Berita

presiden joko widodo/net

Inilah Bukti Revolusi Mental Jokowi Layu Sebelum Berkembang

SENIN, 03 NOVEMBER 2014 | 10:05 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Revolusi mental yang digagas Jokowi-JK dinilai telah layu sebelum berkembang. Salah satu buktinya, para pendukung Jokowi-JK di parlemen yang tergabung dalam KIH tidak memahami makna revolusi mental secara baik. Hal itu terlihat dari cara mereka memaksakan kehendak dalam proses pemilihan pimpinan AKD.

Hal itu disampaikan Presidium Parlemen Pemuda Indonesia, Ahmad Fanani, dalam perbincangan dengan redaksi.

Menurut Fanani, revolusi mental mesti taat konstitusi, UU, dan peraturan yang berlaku. Selain itu harus konsisten dalam setiap tindakan.


“Mereka (anggota KIH di DPR) kan melanggar itu semua. Lihat, mereka membuat pimpinan DPR tandingan atau sementara. Itu tidak ada ketentuannya dan sangat tidak berdasar. Mereka juga sejak awal mengakui keberadaan pimpinan Dewan. Sekarang, malah membuat gerakan mosi tidak percaya. Mental seperti ini yang perlu direvolusi,” ujarnya.

Bila hendak membumikan revolusi mental, Fanani mengatakan, Jokowi-JK diminta untuk segera turun tangan menertibkan para pendukungnya di parlemen. Kalau hal itu tidak dilakukan, dikhawatirkan kerusakan mental bangsa ini akan bermula dari gedung parlemen. Inisiator kerusakan itu tentu saja para penggagas pimpinan DPR tandingan atau sementara.

Dalam pandangan Fanani, apa yang dilakukan KMP sama sekali tidak ada yang salah. KMP dinilai telah mengambil keputusan sesuai tatib dan aturan yang berlaku. Keputusan apa pun yang diambil selama tidak bertentangan dengan aturan perundang-undangan tentu itu sah dan mengikat.

"Pimpinan DPR tentu memiliki kelemahan dan tidak bisa memuaskan semua pihak. Ya, karena mereka bukan alat pemuas nafsu berkuasa sekelompok orang,” kata dia lagi. Ketua-ketua umum partai yang bernaung di bawah KIH diminta untuk segera menindak para penggagas pimpinan DPR tandingan atau pimpinan DPR sementara. Hal itu sangat diperlukan demi menjaga marwah dan kualitas demokrasi Indonesia. Bila ketua-ketua umum partai pendukung Jokowi-JK berdiam diri, bisa dikatakan mereka ikut bertanggung jawab dalam keruntuhan demokrasi Indonesia. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya