Berita

ilustrasi, Pasar Senen

On The Spot

Dinding Kios Bikin Dari Kayu, Tak Semua Kebagian Listrik

Ngintip Tempat Penampungan Korban Kebakaran Pasar Senen
JUMAT, 30 MEI 2014 | 10:17 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kebakaran hebat Pasar Senen terjadi 25 April lalu. Sebanyak 2.064 dari 3.096 kios di Blok III habis dilalap si jago merah. Diduga, penyebabnya adalah korsleting listrik. Kini, ribuan pedagang mulai berjualan di tempat penampungan sementara di Blok V pasar yang sama. Roda ekonomi mereka kembali diputar.

Farida Hanum (65 tahun), duduk lesu di depan kios barunya di Lantai 1, Blok V. Sejak 20 tahun silam, wanita berjilbab itu menggantungkan ekonomi keluarga pada bisnis bordir pakaian. Musibah kebakaran, membuat usahanya terhenti. Mesin bordir, jahit, dan bahan pakaian ludes terbakar.

Wanita tua itu berupaya bangkit dari titik nadir. Diawali dengan membenahi kios sementara yang dia dapat lewat undian pada 2 Mei silam. Meski sudah dapat ditempati sejak 5 Mei, hingga kemarin, kios barunya belum dibuka. Dia tidak berani berdagang lantaran kios didapat belum dipasangi tembok. “Modal sendiri, tak tahu habis berapa. Suami yang urus,” ujar Farida.

Tidak sulit bagi Farida mendapatkan kios baru. Pasalnya, dia diprioritas lantaran kios yang lama memiliki sertifikat resmi. Setelah diundi, dia menempati lokasi cukup strategis, dua baris di sebelah kanan setelah pintu masuk.

Kini, kios ukuran 1,5 meter persegi jatahnya, sudah tertutup papan kayu bak toko klontong. Di bagian tengahnya, melintang sebuah besi panjang lengkap dengan gemboknya.

Rencananya, hari ini, dia kembali menjalankan bisnis bordirnya. Untuk bertahan hidup pascakebakaran, dia mengaku mendapat bantuan dari kedua putranya yang bekerja sebagai karyawan swasta. Menurutnya, uang tersebut cukup untuk hidup sehari-hari. Masih memiliki tabungan, uangnya untuk modal berdagang.

Pemantauan Rakyat Merdeka, kondisi Blok V masih sepi. Tidak tampak ramai calon pembeli. Maklum lokasinya berjarak cukup jauh dari Blok III, lokasi kebakaran. Sekitar 50 meter. Tepat di muka pintu masuk, terdapat sebuah spanduk biru membentang. Tulisannya, ‘Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pedagang Pasar Senen, Blok III’.

Bangunan lima lantai itu dulu tempat onderdil otomotif. Hingga kemarin, toko-toko yang menjual suku cadang kendaraan bermotor itu masih buka. Puluhan mobil terlihat naik turun ke lantai 4 dan 5. Di sanalah, mobil dapat langsung direparasi. Bedanya, lantai dasar dan satu, digunakan untuk penampungan sementara.

Baik di lantai dasar dan satu, aktivitas pedagang hanya berkutat berbenah kios baru. Ukuran kios yang hanya 1,5 meter persegi dirasa sangat sempit. Bagi mereka yang sudah berjuaalan terpaksa tidak menjajakan seluruh dagangannya. Hanya barang yang dianggap menarik pembeli yang dipajang.

Sebagian besar kios, menggunakan jasa tukang kayu untuk membuat tembok sementara. Bagi yang sudah membuat tembok untuk pengamanan, baru berani untuk berjualan. Para pedagang tak berani meninggalkan dagangannya di kios. Takut dicuri pada malam hari.

Tedy (41 tahun), pedangan obat yang mendapat kios di depan kios Farida juga sudah berjualan. Obat-obatan yang dipajang belum memenuhi dua etalase yang nampak masih baru. Hanya obat sehari-hari untuk mengobati demam, flu, hingga obat luka luar yang dipajang.“Yang beli (obat) ya tukang-tukang kayu, sama pedagang. Misalnya kena palu dan terluka,” kelakar Tedy.

Menurut Tedy, tempat dan fasilitas relokasi yang disediakan pedagang korban kebakaran dirasa belum maksimal. Pasalnya, selain kios menjadi lebih kecil, dari ukuran 2x2 meter menjadi 1,5 meter persegi, setiap kios tidak dilengkapi penutup seperti rolling door. Demi keamanan, pria asal Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu merogoh kocek Rp 1 juta rupiah untuk membuat tembok sementara berbahan kayu.

“Taruhlah, satu papan harganya Rp 35 ribu, kali 20 (papan) jadi 700 ribu. Tukangnya Rp 300 ribu. Ya pas Rp 1 juta,” rincinya.

Menempati TPS, Tedy enggan mempercantik kiosnya dengan memasang rolling dor berbahan besi. Pasalnya, kios di Blok V hanya sementara. Selama tiga bulan sejak ditempati mulai 5 Mei. Ke depannya, dia belum tahu akan direlokasi kemana.

Selama menempati kios di Blok V, Tedy mengaku tidak dikenai biaya. Termasuk, fasilitas listrik yang sudah dinikmatinya. Tidak semua kios belum mendapat fasilitias listrik. Kios yang ditempati Farida, misalnya. Masih gelap gulita jika malam atau mendung memayungi langit Ibukota.

Berjualan di tempat baru, Tedy mengaku penghasilannya terjun bebas. Di tempat lama, setidaknya dia mampu mendapat untung hingga Rp 500 ribu per hari.

Berdagang obat selama 10 tahun, membuat tokonya memiliki pelanggan tetap.
“Semenjak pindah, paling hebat dapat Rp. 20 ribu,” katanya.

Diakuinya, uang tersebut jauh panggang dari api untuk memutar roda ekonomi keluarga. Terlebih, dia harus naik kereta setiap harinya. Pascakebakaran, dia mengandalkan penghasilan sang istri untuk hidup. Namun, dia bertekad terus berjualan.

Tedy juga berhemat selama menunggui kios. Caranya, dengan tidak membeli makan siang. Sebelum berangkat berjualan, sang istri menyiapkan bekal untuk makan siang. Menurut dia, jika tak berhemat, keuangan keluarga akan kering.

Diceritakan Tedy, hanya sebagian kecil pedagang yang mau menempati kios sementara. Selain sepi, kios tersebut juga hanya diinfokan untuk ditempati selama tiga bulan. Rencananya, mejelang lebaran, ribuan pedagang kembali direlokasi di tempat yang katanya tidak jauh dari Blok III yang terbakar beberapa waktu lalu. “Apalagi tanpa tembok (kiosnya),” keluhnya.

Ditemui di area TPS, Manager Blok III Pasar Senen, Royani mengatakan, sebanyak 1.910 pedagang korban kebakaran sudah direlokasi. Semuanya terbagi di lantai dasar dan satu Blok V. Ditanya mengapa jumlah yang direlokasi separuh dari jumlah kios terbakar (3000-an kios), menurutnya, tidak sedikit pedagang Blok III yang memiliki lebih dari satu kios.

“Ada yang punya 2-9 kios, jumlah segitu (1.910) adalah total pedagang korban kebakaran yang sudah terdata resmi,” ujar Royani.

Menurutnya, semua infrastruktur sudah siap dan tinggal menunggu pedagang masuk. Pedagang pun diperbolehkan memasang rak dan peralatan lain untuk berjualan.

“Sudah siap, semua bisa dicek. Tapi kan tiap pedagang kebutuhan kiosnya lain-lain. Mau dipasang rak dan lain-lain, ya silakan. Untuk listrik sama eskalator sudah berfungsi semua,” ujarnya.

Menurut Royani, untuk pembagian area dagang di tempat penampungan sementara diatur berdasarkan jenis dagangannya. Untuk lokasi di Blok V ini diperuntukkan bagi pedagang tekstil dan reklame.

