Berita

KRI Karang Banteng

On The Spot

Boros BBM, KRI Karang Banteng Ditenggelamkan

Ditarik Ke Selat Bali, Jadi Sasaran Rudal
RABU, 04 JUNI 2014 | 10:28 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Suasana dermaga penjelajah barat Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim) Minggu pagi lalu tampak berbeda. Puluhan prajurit berkumpul di depan kantor Satuan Kapal Bantu. Biasanya, kawasan militer di Surabaya ini sepi pada hari libur.

Sekitar 40 anggota TNI AL terlihat sibuk menyiapkan penarikan KRI Karang Banteng yang baru saja pensiun menggunakan kapal tunda. Kapal bernomor lambung 983 itu disiapkan menjadi “tumbal” dalam latihan gabungan (latgab) yang melibatkan semua angkatan. Kapal Cepat Angkut Pasukan (KCAP) ini akan menjadi sasaran tembak.

Peluru kendali (rudal) Exocet akan ditembakkan dari KRI Sultan Iskandar Muda yang telah berada di selatan Selat Bali, dekat Samudera Indonesia. KRI Iskandar Muda didampingi tiga kapal perusak yakni, KRI Sultan Hasanuddin, KRI Abdul Halim Perdanakusuma, dan KRI Yos Sudarso.

Skenarionya, kalau satu rudal dari KRI Sultan Iskandar Muda tidak bisa membuat KRI Karang Banteng tenggelam, tiga kapal pengiring akan bergiliran menembak. Hingga kapal sasaran tenggalam.

Rasa sedih terlihat di raut wajah puluhan kru KRI Karang Banteng ketika apel pelepasan kapal yang memiliki panjang 68,8 meter dan lebar 10,4 meter. Sekian lama mengawaki kapal, mereka harus melepas KRI Karang Banteng ke tempat istirahatan terakhir di dasar laut.

Di antara 35 prajurit yang mengawaki kapal perang KRI Karang Banteng, ada Sersan Kepala Mesin (Serka Mes) Romadi. Bintara berumur 46 tahun ini salah seorang yang paling kehilangan. Ikatan emosional antara dirinya dan KRI Karang Banteng sangat erat. “Saya mulai memperbaiki kapal sebelum diresmikan pada 7 April 2006,’’ ungkapnya. Ada nada sedih saat menuturkan pengalamannya merawat kapal ini.

Di KRI Karang Banteng yang berbobot 493 metrik ton tersebut, Romadi adalah juri mesin diesel generator (DG). Selama masa baktinya, KRI Karang Banteng pernah dipimpin lima komandan. Yakni, Mayor Laut (P) Edy Supriyanto (sekarang kepala Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Surabaya.

Kemudian  Mayor Laut (P) Adi Lumaksana (komandan Pangkalan AL Lanal Saumlaki, Ambon), dan Mayor Laut (P) Nurrozi (perwira pelaksana komandan Lanal Sorong, Papua).

Selanjutnya, ada Mayor Laut (P) Agung Sapto Adi (Dinas Komunikasi dan Elektronika Koarmatim) dan yang sekarang Kapten Laut (P) Dita Ariyanugroho.

Di antara seluruh kru kapal, hanya dua orang yang tidak pernah ganti. Selain Romadi, ada Serka Mes Sudaryanto yang sekarang mendukung patroli perbatasan di Ambalat.

Menurut Romadi, perbaikan sebelum KRI Karang Banteng hingga benar-benar bisa berlayar dilakukan selama enam bulan. Sebab, kondisi kapal yang termasuk kategori feri cepat itu memang kurang laik.

Sekian lama berlayar mengangkut penumpang, kondisi fisik kapal ini tinggal 60-70 persen. Kelistrikan dan permesinan masih 50-65 persen. Sistem peranti elektronik dan komunikasi tinggal 60 persen. Artinya, banyak peralatan yang tidak berfungsi.

Desain bodi dan interior KRI Karang Banteng cukup apik. Mirip kapal pesiar mewah. Sebab, dulu kapal itu milik PT Angkutan, Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP). BUMN  yang kini bernama Indonesia Ferry itu menyerahkan kapal tersebut kepada Kementerian Pertahanan pada 15 September 2005. Kementerian lalu menyerahkan kepada TNI AL untuk dioperasikan.

Kapal produksi 1998 dari galangan Laurzen, Jerman, itu sebelumnya melayani jalur Surabaya–Banjarmasin, Surabaya-Balikpapan, dan Kupang-Banjarmasin. Sebelum menjadi kapal militer, feri ini bernama KM Serayu.

Hibah tersebut dilakukan lantaran feri kalah bersaing dengan pesawat yang kian lama kian murah. Lagi pula, biaya operasional kapal termasuk tinggi karena mesinnya memakai sistem water jet.

Setiap satu jam, dibutuhkan 18 ton solar untuk menggerakkan empat mesin. ’’Kapasitas maksimal BBM adalah 54 ton,’’ ungkap Romadi yang mengawali karier militer Tamtama sebagai kelasi dua di KRI Monginsidi pada 1989–2003.

Kala itu, TNI AL bersedia menerima kapal bekas dari PT ASDP karena belum punya kapal cepat angkut pasukan. KM Serayu bisa mengangkut 925 pasukan. Selain KM Serayu, Kementerian Pertahanan juga menerima hibah empat kapal feri serupa senilai Rp 491 miliar.

Empat kapal cepat lain adalah KM Ambulu (sekarang KRI Karang Pilang-981), KM Mahakam (KRI Karang Tekok-982), KM Cisadane (KRI Karang Galang-984), dan KM Barito (KRI Unarang-985). Pengoperasian dua kapal terakhir diserahkan ke Armada RI Kawasan Barat.

Seluruh kapal hibah itu menggunakan nama “Karang” agar awak kapal punya spirit sekuat batu karang. Karang Banteng adalah nama gugusan karang di perbatasan Riau–Singapura. Harapannya, awak KRI Karang Banteng bisa kukuh menjaga kedaulatan perairan NKRI sampai wilayah terluar.

Belakangan, biaya pemeliharaan KRI Karang Banteng mahal. Mabes TNI AL memandang bahwa kapal itu dinilai terlalu boros BBM. Mabes pun mengurangi beban operasional kapal-kapal berkecepatan maksimal 40 knot (74,08 kilometer per jam). Pilihannya, KRI Karang Banteng menjadi sasaran tembak untuk latihan gabungan.

Selama Romadi bertugas di KRI Karang Banteng sejak 2006, berbagai kegiatan dilaksanakan di atas kapal itu. Selain pemeliharaan rutin dan sea trial di seputaran Laut Jawa, kapal berbahan aluminium alloy tersebut dipercaya menjalankan misi sosial dan pendidikan.

“Setiap Rabu pagi ada kegiatan kekeluargaan berupa pengajian. Kapal sering dikunjungi siswa PAUD, TK, dan pelajar SD,’’ tambah Romadi yang juga pernah bertugas di KRI Arun pada 2003–2005.

Selain menanamkan kecintaan terhadap potensi bahari maupun maritim, KRI Karang Banteng adalah simbol kemewahan untuk ukuran sebuah kapal perang. Bagi komandan kapal, Kapten Laut (P) Dita Ariyanugroho, KRI Karang Banteng sangat laik layar.

’’Kondisi interior seperti kursi-kursi, kabinet, dan lemari masih bagus. Life-raft (pelampung keselamatan) di kapal ini seperti yang dipasang di pintu-pintu pesawat terbang,’’ kata perwira yang menjadi komandan kapal ini sejak pertengahan Januari 2014.

KRI Karang Banteng juga sudah menerapkan sistem pemadaman sentral otomatis dengan menggunakan smoke detector. Tidak perlu pemadaman manual dengan menggunakan CO2 portabel seperti yang diterapkan di kapal-kapal lama.

Begitu pula sistem kemudi. Kapal yang diresmikan pada era KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto itu sudah memakai joystick, mirip yang digunakan pada video game. Bukan kemudi kapal lingkaran sebagaimana umumnya.

KRI Karang Banteng masuk daftar cadangan kapal yang akan dicoret dari aset negara. Sedianya kapal yang hendak dijadikan sasaran tembak adalah KRI Tanjung Fatagar. Kapal angkut personel itu juga hibah. Sebelumnya diserahkan PT Pelni, kapal ini bernama KM Rinjani.

Dita merasa kaget karena keputusan berubah dari Tanjung Fatagar ke Karang Banteng pada 14 April lalu. ’’Pasti ada kesedihan. Tapi, sebagai prajurit, kami sebatas melaksanakan perintah,’’ ujarnya.

Usai apel, KRI Karang Banteng ditarik ke laut di ujung timur Pulau Jawa yang menjadi lokasi latihan gabungan. Empat kapal penembak siap menenggelamkannya Minggu sore.

Bekas Perang Dunia II Hingga Perang Vietnam
Daftar Kapal Yang Dipensiunkan

Di era Orde Lama, kekuatan angkatan bersenjata Indonesia cukup disegani di kawasan Asia Tenggara. Bukan hanya di darat, tapi juga di laut dan udara.

Pesawat dan kapal-kapal perang yang dimiliki termasuk modern di masanya.
Konfrontasi dengan Malaysia maupun upaya merebut Papua Barat dari Belanda, membuat Soekarno perlu membangun angkatan bersenjata yang kuat.

Memanfaatkan perang dingin antara Blok Barat (Amerika dan sekutunya) dengan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet, Soekarno bisa memperoleh bantuan persenjataan dari kedua belah pihak.

Wilayah perairan Indonesia dijaga kapal-kapal perang buatan kedua blok. Begitu juga wilayah udara. Soekarno kemudian diganti Soeharto. Konfrontasi pun diakhiri. Orde Baru yang mengedepankan pembangunan ekonomi, dimulai. Membangun angkatan perang yang kuat tak lagi jadi prioritas.

Pemutakhiran persenjataan tersendat. Pesawat-pesawat tempur yang dulu tercanggih di masanya dimuseumkan karena sudah tua, ketinggalan zaman dan kekurangan suku cadang. Sisa kejayaan kekuatan udara kini hanya bisa dilihat di museum.

Kapal-kapal perang tua tetap dipertahankan karena anggaran pertahanan yang rendah, tak memungkinkan membeli kapal-kapal baru. Ratusan kapal akhirnya dipensiunkan karena sudah tak layak beroperasi dan ketinggalan zaman. Mengoperasikannya juga butuh biaya yang tak sedikit.

Ada kapal yang dibuat sebelum Perang Dunia II. Kapal-kapal yang telah dipensiunkan mulai dari jenis destroyer (1 kapal), destroyer kelas Skorry (2 kapal), destroyer kelas Almirante Clemente (2 kapal), fregat kelas Riga (8 kapal), fregat kelas Martha Kristina Tiyahahu (3 kapal), fregat kelas Samadikun (4 kapal), korvet Belanda (4 kapal), dan korvet kelas Albatros (2 kapal).

Lalu 14 kapal selam buatan Rusia juga telah dipensiunkan. Kemudian 1 kapal penyapu ranjau, kapal kelas US Blue Bird Coastal Minesweeper 6, kapal patroli besar dan kecil 26. Beberapa kapal bekas Amerika Serikat itu pernah dipakai saat Perang Vietnam.

Kapal cepat yang tidak digunakan lagi  44, kapal anti kapal selam 5, kapal riset 3, kapal angkut pasukan jenis ferry 1, dan kapal pendukung lainnya 15.

Kapal-kapal itu dipensiunkan bertahap mulai dari 1970 sampai 2006. Pada 2008, KRI Karang Galang dipensiunkan dengan cara ditenggelamkan. Kapal ini jadi sasaran tembak dalam latihan gabungan TNI.

Empat tahun kemudian, KRI Teluk Berau jadi sasaran tembak dalam latihan Armada Jaya XXXI di Laut Sulawesi Oktober 2012. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Israel Lancarkan Serangan Darat ke Lebanon Barat Daya

Selasa, 08 Oktober 2024 | 16:05

Prabowo Disarankan Perbesar Anggaran Pertahanan

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:59

Lampaui Target, Peserta Pameran TEI ke-39 Tembus 1.460 Exhibitor

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:57

Khofifah Kuatkan Kehidupan Beragama Lewat Pesantren

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:49

Bikin Bingung Pemilih, Trump dan Istri Beda Pandangan Soal Aborsi

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:46

Tampung Keluhan Hakim, DPR Pertimbangkan Revisi UU Kehakiman

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:40

Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:34

Perdana, Wakil Myanmar Bakal Hadiri KTT ASEAN di Laos

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:26

Harga Pangan Bervariasi: Beras Turun, Minyak Goreng Naik

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:25

Bikin Ngeri, Timnas Jepang Panggil 22 Pemain di Eropa

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:24

Selengkapnya