Berita

ilustrasi

On The Spot

Ada Tahu Berformalin & Kolak Berpewarna Tekstil

Sidak Ke Pasar, BPOM Tes Makanan Takjil
JUMAT, 18 JULI 2014 | 10:47 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Mobil “laboratorium keliling” parkir tepat di depan Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis sore. Pintu sisi kanan, kiri dan belakang mobil berwarna hijau itu terbuka. Tiga wanita berpakaian putih terlihat berada di dalam di mobil milik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu.

BPOM tengah melakukan sidak terhadap penjualan makanan berbuka puasa (takjil) di pasar itu. Pada sore hari sejak Ramadhan, di pasar ini banyak penjual takjil. Bahkan, membludak sampai ke badan jalan yang terletak di seberang Terminal Rawamangun itu.

Kedatangan BPOM ke sini untuk mengecek apakah takjil yang dijual mengandung bahan-bahan berbahaya bagi manusia. Sidak dipimpin Kepala BPOM Roy A Sparingga.

Begitu tiba, Roy langsung mendatangi lapak milik Uci, 22 tahun) yang berada di luar pasar. Wanita asal Rawamangun itu menjual kolak, kolang-kaling, dan pacar Cina. Ketiga takjil dikemas menggunakan gelas plastik. Harganya Rp 5000 per gelas.

“Saya beli satu,” ujar Roy sembari mengangkat segelas pacar Cina  yang nampak ngecreng dengan warna merah.

Sejurus kemudian, seorang staf BPOM menyambut takjil itu, dan menyerahkan uang Rp 5000. Dengan sigap, staf lainnya membawa makanan yang dibeli itu untuk dicek di mobil.

Uci terlihat santai ketika BPOM mengecek takjil yang dijualnya. Sebab, takjil itu dibuatnya sendiri di rumah. Mulai dari merebus gula hingga membuat adonan. Ia menjual takjil sejak Ramadhan tahun lalu. “Nggak apa-apa lah (dites) saya yakin benar,” kata wanita berkerudung itu.

Sidak dilanjutkan ke dalam pasar. Setidaknya, ada tiga pedagang yang disambangi kepala BPOM. Yakni pedagang ketupat sayur padang, gorengan, hingga sayur dan lauk pauk. Di lapak ketupat sayur padang, Roy membeli satu porsi, plus mie goreng yang juga tersedia di lapak itu.

Kepada para pedagang yang ikut nimbrung menyaksikan, Roy menyampaikan agar berhati-hati memilih bahan makanan untuk dijual. “Ini kerupuk warnanya merah diduga ada zat pewarna. Kemudian mie, biasanya tidak tahan lama, dan dicurigai ada formalin,” katanya.

Sidak di Pasar Rawamangun hanya 45 menit. Terakhir, Roy mendatangi lapak lauk-pauk yang menjajakan berbagai makanan siap saji. Seperti, daging, ikan, sayur, dan lainnya. Bak restoran padang, lapak milik Ibu Yanti itu menyajikan makanan di atas piring-piring yang ditumpuk. Bedanya dengan restoran, masakan tidak bisa makan di tempat melainkan untuk dibungkus pulang.

Di lapak itu, Roy membeli tiga jenis makanan yang akan dijadikan sampel pengujian. Yaitu, sayur singkong, cumi-cumi, dan ikan asin. Semua makanan itu, dimasukkan plastik dan dibawa stafnya ke dalam mobil laboratorium.

Ibu Yanti, pemilik lapak lauk pauk itu juga yakin makanannya tidak mengandung zat berbahaya. Menurutnya, jika ada masalah pasti konsumennya akan sakit perut dan komplain. Selama 15 tahun berjualan makanan, Yanti mengaku telah memiliki pelanggan tetap.

“Saya dulu jualan buah, tapi tiap bulan puasa jualan lauk bukaan. Saya buat makanan pakai bumbu diracik sendiri,” katanya.

Usai berkeliling, Roy kembali ke mobil Laboratorium. Dia menyaksikan langsung ketiga petugas mengetes makanan hasil “buruannya” di pasar ini.
Makanan dipotong sedikit untuk diuji. Potongan itu lalu dimasukkan ke dalam tabung kaca.

Cairan zat kimia dimasukkan ke dalam tabung. Jika cairan berubah warna, maka potongan makanan itu mengandung zat-zat berbahaya.

Tidak butuh lama bagi para petugas di mobil laboratorium itu melakukan pengujian. Dalam 20 menit, semua sampel sudah diuji. Hasilnya dilaporkan ke Roy.

Ternyata makanan yang dijual di pasar itu mengandung bahan berbahaya, seperti boraks, formalin, dan pewarna tekstil atau rhodamin B.

Makanan yang mengandung pewarna tekstil antara lain bolu warna-warni, kolak, dan kerupuk padang. Sementara makanan yang mengandung formalin adalah tahu kuning yang berbentuk segitiga. Sedangkan yang mengandung boraks adalah kerupuk kulit. Berdasarkan hasil uji laboratrium, mie kuning terbukti aman.

“Sidak ini untuk membuktikan memang ada makanan yang mengandung bahan berbahaya, dan ada juga yang tidak berbahaya,” kata Roy sembari mengangkat beberapa makanan hasil uji laboratorium.

Selama bulan Ramadhan ini Roy dan beberapa stafnya akan rutin melakukan sidak untuk memeriksa makanan dan minuman yang dijual di pasar-pasar. Masih ada beberapa pasar yang akan disasarnya.

“Ini adalah sidak kami yang ke-25. Dari hasil sidak sementara kami, 20 persen makanan takjil yang kita uji laboratorium mengandung zat berbahaya,” pungkasnya.

Penjual Makanan Hanya Dinasihati
Ketahuan Pakai Zat Berbahaya

Setiap bulan Ramadhan ramai penjual makanan berbuka (takjil) musiman. Biasanya, mereka membuka lapak seadanya dipinggiran jalan maupun pasar tradisional. Berbagai makanan dijajakan. Banyak yang seragam.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun turun ke lapangan untuk menguji takjil yang dijual di pasar-pasar. Hasilnya mencengangkan: 20 persen makanan yang diuji mengandung zat-zat berbahaya.

Misriani, satu di antara petugas mobil laboratorium mobil BPOM menyatakan tidak dapat menindak para penjual makanan yang mengandung zat berbahaya itu.

Biasanya, lanjut wanita berhijab itu, para pedagang hanya dinasihati kalau dagangannya itu mengandung zat berbahaya dan disarankan tidak menjualnya lagi. Namun, saran itu kurang diindahkan para penjual.

Kepala BPOM Roy A Sparringa juga mengaku kesulitan melakukan tindak tegas kepada para pedagang makanan yang mengandung zat kimia berbahaya.

Menurut dia, tindakan tegas baru bisa dilakukan jika ada komitmen bersama dengan komunitas pasar.

“Persepsinya harus sama, kalau tidak ada komitmen dengan pedagang pasar, tidak bisa,” ujar Roy.

Roy membandingkan, sidak yang dilakukan di Indonesia tidak seperti sidak pasar di Thailand. Menurutnya, para pedagang di negeri “Gajah Putih” itu memiliki komitmen untuk tidak menjual barang dagangan yang terbukti mengandung zat berbahaya.

Diceritakan, ada kesamaan setiap makanan (takjil) yang mengandung zat berbahaya. Yaitu, bentuk dan warna yang sama. Dicurigai, ada pemasok besar yang ingin untung besar selama Ramadhan tanpa menggunakan bahan makanan yang sehat. 

Sehari Datangi Dua Pasar Di Jakarta
Mobil Laboratorium BPOM

Misriani adalah satu di antara petugas laboratorium di mobil Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM). Berlatar belakang sebagai apoteker, dia dipercaya menjadi bagian tim yang menguji makanan takjil yang dijual di pasar-pasar selama Ramadhan.

Diceritakan Misriani, tim laboratorium mobil tidak melakukan pengujian setiap hari. Dalam sepekan mereka turun ke lapangan dua sampai tiga kali. Ada empat buah mobil yang disulap menjadi “laboratorium jalanan” itu. Di setiap mobil ada tiga petugas penguji makanan. “Sekali jalan satu mobil ke dua titik,” ujar Misriani yang mengenakan jilbab itu.

Bagaimana menentukan lokasi pengujian? Menurut dia, ada petugas lain yang memantau lokasi yang akan dikunjungi. Setelah ditetapkan, timnya akan meluncur ke sana dengan mobil laboratorium.

Bagi Misriani, tidak sulit melakukan uji laboratorium di dalam mobil. Bedanya, hanya suasananya saja. Jika dilakukan di dalam mobil yang parkir di area pasar, tentunya kondisinya sangat riuh. Namun tidak sampai menggangu konsentrasi sang penguji.

Setiap penguji mobil laboratorium, kata Misriani, sudah dibekali petunjuk teknis dalam melakukan pengujian makanan. Ada empat zat berbahaya yang harus diidentifikasi. Yaitu, formalin, rhodamin B, metamin yellow, dan boraks.

Caranya, setiap makanan yang dites (test kit) diuji dipotong dan dimasukkan kedalam tabung uji berbahan kaca. Kemudian, dimasukkan air dan cairan bahan kimia. Bahan test kit, sudah rapi dimasukkan kedalam kotak ukuran 10 cm persegi.

Sementara, Ketua Badan POM Roy Sparringa mengatakan jajarannya semakin rutin melakukan sidak ke pasar-pasar sejak memasuki bulan puasa. Sidak pasar dilakukan secara rutin untuk melakukan sosialisasi mengenai kewaspadaan pedagang dan masyarakat mengenai berbahayanya kandungan bahan-bahan tersebut.

Menurut Roy, pengawasan dilakukan lebih intensif selama bulan Ramadan karena selama bulan puasa penjual makanan basah lebih banyak bermunculan untuk menjual makanan untuk berbuka.

Dalam aksinya itu, Roy mengatakan pengawasan tidak hanya dilakukan para penjual pasar yang rata-rata pedagang kaki lima dadakan. Juga menyasar ke produsen makanan-makanan. Dia menduga, pedagang takjil di daerah Jakarta terpusat lantaran bentuk dagangannya serupa. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Israel Lancarkan Serangan Darat ke Lebanon Barat Daya

Selasa, 08 Oktober 2024 | 16:05

Prabowo Disarankan Perbesar Anggaran Pertahanan

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:59

Lampaui Target, Peserta Pameran TEI ke-39 Tembus 1.460 Exhibitor

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:57

Khofifah Kuatkan Kehidupan Beragama Lewat Pesantren

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:49

Bikin Bingung Pemilih, Trump dan Istri Beda Pandangan Soal Aborsi

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:46

Tampung Keluhan Hakim, DPR Pertimbangkan Revisi UU Kehakiman

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:40

Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:34

Perdana, Wakil Myanmar Bakal Hadiri KTT ASEAN di Laos

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:26

Harga Pangan Bervariasi: Beras Turun, Minyak Goreng Naik

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:25

Bikin Ngeri, Timnas Jepang Panggil 22 Pemain di Eropa

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:24

Selengkapnya