Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar IX versi kubu Aburizal Bakrie, tetap di Bali tadi malam. Padahal, gerakan terhadap penolakan tersebut terus muncul.
Menanggapi hal itu, Ketua Pelaksana Munas Partai Golkar IX Versi kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai mengatakan, MuÂnas itu cacat prosedural, dipaksakan dan akal-akalan.
Skenario Munas ala ARB (Aburizal Bakrie) dan argumenÂtasi akal-akalan inilah yang meÂmiÂcu keprihatinan hingga kemaÂrahan kader Partai Golkar di tingÂkat bawah,’’ tegas Yorrys RaÂweyai kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya;Kenapa Anda bilang begitu?DPP Partai Golkar yang diwaÂkili oleh Aburizal Bakrie telah menempatkan institusi kepartaian sebagai kepemilikan pribadi dan kelompok untuk kepentingan pragmatis. Berbagai cara ditemÂpuh, meski harus melanggar dan memanipulasi peraturan dan konstitusi Partai Golkar.
Aburizal Bakrie pun tidak lagi menempatkan DPP Partai Golkar bersifat kolektif kolegial. SeÂluruh aspirasi DPP Partai GolÂkar didiskresi sesuai dengan keÂpenÂtingan pribadi dan kelomÂpoknya.
Apa ini juga tergambar dalam Rapat Pleno persiapan Munas lalu?Ya. Konteks ini pula yang terliÂhat dalam kelanjutan Rapat Pleno persiapan Munas IX yang digelar pada 24-25 November 2014 lalu. ARB dengan serta-merta meÂnyuÂsun struktur kepanitiaan Munas IX dengan menempatkan figur-figur terdekatnya yang nantinya meÂmiliki pengaruh besar dalam men-drive suasana Munas IX, hingga meloloskannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar untuk periode berikutnya.
Bahkan pada Rapat Pleno DPP Partai Golkar pada 25 November 2014, Theo L. Sambuaga yang ditunjuk sebagai pimpinan rapat secara sewenang-wenang men-declare keputusan secara sepihak di tengah hujan aspirasi peserta rapat DPP Partai Golkar.
Di luar sidang, puluhan massa yang mengatasnamakan dirinya sebagai kader Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) mendaÂtangi halaman kantor DPP Partai Golkar dengan tujuan mengaÂmanÂkan agenda lanjutan Rapat Pleno yang diskors pada hari seÂbelumnya.
Kenapa sampai ricuh?Puluhan massa bayaran yang memakai atribut AMPG yang diÂbiayai oleh segelintir elite DPP ParÂtai Golkar tersebut memanÂcing suasana kisruh yang beruÂjung gesekan verbal dan fisik. KeÂberadaan mereka justru menaÂfikan kader Partai Golkar sekaÂligus AMPG yang telah berada di lingkungan DPP Partai Golkar sejak hari sebelumnya.
Gesekan verbal dan fisik pun tidak tereÂlakkan akibat larutan suasana psiÂkis-emosional yang ditunjukkan oleh kader Partai Golkar dan AMPG yang kehadiÂranÂnya cenÂderung tidak mempeÂroleh aspiÂrasi dari puluhan massa bayaran tersebut.
Apa itu saja penyebab kisruh di internal Golkar?Kisruh internal Partai Golkar merupakan akumulasi dari sekian banyak persoalan yang dikanÂdung dan dilahirkan oleh pola dan corak kepemimpinan ARB yang selama lima tahun acapkali mengaÂbaikan aturan institusi, konsÂtitusi dan tradisi politik Partai Golkar.
Figur ARB telah menghadirÂkan tradisi kepemimpinan yang tidak lebih baik dari masa-masa seÂbeÂlumnya, dengan berbagai keÂgaÂgalan target dan pencaÂpaian. SeÂlebihnya, kepemimÂpiÂnan AbuÂriÂzal Bakrie justru menÂciptkan seÂbentuk kesewenang-wenangan yang pada gilirannya semakin membawa Partai GolÂkar ke gerÂbang kehancuran.
Makanya dibentuk PenyelaÂmaÂtan Partai Golkar?Ya. Pada titik itulah, penyelaÂmatan Partai Golkar menjadi seÂbuah keniscayaan. Partai Golkar adalah miliki bangsa Indonesia, milik kader yang tersebar di seluÂruh pelosok nusantara. ParÂtai GolÂkar bukan milik segelinÂtir orang, segelintir pihak yang menÂcari keuntungan tertentu dengan memanfaatkan simbol-simbol kekuasaan yang tersedia di dalamnya.
O ya, sepanjang sejarah Golkar, ada yang menilai seÂkarang ini konfliknya cukup tajam, tanggapan Anda?Eskalasai politik internal jelang perhelatan Munas IX Partai Golkar semakin mengaÂlami peningkatan.
Bahkan sebagian kalangan memandang eskalasi tersebut telah berada pada puncak titik didih yang memanaskan suhu dan tensi politik yang sebelumÂnya telah diliputi riak-riak perÂtenÂtangan.
Kisruh yang diwarnai gesekan verbal dan fisik yang terjadi pada Selasa, 25 November 2014 di haÂlaÂman kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat menjadi punÂcak pertentangan yang seÂkaligus menghadirkan fenoÂmeÂna baru selama 10 tahun teraÂkhir menjeÂlang pelaksanaan MuÂÂÂnas Partai Golkar.
Keputusan Rapimnas yang mengesahkan Munas dilaksaÂnakan 30 November itu pemicu masalah?Betul. Keputusan Rapat PimÂpinan Nasional (Rapimnas) VII yang mengesahkan pelaksanaan Munas IX pada 30 November 2014 menjadi babak baru poleÂmik yang mengundang kekeceÂwaan sebagian besar kader dan pengurus elite Partai Golkar.
Betapa tidak, keputusan terseÂbut telah menafikan kesepakatan dan kesimpulan Pleno DPP Partai Golkar sebelumnya yang digelar pada 13 November 2014. KepuÂtuÂsan Rapat Pleno DPP Partai Golkar menyepakati pelaksanaan Munas IX pada Januari 2015.
Itu sudah diputuskan dalam DPP Partai Golkar?Sudah. Kesepatan tentang peÂlaksanaan Munas IX pada Januari 2015 diambil dalam sebuah forum Pleno DPP Partai Golkar yang menjalankan fungsi sebaÂgaimana termaktub dalam AD/ART Partai Golkar yang berweÂnang menenÂtukan kebijakan tingÂkat nasional sesuai dengan AD, ART, KepuÂtuÂsan Munas/Munas Luar Biasa dan Rapimnas serta PeÂraturan OrgaÂnisasi Partai Golkar.
Berlandaskan kewenangan dan hirarki rujukan (Munas), maka keÂputusan tentang pelaksanaan Munas IX pada Januari 2015 memiliki acuan konstitusional seÂbagaimana dimaksud dalam AD/ART Partai Golkar.
Meski demikian, keputusan Rapat Pleno DPP Partai Golkar terÂsebut tidak serta-merta diteriÂma oleh berbagai pihak. Segilintir elite DPP Partai Golkar yang terÂgabung dalam gerbong Ketua Umum Aburizal Bakrie yang juga berencana mengajukan diri seÂbagai Calon Ketua Umum dalam perÂhelatan Munas IX, memanÂdang keputusan Rapat Pleno DPP Partai Golkar tersebut telah meÂminimalisir kesempatan Aburizal Bakrie untuk memenangkan perÂtarungan dalam perebutan pucuk pimpinan pusat Partai Golkar. Karena itu, beragam skenario pun dilakukan.
Apa saja itu?Rapimnas VII Partai Golkar yang diselenggarakan di YogyaÂkarta, menjadi ajang eksploitasi dan manuver baru yang meliÂbatÂkan pucuk pimpinan Partai GolÂkar di tingkat provinsi. Hasilnya, Rapimnas VII pun memutuskan pelaksanaan Munas IX pada 30 November 2014. DPP Partai GolÂÂkar yang diwakili oleh AbuÂrizal Bakrie tampak dengan seÂngaja dan tanpa upaya sedikitÂpun untuk mempertahankan keÂputusan Rapat Pleno Partai GolÂkar sebeÂlumnya.
Dengan dalih kesepakatan RaÂpimnas dan kedudukannya di atas Rapat Pleno DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie justru menerusÂkan aspirasi forum Rapimnas VII sebagai keputusan yang menafiÂkan keputusan sebelumnya. Pada gilirannya, keputusan Rapimnas VII tentang pelaksanaan Munas IX pada 30 November 2014 telah memberi angin segar dan kesemÂpatan luas bagi Aburizal Bakrie untuk terpilih kembali sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode berikutnya.
Kenapa?Waktu yang begitu singkat membuat persiapan calon ketua umum yang bersaing dengan ARB pun semakin sempit.
Bukankah putusan RapimÂnas lebih tinggi dari Pleno DPP?Argumentasi bahwa forum RaÂpimnas VII memiliki hirarki keÂÂputusan yang lebih tinggi keÂtimÂbang Rapat Pleno DPP Partai GolÂkar menjadi tidak relevan. SeÂbab ketentuan tentang pelaksaÂnaan Munas adalah bagian dari kebijakan partai di tingkat nasioÂnal yang sesuai dengan AD/ART serta Munas sebelumnya. Jika kita merujuk pada hasil Munas VIII Pekanbaru, Riau, keputusan tentang pelaksanaan Munas IX jusÂtru diselenggarakan pada OkÂtober 2014.
Dengan demikian, argumenÂtasi Aburizal Bakrie dan segeÂlintir elit pendukungnya yang mengatasÂnamakan DPP ParÂtai GolÂkar menjadi argumenÂtasi inkonstituÂsional, cacat proseÂduÂral, pemakÂsaan kehendak serta akal-akalan. ***