu dipenuhi agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Tiga syarat utamanya adalah quality control, quantity control, dan paling penting adalah cost control. Sepanjang terpenuhi dan fair, ia persilakan siapapun untuk berbisnis dengan Freeport.
Maroef mengungkapkan pula, selain membahas syarat bisnis dengan Freeport, di pertemuan itu juga ada pembahasan smelter dan perpanjangan kontrak karya Freeport di Indonesia. Tapi, pembahasan kala itu tidak begitu mendalam.
Yang menarik, setelah pertemuan kedua itu, Maroef mulai memiliki kecurigaan-kecurigaan.
Tapi setelah pertemuan itu saya melakukan analisis pribadi. Insting-insting saya berjalan, bahwa kenapa kok pembahasan masalah di luar bisnis antara lain perpanjangan kontrak ini, dibahas Ketua DPR RI bersama pengusaha," katanya di depan para pimpinan dan anggota MKD.
"Kenapa tidak ajak salah satu bagian dari kelengkapannya, mungkin Komisi VII, anggota atau Ketua Komisi VII. Itu ada dalam analisa saya. itu yang saya kelola. kenapa pengusaha ini kok hadir di situ,†ungkap Maroef.
[ald]