Berita

Bisnis

Kereta Cepat Masih Pakai APBN, Jokowi Tolak Proposal China dan Jepang

JUMAT, 04 SEPTEMBER 2015 | 11:27 WIB | LAPORAN:

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak proposal kereta cepat baik baik yang diajukan China ataupun Jepang.

Hal tersebut disampaikan Menko Perekonomian Darmin Nasution kepada wartawan di kantornya, tadi malam (Kamis, 4/9).

Menurut Darmin, kedua negara yang sedang berebut untuk investasi kereta cepat Jakarta-Bandung itu diminta mengirimkan proposal baru.


Darmin pun membeberkan proposal tersebut ditolak karena menurut presiden masih banyak kekurangan. Di antara masih ada poin yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan terlalu banyak stasiun dibangun di jalur sepanjang 200 km tersebut yang akhirnya kereta sulit mencapai kecepatan maksimum.

"Makanya, baik Jepang maupun China dipersilakan menyusun proposal baru dengan kerangka acuan yang kita buat dan rumuskan menurut kebutuhan dan kepentingan Indonesia," kata Darmin

Di antara rumusan kebutuhan dan kepentingan Indonesia dalam proyek ini, beber Darmin, terkait kenyataan bahwa kereta cepat Jakarta-Bandung sebetulnya tak diperlukan. Hal ini mengingat jarak tempuh Jakarta-Bandung yang hanya kurang lebih 150 kilometer. Pembangunan kereta cepat dianggap sia-sia karena tak akan pernah bisa mencapai kecepatan tertingginya 350 km/jam.

"Untuk mencapai kecepatan maksimalnya, kereta cepat butuh waktu 14 menit. Tapi dengan jumlah stasiun sebanyak 5-8 unit maka kereta cepat Jakarta-Bandung harus berhenti sebelum 14 menit," papar Darmin

Tak hanya itu, Darmin juga mengungkapkan, banyak hal yang tidak dijelaskan secara rinci dalam proposal kereta cepat Jepang dan China sehingga konsultan pun tak dapat memberikan rekomendasi untuk pembangunannya. Beberapa yang disoroti menyangkut standard pemeliharaan kereta, standard services dan pelayanannya.

Atas pertimbangan di atas, Darmin pun mengatakan Presiden Jokowi lebih menginginkan agar jalur kereta Jakarta-Bandung sebaiknya menggunakan kereta menengah saja, tidak usah super cepat seperti rencana sebelumnya.

Untuk kereta menengah ini Darmin pun membeberkan misalkan dibagi menjadi dua bidder, maka dari dua-duanya itu akan dievaluasi siapa bidder unggulan namun tidak menggugurkan salah satunya karena mempertimbangkan harga dan kualitas yang akan disepkati nanti.

"Semua ini akan dirancang dalam skema business to business. Kementerian BUMN akan mengambil peranan vital. Kita akan bicara dengan dubes Jepang dan China," demikian Darmin.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya