Berita

ridwan darmawan/net

Politik

Pernyataan Menteri Sudirman Said Menunjukkan Mental Makelar

SENIN, 10 NOVEMBER 2014 | 16:46 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

. Pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyebut 20 kontrak blok minyak dan gas bumi (migas) yang akan habis dalam waktu lima tahun ke depan tidak harus diberikan dan dikelola oleh PT Pertamina (Persero) disesalkan.

Wakil Ketua Indonesia Human Right Comitee and Social Justice (IHCS), Ridwan Darmawan mengatakan, pernyataan Sudirman Said sama sekali tidak mencerminkan Nawa Cita dan grand design pemerintahan yang dijanjikan Presiden Joko Widodo, yakni mewujudkan konsep Trisakti terutama dalam tata kelola migas nasional.

"Harus diingat, Presiden Jokowi sedari awal menghembuskan harapan adanya perbaikan tata kelola pengelolaan sumber daya alam kita sesuai Pasal 33 UUD 45. Kenapa sekarang menterinya mau serahkan pengelolaan blok migas bukan ke Pertamina?" ujar Ridwan saat berbincang dengan kantor berita politik sesaat lalu (Senin, 10/11).


"Jika dihubungkan dengan amanat Jokowi di rapat awal kabinet lalu bahwa tidak ada visi misi menteri, yang ada hanya visi misi presiden, maka sangat disayangkan jika pernyataan Sudirman Said itu adalah juga apa yang ada di kepala Jokowi,"  sambung dia.

Dia mengatakan seharusnya pemerintah saat ini sensitif dengan keinginan rakyat bahwa pengelolaan migas harus dikelola negara melalui Pertamina. Sejak awal reformasi evaluasi atau kritik atas pengelolaan blok-blok migas yang diberikan kepada asing melalui sistem bagi hasil sudah nyaring terdengar. Bahkan gaungnya lebih nyaring beberapa tahun lalu, dimana ormas keagamaan seperti PP Muhammadiyah, PBNU, LSM beserta elemen masyarakat lainnya melakukan uji materi UU Migas ke MK dan akhirnya dikabulkan oleh MK.

"Dari segi sensitifitas isu atau trend nasionalisme pengelolaan aset-aset strategis negara, pernyataan Menteri Said ini menunjukkan dia tidak sensitif. Semuanya resah dengan cara kita berbangsa yang tidak beranjak dari masa lalu yang bermental makelar, tetapi Menteri Said bersikap sebaliknya," papar Ridwan.

Pemerintah, katanya melanjutkan, harus memperioritaskan Pertamina untuk mengelola migas kita. Kebiasaan negara yang hanya menjadi penyedia lapak migas, sementara pengelolaannya diberikan ke asing harus diakhiri.   

"Jika Pertamina tidak mampu, baru kasih kesempatan PMDN dan PMA untuk mengelolanya. Tidak ada halangan dari segi perundangan yang bisa menghalangi tindakan kita memprioritaskan Pertamina, UU antimonopoli mengecualikan jika hal itu terkait barang yang menjadi hajat hidup orang banyak," demikian Ridwan.

Diketahui, dalam 5 tahun ke depan ada sekitar 20 kontrak blok migas yang akan habis. Menteri Sudirman Said menegaskan tidak harus setiap blok migas yang habis diberikan dan dikelola oleh Pertamina. Diantara kontrak blok migas yang akan berakhir adalah Blok Mahakam.

"Terbaik bukan berarti harus diberikan semua kepada Pertamina, tapi soal value added bagaimana? Sebagai contoh kita harus memikirkan memikirkan risk dan capability perusahaan-perusahaan nasional, tidak hanya Pertamina. Kita harus memikirkan Indonesia incorporated, semua perusahaan nasional harus diberi ruang yang baik untuk tumbuh bersama-sama demi kepentingan nasional," papar Sudirman di kantor pusat Pertamina, Jakarta (Rabu, 5/11). [dem] 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya