Handoko A. Tanuadji, Chairman PT Anabatic Technologies (kiri), Handojo Sutjipto, Managing Director PT Anabatic Technologies (kanan)
PT Anabatic Technologies, salah satu perusahaan besar di bisnis teknologi informasi Indonesia, hingga tahun 2015 ini berhasil meraih pertumbuhan bisnis sesuai target.
Pencapaian kinerja perusahaan itu tampak dari aspek pertumbuhan revenue maupun jumlah bidang bisnis yang berhasil dikembangkan. Setidaknya hal itu bila mengacu pada data riset dari IDC bahwa rata-rata pertumbuhan belanja TI (IT spending) di Asia Pacific tahun 2014 lalu yang besar 5,8 persen dan tahun 2015 dikalkukasi 6 persen.
"Kami tiap tahun selalu tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan industri," jelas Chairman dan pendiri PT Anabatic Technologies, Handoko A. Tanuadji.
Berkat pesatnya pertumbuhan bisnis dalam lima tahun terakhir, Anabatic kini telah masuk dalam Big Fivegroup perusahan TI di Indonesia. Secara total jumlah karyawan Anabatic Group mendekati 1.500 orang dengan aset sudah di atas Rp 1,5 triliun.
"Kami fokus mengembangkan bidang TI yang menjadikeungggulan dan kompetisi kami sendiri, dengan memaksimalkan value added services," kata HandokoTanuadji menjelaskan strateginya.
Sementara itu, Managing Director Anabatic Group, Handojo Sucipto menambahkan, pencapaian itu tak lepas dari kinerja unit-unit bisnis yang tumbuh sesuai rencana (on the track). Anabatic memiliki empat unit bisnis utama, yakni sistem integration, value added distribution, IT outsourcing, dan business process outsourcing. Di bisnis sistem integrasi, Anabatic dikenal sebagai salah satu pemain besar dalampenyediaan dan implementasi aplikasi inti di dunia perbankan (core banking system).
"Sudah banyak bankbesar di Indonesia yang menggunakan solusi aplikasi kami, baik untuk core banking system maupunmodul-modul aplikasi pendukung," jelas Handojo.
Untuk memperkuat pelayanan terhadap sektor perbankan di mana keamanan sistem merupakan hal kritikal, Anabatic Group juga sudah menyediakan jasa cyber security yang dikelola di bawah PT Q2 Technologies.
Sedangkan divisi business process oursourcing, dijalankan anak usaha Anabatic, PT Karya Putra Surya Gemilang (KPSG). Beberapa jasa yang disediakan KPSG antara lain outsourcing untuk contactcenter, call center, human resources services, IT managed services, digital marketing, payroll processing, dan telemarketing.
"Kita juga sedang mengarahkan pengembangan ke cloud dan data center," ungkap Handojo.
Kemudian, di bisnis distributor hardware TI, Anabatic Group punya anak usaha PT ComputradeTechnologies International (CTI) yang saat ini dipercaya mendistribusikan sederet merek global seperti IBM, Microsoft, Oracle, Sun Microsystem, HP, EMC dan Huawei. Sedangkan untuk bisnis jasa IToutsourcing, dijalankan anak usahanya yang lain, PT Aristi Jasadata.
Didirikan Handoko A. Tanuadji dan kawan-kawan pada 3 Juni 2002, Anabatic dimulai hanya dengan tujuh orang sebelum akhirnya berkembang hingga mempekerjakan 1.500 karyawan seperti saat ini. Anabatic dimulai dari cita-cita Handoko untuk membangun perusahaan TI yang kuat di Indonesia karena selama ini perusahaan-perusahaan TI di Indonesia cenderung masih kalah jauh dari perusahaan-perusahaan Indiayang bahkan bisa memperkerjakan puluhan ribu karyawan.
Untuk itulah, sejak awal berdiri, Anabaticberani mengajak SDM-SDM terbaik di industri TI untuk bergabung dan merealisasikan visinya. Pengelola Anabatic sangat optimis, ke depan prospek bisnisnya akan cerah seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia,termasuk sektor perbankan.
Berdasarkan data IDC, meski tertekan faktor inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah, pertumbuhan belanja TI (IT spending) Indonesia tetap yang terbesar dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya.Tahun 2014 lalu, total belanja TI di Indonesia diperkirakan tak kurang dari 14 miliar dolar AS.
Sementara itu, di pasar TI korporat (IT enterprise) di mana Anabatic Group banyak berbisnis, peluang pertumbuhan jugamasih terbuka lebar. Sesuai data Gartner, Enterprise IT Spending di Asia Tenggara tahun 2018 sudah akanmenyentuh 62 miliar dolar AS, 80 persen di antara pangsa itu akan disumbang pasar Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2015 ini, masih menurut Gartner, total belanja TI enterprise di keempat negara itu, diprediksi tak kurang dari 52 miliar dolar AS.
[wid]