Berita

foto:dok ppi tiongkok

Publika

Pawai Takbir Awali Shalat Idul Adha di Nanchang

Oleh: Ahmad Syaifuddin Zuhri*
MINGGU, 05 OKTOBER 2014 | 15:14 WIB

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaa ha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu..

Pagi yang dingin di musim gugur kali ini tidak menyurutkan semangat para jamaah untuk mengikutinya. Ratusan jamaah berpawai dari kawasan Wanda Guangchang yang berjarak sekitar satu kilometer atau selama kurang lebih 40 menit dari Masjid Besar Nanchang sejak pukul 07.30 waktu setempat.

Suara jamaah sambil berpawai mengumandangkan kalimat thoyyibah tersebut memecah heningnya pagi di sepanjang jalan. Tidak seperti kebanyakan takbiran. Di sini takbirnya diucapkan hanya dua kali diawal. Menandai akan dimulainya shalat Idul Adhal. Menandai akan dimulainya sholat Idul Adha di Masjid Besar Nanchang atau Nanchang Qingzhen Da Si di kawasan Honggutan New Distrik kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, RRT, pada Minggu (5/10).


Tradisi Pawai dan Takbiran yang unik dan khas yang jarang ditemukan di Tiongkok ataupun di Indonesia yang mayoritas muslim sekalipun.

Seperti yang sudah-sudah, tradisi di masjid Nanchang tiap pagi jelang sholat Idul Adha dan Idul Fitri akan dimulai, terlebih dahulu diawali dengan pawai takbir sambil membawa puluhan bendera dengan tiang dari kayu bambu setinggi tiga-empat meter.

Bendera yang berbentuk segitiga berwarna hijau dan pinggirnya diberi kain semacam lipatan renda warna putih tersebut di tengahnya bertuliskan kaligrafi kalimat Syahadat dan pinggirnya bertuliskan dua bahasa yakni Arab “Masjid Akbar Nanchang” dan Mandarin “Nanchang Sholat Idul Adha menjadi momentum yang sangat ramai di masjid daripada sholat Idul Fitri.

Selain kali ini bertepatan ditengah libur hari nasional Tiongkok selama sepekan, adalah momen yang sangat istimewa bagi muslim disini untuk berkumpul dan berbagi daging kurban bersama keluarga. Tak heran di masjid yang diresmikan pada Idul Adha tahun 2012 lalu ini jamaah yang datang sampai ribuan orang meluber ke halaman dan jalan raya depan masjid.

Imam Musa atau biasa dipanggil Ahong Musa selaku imam besar masjid Nanchang, satu atau setengah jam sebelum sholat dimulai biasanya akan mengawali dengan membaca beberapa surat al Quran dan dilanjutkan ceramah. Setelah itu, sholat dan khutbah akan dibacakan sekitar sepuluh menit dengan bahasa Arab.

Ada yang berbeda ketika sholat Ied, tiap rakaatnya hanya mengucapkan tiga kali takbir yakni tiga kali di rakaat pertama sebelum membaca Al Fatihah dan tiga kali di rakaat kedua setelah bacaan Al Fatihah. Berbeda seperti kebanyakan sholat Ied di Indonesia.

Usai sholat dan khutbah berakhir para jamaah berkumpul di halaman belakang masjid menyaksikan secara simbolis pemotongan perdana hewan kurban oleh Imam Musa. Puluhan kambing lainnya yang seharga 2.300 Renminbi atau sekitar 4,5 juta rupiah perekor tersebut siap.

Uniknya, kambing-kambing disembelih oleh panitia penyembelih dan tidak dipotong di tempat tetapi langsung dibawa pulang secara utuh oleh pemilik yang berkurban untuk dimasak dan dimakan bersama keluarga dan tamu-tamunya. Jadi panitia hanya bertugas menyembelih, tidak ada pembagian hewan kurban.

Di kota Nanchang, dari penuturan Imam Musa, terdapat sekitar 4 ribu muslim yang sebagian besar suku Hui, mereka sebagian besar adalah perantau dari wilayah mayoritas muslim di Tiongkok Barat Laut yakni provinsi Ningxia, Gansu dan Qinghai yang berjualan makanan halal Lanzhou Lamian atau sejenis mie tarik dan sebagian kecil dari suku Uighur provinsi Xinjiang.

Merayakan Idul Adha di Asrama

Tahun ini bagi penulis adalah tahun keempat atau tahun terakhir di Nanchang University menyaksikan dan merasakan secara langsung Idul Adha di kota Nanchang. Di masjid sini tak ada malam takbiran apalagi suara bedug. Ya, kami anggap wajar karena disini selain negara komunis, Islam adalah minoritas dari penduduknya. Sebagai penggantinya, di asrama kami mendengarkan takbiran dari salah satu saluran radio streaming di Indonesia dan rekaman takbiran hasil unduhan di internet sebelumnya untuk merasakan suasana Idul Adha tiba.

Untuk mengobati rasa rindu berlebaran di rumah. Saya dan 28 mahasiswa muslim Indonesia lainnya mengawalinya dengan buka bersama puasa sunnah Arafah, jamaah Magrib dan Isya diselingi dengan takbir bersama.

Paginya sebelum berangkat ke masjid, dipimpin oleh Ckhalik Djirimu mahasiswa asal Makassar selaku ketua panitia. Jam tujuh pagi kami bersama-sama berangkat dengan menyewa tiga mobil sejenis van untuk pulang-pergi. Sekitar 15 menit perjalanan dari kampus sampai ke masjid.

Usai sholat Id sekitar pukul 10.00 kami kembali ke asrama dan merayakan bersama-sama sambil lesehan di koridor tangga lantai 21 dan mengundang mahasiswa Indonesia lainnya yang non muslim.

Kali ini tema utama masakannya adalah adalah menu khas Makassar seperti Ayam Pallucamba,  Sambal Goreng Daging, Mie Titi dan sebagainya. Sebagai kepala juru masaknya adalah Ratna Ervina, mahasiswi yang pernah mengambil S1 jurusan Tata Boga di Makassar.

Karena tidak ada tradisi pembagian hewan kurban ke masyarakat umum, dengan patungan kami membeli sayur, buah, daging sapi, ayam, ikan dan lain-lain yang mulai kami masak sejak malam takbir. Sambil makan bareng diselingi dengan candaan ringan kami bercerita tentang tradisi merayakan Idul Adha di kampung halaman masing-masing.

Untuk melepas kangen dengan keluarga di tanah air kami cukup memakai media sosial seperti Skype, Whatsapp atau Facebook dan sesekali lewat telepon karena pulsanya cukup mahal.

Kebersamaan di hari yang penuh berkah ini semoga selalu terjalin dan semoga tahun depan kita semua bisa berjumpa dengan Idul Adha lagi, Amin.

Dari Tiongkok kami mengucapkan Selamat Idul Adha 1435 H, Taqobbalallahu minna wa minkum Taqobbal ya Karim, Mohon Maaf Lahir dan Batin.



*) Penulis adalah Mahasiswa Master in International Relations Nanchang University, kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, RRT. Dewan Pembina Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok 2014-2015.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya