Sri Sultan Hamengku Buwono X
Kisruh mulai menghantui keÂluarga Keraton Ngayogyakarto. Pasca, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Sabdaraja, sejumlah keluarga Keraton Yogya protes.
Pasalnya, dalam poin Sabdaraja itu menyebut, bahwa Sri Sultan menghilangkan gelar Khalifatulloh dan Hamengku Buwono. Dengan penghilangan gelar ini, keluarga Keraton Ngayogyakarto tidak lagi menÂgakui Sultan sebagai Ngarso Dalem dan juga Gubernur Yogya.
"Ngarso Dalem Ngayogyakarto itu menggunaÂkan gelar Khalifatulloh dan Hamengku Buwono, bukan Hamengku Bawono," demikiÂan adik Sri Sultan HB X GPPH Yudhaningrat usai menyerahkan Dana Keistimewaan (Danais) kepada Abdi Dalem Keraton Surakarta di Kekanjengan Imogiri, kemarin.
Yudhaningrat mengatakan, keluarga keraton tidak akan pernah menghadiri undangan atau panggilan Sri Sultan seÂlama masih menghilangkan sebutan Khalifatulloh dan meÂmakai Hamengku Bawono.
Beberapa waktu lalu, dia mengaku mendapat undangan untuk diberi penjelasan tentang Sabdorojo. "Siapa yang ngunÂdang, kalau masih Hamengku Bawono kami tetap tidak akan datang," tegasnya.
Gusti Yudha, sapaan GPPH Yudhaningrat mengaku, para adik Sultan tetap menuntut agar gelar itu dikembalikan sebagaimana mestinya. "Jika dipaksaÂkan, saya khawatir Keraton dan rakyat Ngayogyakarto akan tercerai berai dan tidak amanah," katanya.
"Jika Sri Sultan masih tetap ngeyel atau ngotot dengan Sabdarajanya, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyerahkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa," tambahnya.
Pada 30 April 2015 lalu menjadi hari sangat buruk bagi iklim Keraton Ngayogyakarto. Tanpa ada hujan dan angin, tiba-tiba Sri Sultan mengeluÂarkan Sabdaraja. Dalam poin Sabdaraja itu, Sri menghilangkan gelar Khalifatulloh dan menggunakan nama Hamengku Bawono, bukan lagi Hamengku Buwono. "Rupanya ada makÂsud tertentu dengan ingin menghilangkan simbol kelaki-lakian. Intinya dia ingin menÂgangkat puterinya," ujarnya.
Jika ingin memuliakan anak, katanya, harus sesuai paugeran (aturan) Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Bukan dilakukan seperti saat ini dengan mengangkat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun jadi Puteri Mahkota.
Sampai saat ini, keturunan atau anak-anak Sri Sultan sudah diberi beberapa kedudukan penting di perusahaan milik Keraton. Semua anaknya sudah diberi usaha, masing-masing berhak mendapatkan bagian lantai di Hotel dan Ambarrukmo Plaza. Selain itu, ada yang jadi Komisaris PT Madubaru.
Sementara, Sri Sultan tidak banyak berkomentar dengan penyataan itu. Raja Yogyakarta itu mengaku akan melihat dulu pihak mana saja yang tidak setuju dengan Sabdaraja yang dikeluarkan.
"Minggu depan akan saya kumpulkan semua rekan-rekan media, biar sekarang yang nggak setuju berkoar dulu, biar bisa saya lihat," tegas Sultan di Kompleks Kepatihan, kemarin. ***