Organisasi Aisyiyah yang genap berusia 101 tahun pada 19 Mei 2015, selama ini telah menunjukkan perannya di tengah masyarakat lewat sejumlah rumah sakit dan perguruan tinggi.
Di abad kedua dari kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Indonesia, salah satu organisasi ortonom bagi wanita Muhammadiyah tersebut ditantang untuk menggeluti wilayah peradaban yang lebih luas dan mendalam.
"Di dalam pergumulan pembinaan peradaban utama ini, diperlukan pengkajian yang lebih mendalam dalam wilayah nilai, filsafat ilmu dan reformasi pendidikan serta pengkaderan. Demikian pula kerja peradaban yang holistik," ujar tokoh Muhammadiyah, Habib Chirzin.
Habib Chirzin menyampaikan itu dalam Seminar Nasional Pra Muktamar: Satu Abad Aisyiyah dan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di kampus STIKES Aisyiyah, Yogyakarta, akhir pekan kemarin. Hadir pula sebagai pembicara mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Amin Abdullah dan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Prof. Ahmad Jaenuri.
Seminar yang mengangkat tema "Gerakan Peremuan Islam Berkemajuan Reaktualisasi Peran Aisyiyah Menuju Abad Kedua" dibuka Ketua PP Muhammadiyah Prof. Malik Fadjar dan Ketua PP Aisyiyah, Norjanah Johantini.
Habib Chirzin menambahkan, kehadirannya pada abad kedua ini, Aisyiyah telah berkembang menjadi
global civil society dalam aras
global (good) governance.
Karena itu, peran strategis kepeloporan pada abad kedua mensyaratkan Aisyiyah untuk melakukan reaktualiasi nilai-nilai dasarnya, mengembangkan wilayah tajdid dan ijtihad yang menjadi watak
distinctive-nya sebagai gerakan perempuan Islam berkemajuan.
"Oleh karena masyarakat di mana Aisyiyah kini berada, adalah masyarakat yang tengah bergerak dari masyarakat informasi (
information society)," tandas mantan anggota Komnas HAM ini seperti dikutip dari akun
Facebook-nya.
[zul]