Berita

Bisnis

Kebijakan BI Tidak Terarah, Nilai Tukar Rupiah Ambrol ke 14 Ribu

3 Bank Kelas Menengah Terancam Kolaps
SELASA, 25 AGUSTUS 2015 | 15:32 WIB | LAPORAN:

Perkembangan nilai tukar mata rupiah benar-benar bikin ketar-ketir. Kalangan perbankan dan industri keuangan non bank, akan dilanda kecemasan. Apalagi kalau kurs rupiah tembus Rp 16 ribu per dolar AS.

Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Daruri mewanti-wanti bila kurs rupiah sampai ke level Rp 16 ribu per dolar AS, pemerintah akan menghadapi masa-masa sulit.

"Ada beberapa hal yang bisa terjadi. Perbankan atau industri non bank terancam bankrut," kata Deni kepada di Jakarta, Selasa (25/8).


Berdasarkan simulasi stress test yang dilakukan CBC, kata Deni, hasilnya cukup mengejutkan. Apabila nilai tukar rupiah ambrol sampai Rp 15 ribu per dolar AS dan IHSG merosot 20 persen, maka salah satu perusahaan asuransi bakal gulung tikar.

"Tapi mohon maaf saya tidak bisa sampaikan namanya," kata Deni tanpa menyebutkan nama asuransi tersebut.

Hanya saja, kata Deni, asuransi yang terancam ini, sebagian besar sahamnya dimiliki oleh bank pelat merah.

Apabila rupiah terus melemah sampai menembus Rp 16 ribu per dolar AS, kata Deni, hasil stress tes menyebut adanya tiga bank kelas menengah terancam kolaps.

"Tapi, semuanya bisa diatasi. Dalam hal ini, pemerintah harus gerak cepat. Solusi jangka pendek adalah segera buat protokol krisis yang jelas dan tegas," kata Deni.

Pemerintah lanjut Deni, juga harus menunjukkan kewibawaannya dengan tegas. Jangan seperti saat ini kepercayaan terhadap pemerintah lemah.

"Kalau sekarang ini, rupiah sangat fragile atau rentan karena bangsa ini mempunyai  daya saing  yang lemah hampir di semua sektor. Ini harus diperkuat. Bagaimana caranya? Saya kira banyak langkah yang bisa ditempuh," kata Deni.

Deni juga menyayangkan banyak kebijakan Bak Indonesia yang tidak terarah dan tidak terukur dalam mengatasi melemahnya rupiah.

:Bahkan saat ini ini pasar nggak ada direction dari BI. Nggak ada firm statement dari Gubernur Bank Indonesia seperti Zeti Gubernur Bank Malaysia kan firm dan jelas apa yang dia mau lakukan," kritiknya.

BI menurut dia, harus firm terutama untuk meyakini para ibu rumah tangga dan perusahaan kecil.

"Kita bergantung kepada BI untuk mendorong perekonomian. Kalau Fed melakukan QE (quantitative easing) untuk mendorong ekonomi karena memang Fed yang punya resources. Termasuk cetak uang. Pertanyaannya, sekarang BI lakukan apa sekarang?," tanya Deni.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya