Berita

FOTO:DOK

Bisnis

BPJS Ketenagakerjaan Optimis IHSG Tembus Indeks 5.000 Akhir Tahun

SELASA, 25 AGUSTUS 2015 | 14:46 WIB | LAPORAN:

Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Elvyn G Massasya menilai hancurnya nilai rupiah terhadap dolar AS dan lesunya trading di pasar modal bukan merefleksikan fundamental ekonomi Indonesia sesungguhnya.

"Situasi ini hanya temporary shocking (guncangan sesaat) karena sejumlah hal non teknikal. Saya optimis IHSG akan tembus indeks 5 ribu pada akhir tahun," kata Elvyn Gani Masassya didampingi sejumlah direksi lain dalam jumpa pers Rakernas BPJS Ketenagakerjaan yang berlangsung di Bandung, Selasa (25/8).

Elvyn mengemukakan, ekspektasi BPJS Ketenagakerjaan  pada 2016 di mana kepesertaan aktif tenaga kerja ditargetkan  meningkat 15 persen menjadi 21,9 juta tenaga kerja. Adapun sampai Juli 2015 kepesertaan aktif berjumlah 19, 189 juta pekerja dari 269.981 perusahaan atau 107,3 persen dari target 2015.


Iuran kepesertaan diprediksi meningkat 24 persen menjadi Rp 42,6 triliun. Klaim peserta termasuk pengambilan JHT melalui PP nomor 60/2015 dan Permen 19/2015 terkait pekerja yang terkena PHK senilai Rp 25,9 triliun. Adapun dana kelolaan pada 2016 diperkirakan Rp 246 triliun dengan pendapatan investasi Rp 21,3 triliun.

"Kita tetap optimis dengan situasi perekonomian dan pasar modal. Apalagi,  BPJS Ketenagakerjaan belum mengguyur pasar," terangnya.

Menurut Elvyn, BPJS Ketenagakerjaan mengasumsikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 sebagaimana data Bappenas sebesar 5,4-5,5 persen. Tingkat bunga sebesar 7,25 persen dan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 13.400.

Elvyn kembali menegaskan IHSG 4.200 hari ini sama sekali tidak merefleksikan fundamental perekonomian Indonesia karena sentimen yang terbentuk lebih banyak dilatari faktor eksternal.

Ditambahkannya, dana investasi kelolaan BPJS Ketenagakerjaan sampai Juli 2015 berjumlah Rp 194,81 triliun dimana total hasil investasi sampai Juli 2015 mencapai Rp 11,31 triliun atau 60,33 persen dari target 2015. Alokasi portofolio adalah deposito 22 persen, obligasi 42 persen dan saham 21 persen.

"Untuk saham kami masih memiliki cadangan yang bisa digunakan sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun tahun 2015," terangnya.

Adapun alokasi portofolio saham ditetapkan meningkat dari sebesar 21 persen pada 2015 menjadi 23 persen tahun 2016.[wid]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya