Berita

darmin nasution/net

Politik

PERLAMBATAN EKONOMI

Di Depan Jokowi, Darmin Sebut Pemerintah Terlambat Bereaksi

KAMIS, 09 JULI 2015 | 15:35 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menyampaikan peta masalah ekonomi nasional di hadapan Presiden Joko Widodo. Dalam acara yang digelar di Jakarta Convention Center itu, Ketua Umum ISEI, Darmin Nasution, memaparkan lebih dulu masalah dan solusi yang ditawarkan ISEI. Setelahnya, Presiden Jokowi memberikan pandangan dan garis kebijakan pemerintahannya.

Di awal penjelasannya, Darmin mengatakan, ekonomi kita selama beberapa tahun terakhir atau sejak 2006-2007, sangat didominasi oleh perkembangan pengolahan sumber daya alam, termasuk dari non-migas dan perkebunan. Saat ini, Indonesia memasuki apa yang disebut sebagai "super siklus" dalam harga-harga komoditas.

"Ekonomi kita yang motor pernggeraknya dulu umumnya adalah manufaktur, beralih ke komoditas. Itu akan baik-baik saja selama siklusnya di atas terus. Sayangnya siklusnya tidak selalu di atas,” kata Darmin dari atas mimbar.


Dalam beberapa tahun, lanjut dia, siklus  berubah jadi menurun dan mempengaruhi penghasilan orang Indonesia. Turunnya harga komoditas itu paling berpengaruh di masyarakat luar Jawa. Satu atau dua provinsi yang tadinya sangat menikmati hasil migas, akhir-akhir ini bukan hanya mengalami perlambatan ekonomi tapi juga pertumbuhan negatif.

"Misalnya Riau, Kalimantan Timur, semua alami itu," ujar Darmin lagi.

Perlambatan ekonomi itu juga terjadi pada konsumsi karena penghasilan masyarakat terganggu. Menurutnya, hal itu sudah terjadi beberapa tahun terakhir ini. Misal, pertumbuhan penjualan semen, pembelian kendaraan bermotor maupun kredit konsumsi, menurun bahkan mulai negatif. Perkembangan produksi dan investasi juga mulai stagnan, bahkan mulai melambat.

Dalam segi penerimaan APBN pun menurun. Dalam APBN-P 2015, pencapaian yang tercatat lebih kecil dari tahun sebelumnya. Dua kementerian paling utama dalam infrastruktur, yaitu pekerjaan umum dan perhubungan, ternyata rendah dalam realisasi pengeluaran. Tercatat, masih di bawah capaian tahun lalu.

"Dalam situasi seperti ini ada satu pilar yang bisa diharapkan jadi stimulus melawan siklus itu, yaitu APBN. Biasanya APBN yang dipakai untuk menangkal dampak negatif dari faktor luar itu. Nah, ini salah satu faktor masalahnya. Kelihatannya kita terlambat bereaksi terhadap tendensi yang berlangsung," ucap Darmin

Sebagai kesimpulan, Darmin menyampaikan beberapa solusi yang ditawarkan ISEI. Pertama, menjamin ketersediaan pangan atau bahan makanan pokok. Hal itu jadi penting sekali dan banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah di belakang itu. Pemerintah juga diminta menjaga fluktuasi harga yang berdampak pada kemiskinan.

Kedua, menjaga nilai tukar rupiah yang berdampak negatif pada dunia usaha dan rumah tangga. Ketiga, memupuk tabungan dalam negeri dari masyarakat. Bahkan pemerintah disarankan membangun kembali kebiasaan masyarakat untuk menabung, paling tidak menempatkan uang mereka di bank dalam jangka waktu tertentu agar bank mempunyai cukup modal untuk memutar perekonomian.

Ia juga menyinggung target pengumpulan pajak yang masih meleset dari target. Namun di sisi lain, pihak Direktorat Pajak datang dengan berbagai inisiatif baru yang sayangnya sering berubah-ubah, terkesan kurang matang dalam persiapan.

"Ini mungkin karena target (penerimaan pajak) yang harus dicapai terlalu besar, yang kalau dalam waktu singkat itu luar biasa berat (untuk mencapainya). Kekurangsiapan itu membuat gugup dunia usaha. Target pajak dinaikkan signifikan 39 persen di tengah perekonomian yang melambat. Ini tak sejalan dengan tujuan fiskal yang cenderung harus akomodatif dalam situasi ekonomi yang melambat," terang Darmin. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya