Berita

PT Pertamina

Bisnis

Pertamina Minta Pemerintah Naikkan Harga Premium

Rupiah Rontok, Biaya Pembelian Minyak Mentah Melonjak
SELASA, 17 MARET 2015 | 10:48 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Tambah lagi beban rakyat akibat dolar mengganas. PT Pertamina minta harga premium naik karena biaya produksi berupa pembelian minyak mentah meningkat.

Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Per­tamina Suhartoko mengatakan, nilai tukar erat kaitannya dengan fluktuasi harga minyak dunia. Saat ini harga minyak mentah masih naik turun. Harga tertinggi masih di kisaran 54 dolar AS per barel.

Menurut dia, harga terse­but sebenarnya masih relatif rendah. Namun, melemahnya nilai tukar rupiah membuat biaya pembelian untuk impor minyak mentah membengkak. "Premium mestinya juga naik. Sekarang posisinya sudah rugi," ujar Suhartoko.


Untuk diketahui, dampak me­lemahnya rupiah, membuat Per­tamina menaikkan harga BBM nonsubsidinya, pertamax sebesar Rp 350 atau menjadi Rp 8.600 per liter pada Minggu (15/3).

Kendati begitu, Suhartoko tidak menjelaskan secara ter­perinci kerugian yang diderita Pertamina. Yang jelas, kondisi sekarang sudah tidak baik dan perlu segera dilakukan penye­suaian harga.

Ditanya berapa idealnya premi­um dijual? Dia enggan menyebut angka pasti. "Jangan dulu, nanti orang pada menimbun," katanya.

Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto mengatakan, pihaknya menyayangkan jika di saat ekonomi seperti sekarang har­ga premium harus naik. Namun, dia mengakui, saat ini pihaknya tidak bisa mengintervensi pemer­intah terkait harga premium ini karena sudah dilepas ke mekanisme pasar. "Jadi harganya akan terpengaruh oleh harga minyak dan kurs," ujarnya.

Karena itu, dia meminta, pe­merintah segera memperbaiki nilai tukar rupiah supaya harga BBM tidak perlu naik. Apalagi, saat ini harga minyak dunia masih rendah.

Direktur Indonesia Resourses Studies (Iress) Marwan Batubara mengatakan, inilah kelemahan dilepasnya harga premium ke­mekanisme pasar. Dia menilai, pemerintah sendiri belum siap untuk menjamin pengalihan subsidi bisa tepat sasaran.

"Setiap ada perubahan harga pasti akan berdampak pada masyarakat kecil," katanya.

Menurutnya, pelepasan harga premium harus dibarengi dengan pemberian subsidi yang tepat sasaran. Sehingga, kata dia, ketika ada perubahan harga, masyarakat kecil tidak begitu kena dampak.

Marwan menilai, gejolak ru­piah bukan alasan penyesuaian harga. Apalagi, harga minyak dunia juga sedang rendah seki­tar 50 dolar AS per barel. "Jika selisihnya sedikit tidak usah dinaikkan, seperti yang dibilang Menteri ESDM Sudirman Said," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Ko­munikasi Publik Kementerian ESDM Saleh Abdurahman men­gatakan, kondisi rupiah yang sudah tembus di atas Rp 13.200 belum mengkhawatirkan. Tapi, dia men­gakui, jika harga minyak dunia dan kurs sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga. "Kita belum bisa pastikan naik. Jika selisihnya sedikit pemerintah akan tetap mem­pertahankan harga," jelasnya.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, harga BBM dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah.

"Kalau selisih harga dari bulan ke bulan tidak besar maka kita pakai harga yang sama. Tapi begitu selisih harga besar kita aja sesuaikan," ungkapnya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya