Sakti, warga Perum II, Kota Tangerang, Banten, memarkirkan motornya di depan kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Pasar Malabar. Map kuning dibawanya masuk ke dalam kantor bank pelat merah itu. Map itu berisi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) maupun fotokopiannya.
Mau buat kartu BPJS KesehaÂtan,†ujar Sakti, kepada satpam bernama Teguh yang sigap memÂbukakan pintu kaca kepada setiap pengunjung yang datang.
Bikin rekening dulu di
cusÂtomer service,†cetus Teguh meÂngarahkan.
Yakin berada di tempat yang teÂpat, Sakti pun mulai. Di ruangan pelayanan berukuran 4x4 meter itu banyak nasabah yang antre lebih dulu. Ada dua teller yang diÂbuka untuk melayani setoran dan penarikan dana. Satu loket disediakan untuk petugas cusÂtomer service.
Nasabah yang ingin ke teller antre berdasarkan nomor urut. Untuk antrean customer serÂvice, Teguh lah yang mengaturnya. Ia akan mendahulukan nasabah yang datang lebih dulu. MeÂnungÂgu 45 menit, Sakti mendapat giÂliÂran menghadap petugas custoÂmer service. Map yang dibÂaÂwaÂnya ditaruh di meja dan diÂkeÂluarÂkan isinya. Mau daftar BPJS,†ujar Sakti kepada Sinta, petugas wanita di meja pelayanan itu.
Sambil meminta maaf, Sinta menyampaikan pendaftaran BPJS untuk saat itu tidak bisa diÂlakukan dari kantor BRI. AlaÂsannya, jaringan ke website BPJS untuk melakukan pendaftaran peserta baru kerap error.
Saat ini, hanya bisa setor iuran saja,†katanya.
Wanita yang rambutnya diikat itu menyarankan, agar daftar dulu saja untuk jadi nasabah BRI. SeÂtelah punya rekening, lalu menÂdafÂtar online di
www.bpjs-keÂseÂhaÂtan.go.id. Nanti tinggal bawa
print out ke Kantor BPJS KeÂsehatan di Cikokol (Tangerang),†sarannya.
Di ruang pelayanan yang semÂpit itulah, perbincangan antara Sakti dan Sinta terdengar peÂngantre lainnya. Ternyata, tidak seÂdikit dari mereka yang belum daftar peserta BPJS Kesehatan. Sebagian lagi, datang untuk memÂbayar iuran bulanan BPJS.
Nggak bisa ya Mbak,†celetuk seorang wanita yang sedang antre. Antrean panjang hingga berjam-jam untuk mendaftar jadi peserta di kantor BPJS Kesehatan Cikokol pun jadi topik pemÂbicaraan.
Padahal kita mau daftar dan baÂyar iuran. Dari pagi sampai sore saya ngantre,†keluh seÂoraÂng pria yang menceritakan pengaÂlaÂman ketika mendaftar jadi peÂserta BPJS di Cikokol.
Ia antre di bank ini untuk memÂbayar premi BPJS Kesehatan. Saya bayar tiga orang untuk keÂlas II,†ungkapnya.
Peserta BPJS Kesehatan wajib membayar iuran setiap bulan. BeÂsar iuran tergantung ruang peÂrawatan yang dipilih. Untuk kelas III, iurannya Rp 25.500 per bulan. Kelas II Rp 42.500. Sedangkan kelas I Rp 59.500. Warga miskin Penerima Bantuan Iuran(PBI) jadi peserta BPJS Kesehatan tanÂpa keluar uang sepeser pun. Iuran mereka dibayarkan pemerintah.
Mengikuti saran Sinta, Sakti pun memutuskan membuka rekeÂning BRI terlebih dulu. Tak samÂpai 30 menit, prosesnya selesai. Petugas customer service meÂnyeÂrahÂkan buku rekening berikut karÂtu ATM warna biru. Sinta menÂjelaskan pembayaran iuran BPJS bisa dilakukan lewat ATM BRI.
Sinta meminta tolong Teguh unÂtuk untuk mengajarkan kepada naÂsabah cara pembayaran BPJS KeÂseÂhatan di mesin ATM. Mulai dari memasukkan kartu hingga tranÂsaksi selesai tak sampai tiga meÂnit. Setelah paham Sakti meÂmuÂtusÂkan meninggalkan kantor bank ini.
Pemantauan
Rakyat Merdeka, banyak warga di Kota Tangerang yang memilih mendaftar jadi peserta BPJS Kesehatan di bank. Alasannya jika mendaftar di kantor BPJS Kesehatan Cikokol antrenya sampai berjam-jam.
Untuk diketahui, BPJS KeseÂhatan menggandeng tiga bank pemerintah yakni Mandiri, BRI dan BNI untuk pendaftaran peserta dan pembayaran iuran. Sistem di ketiga bank itu sudah terkoneksi deÂngan database BPJS KeseÂhatan. Pendaftar di tiga bank itu bisa langsung mendapat noÂmor
virtual account peserta BPJS Kesehatan.
Tinggal datang dan daftar di unit kerja BRI seluruh Indonesia, sangat mudah. Dan hal ini juga berarti efisiensi bagi BPJS KeseÂhatan, karena tidak perlu nambah kantor dan SDM,†ujar Dirut BRI Sofyan Basyir.
Gagal mendaftar di bank, Sakti terpaksa harus ke kantor BPJS Kesehatan di Cikokol.
Pendaftaran BPJS Kesehatan bisa melalui online,†tulisan itu terpampang pada sebuah spanduk tepat di pintu masuk kantor BPJS yang ditujunya.
Di spanduk itu juga dicanÂtumkan cara mendaftar via dunia maya. Yakni mengisi biodata diri seperti nomor induk kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), hingga nomor rekening bank mitra.
Malam sebelum datang, dia suÂdah mencoba mendaftar online di www.bpjs-kesehatan.go.id. Namun gagal terhubung dengan situs itu. Dicoba berkali-kali seÂlalu gagal,†keluh Sakti.
Mau tak mau dia harus menÂdaftar di Kantor BPJS Kesehatan Cikokol yang paling dekat deÂngan tempat tinggalnya. Untuk meÂngurus jadi peserta BPJS KeÂsehatan dia sampai izin dari temÂpat kerjanya dua hari. Hari peÂrÂtama membuat rekening di bank mitra BPJS. Hari kedua daftar di kantor BPJS.
Pukul 8 pagi, Sakti sudah tiba di kantor BPJS Kesehatan CÂiÂkoÂkol. Petugas sekuriti di kantor itu memberikan formulir pendÂafÂtaÂran. Diisi dan lampirkan foÂtoÂkoÂpi KTP, KK, buku rekening, dan pas foto,†ujar satpam pria itu.
Sambil mengambil formulir pendaftaran, dia sempat komÂplain kepada petugas BPJS yang berjaga. Mengapa pendaftaran online tidak bisa?†tanyanya.
Untung-untungan karena antusias warga untuk mendaftar BPJS tinggi,†jawab petugas yang ditemuinya.
Meski datang pagi, antrean di kantor ini sudah sepanjang 10 meÂter. Kursi-kursi yang diseÂdiaÂkan untuk pendaftarn sudah peÂnuh terisi. Dua jam dihabiskan unÂtuk menunggu dipanggil ke meja pendaftaran. Di meja ini seÂorang petugas pria mengecek semua berkas. Jika tidak lengkap, mereka diminta melengkapi dan kembali antre dari awal. Petugas itu mengungkapkan biasa penÂdaftar tidak mencantumkan fotoÂkopi buku rekening bank.
Usai berkas persyaratan dipeÂriksa, petugas memberikan noÂmor antrean lagi: 53. Ditulis deÂngan spidol di sisi kanan berkas. Pendaftar antre untuk input data. Seorang polwan diperbantukan untuk mengatur antrean. Maklum ruangnya yang disediakan semÂpit. Hanya berukuran 2x3 meter. Di dalamnya diisi empat petugas menginput data pendaftar.
Untuk input data, Sakti meÂnanti hingga 2,5 jam. Selesai? Tidak.. Tahap terakhir yakni mÂeÂnyetorkan iuran pertama. Usai membayar iuran perdana, terbitÂlah kartu peserta BPJS dari kerÂtas. Sampai lima jam baru jadi kaÂrtunya,†gerutunya.
Mau Bayar Iuran Pertama, Pendaftar Cari ATM Di Mal
Bank Tak Buka Loket Di Kantor BPJSUntuk mencetak kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, calon peÂserta yang sudah mendafÂtarkan diri wajib menyetorkan premi pertaÂma. Bukti penyetoran iuÂran via bank perlu ditunjukkan kepada petugas di loket penÂcetakan kartu.
BPJS Kesehatan mengÂganÂdeng tiga bank pemerintah yakni ManÂÂdiri, BRI dan BNI untuk meÂlayani pendaftaran dan pemÂÂbayaran iuran. Pendaftar wajib memiliki rekening salah satu dari tiga itu untuk bisa jadi peserta BPJS.
Di Kantor BPJS Kesehatan Cikokol Kota Tangerang hanya terdapat loket BRI. Para penÂdaftar yang membuka rekening di Mandiri dan BNI pun keÂlimÂpungan. Mereka mencari ATM bank tersebut untuk melakukan pembayaran iuran pertama.
Untungnya masih di kawasan Cikokol ada pusat perbelanjaan besar Tangerang City Mall yang menyediakan ATM dari berÂbagai bank. Jaraknya pun cukup dekat: 20 meter. Cukup meÂnyeÂberangi Jalan Perintis KeÂmerÂdekaan dari Kantor BPJS.
Inilah yang dilakukan MarÂzuki untuk bisa mendapatkan kartu BPJS. Ia sudah melaÂkuÂkan pendaftaran. Namun, belum bisa mengambil kartu jika tidak menunjukkan bukti setoran iuran pertama.
Pria berusia 50 tahun ini kesal lanÂtaran tidak ada loket Bank Mandiri di Kantor BPJS. Ia pun menyeberang ke Tangerang City Mall untuk mencari ATM bank itu. Jika tidak dibayarkan pada hari pendaftaran, dia harus antre lagi di kantor BPJS.
Tapi antrenya di lantai dua kantor, langsung print kartu,†ujar MarÂzuki, meniru ucapan penjaga wanita di loket penÂdaftaran BPJS.
Sebelumnya untuk proses peÂngecekan berkas persyaratan hingga input data, Marzuki anÂtre sampai 4,5 jam. Ia tak ingin antre berlama-lama lagi jika meÂnunda pembayaran iuran.
Tiba di depan ATM Mandiri, Marzuki kebingungan bagaiÂmana cara melakukan transaksi pembayaran iuran BPJS. BerunÂtung, petugas satpam jaga di ATM mengerti langkah-langkah pembayaran iuran BPJS.
Kata satpam itu setiap hari ada pendaftar BPJS yang ke ATM di situ untuk bayar iuran,†tutur Marzuki.
Pembayaran iuran selesai. Marzuki pun kembali ke kantor BPJS. Untuk mencetak kartu, tiÂdak perlu waktu lama. Bahkan, daÂpat menyelak antrean. MeÂmang, mereka yang sudah memÂÂÂbaÂyar iuran dipermudah pelayanannya. Sebab, tinggal mencetak kartu.
Kartu yang diterima peserta masih berbentuk kertas ukuran A4. Belum digunting. Marzuki cukup kaget ketika menerima kartu tanda peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu.
Dapat saran dari pendaftar lainnya, Marzuki pun mencari temÂpat fotokopi untuk melaÂminating kartu tersebut. Jika tak dilindungi kartu dari kertas ini mudah rusak.
Dia pun mendapat saran peÂserta lainnya untuk meÂlamiÂnaÂting kartu tersebut di tempat foÂtoÂkopi di sekitar kantor BPJS. BeÂnar saja, begitu meminta jasa penjaga fotokopi, kertas itu langÂsung berwujud kartu.
(Laminating) satunya 5.000. Bisa saja jadi peluang bisnis,†kata Marzuki. Untuk memberi pelindung kartu miliknya dan istri, Marzuki merogoh kocek Rp 10 ribu. ***