“Di lantai dasar ini khusus reklame semua. Terus naik tekstil dan aneka macamnya. Untuk pedagang pakaian bekas ditempatkan di depan, menghadap Atrium. Jadi mereka (pedagang pakaian bekas) itu gantian dengan yang jualan jajanan subuh. Jam 7 pagi jajanan subuh bubar, diganti pakaian bekas,” jelasnya.

Untuk pedagang basah, seperti sayuran, daging dan ayam potong masih harus menunggu giliran. Royani menjanjikan dalam tiga hingga empat minggu, mereka sudah bisa pindah ke areal parkir Blok III. Ini karena pembangunan tempat penampungan sementara masih dalam proses pengerjaan.

Blok III Pasar Senen Lima Kali Terbakar

Farida Hanum, pemilik kios di Blok III yang terbakar mengatakan tempatnya mencari rezeki selama 20 tahun terakhir memang langganan kebakaran.

Seingatnya, sudah lima kali dia melalui musibah lebaran. “Pasar Senen sering kebakaran, namun baru kali ini parah sekali,” ujar perempuan berusia 65 tahun itu.

Biasanya, lanjut Farida, di Blok III Pasar Senen hanya terjadi kebakaran kecil. Dalam satu hari dapat dipadamkan. Menjadi langganan kebakaran, sumber api berasal dari kompor restoran yang tersebar di area Blok III. Musibah bulan lalu, membuatnya harus meninggalkan dari toko yang dimiliki 20 tahun silam.

Farida mengatakan tidak mampu menyelamatkan satu pun barang dagangannya. Termasuk mesin bordir miliknya. Dia pasrah. Ia menganggap musibah ini kehendak Tuhan. Dia yakin, dapat bangkit dari keterpurukan.

Sementara Tedy (41 tahun), pedangan obat yang mendapat kios di depan kios Farida nampak sudah berjualan di Blok V, Pasar Senen. Dia mengaku sempat syok mengetahui dari televisi, bahwa 25 April silam, tempatnya mencari nafkah terbakar.

“Saya langsung bergegas dari rumah (di Pasar Minggu) menuju kios. Saya sampai lokasi jam setengah tujuh pagi, namun semua terlambat,” tutur Tedy.
Berjualan obat, Tedy mengaku mengalami kerugian mencapai Rp 100 juta.

Namun jumlah itu diakuinya jauh lebih kecil dengan pengusaha tekstil yang ada di gedung yang sama. Dia menaksir, pengusaha tekstil bisa merugi sampai miliaran rupiah.

Senada dengan Farida, Tedy mengaku saatnya harus bangkit. Meski harus merogoh dalam tabungan untuk modal ulang. Menurutnya, musibah harus dilalui dengan semangat. Dia membuktikan, dengan kembali berjualan di Blok V, meskipun sepi pembeli.

Menurutnya, berpengalaman berjualan obat selama 10 tahun. Ia masih memiliki pelanggan. Mereka mendukung agar bertahan berjualan. “Ada yang telepon beri semangat hingga datang kemari untuk membeli obat,” katanya.

Sebelumnya, selama dua minggu pascakebakaran, ratusan pedagang sempat turun ke jalan untuk berdagang. Mereka menggelar barang dagangannya di jalan raya Stasiun Senen dan Jalan Senen Raya. Bahkan, halte di depan Pasar Senen, disulap sebagai tempat jualan.

Alhasil, selama dua minggu itu pula akses jalan di area tersebut tersendat, bahkan ada jalan yang memang ditutup total oleh pedagang. Bagaimana, suasana jalan itu saat ini?

Pemantauan Rakyat Merdeka, mulai dari halte Pasar Senen sudah bersih dari lapak-lapak pedagang. Para calon penumpang dapat menggunakan fasilitas umum tersebut. Termasuk, jalan raya Stasiun Senen dan Jalan Senen Raya. Kendaraan dapat melaluinya.

Sayang, di jalan itu harus tersendat lantaran berubah fungsi menjadi parkir motor. Pasalnya, area parkir Blok III, sudah disulap menjadi tempat penampungan sementara (TPS) pedagang basah, yakni sayuran dan daging untuk berjualan. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Israel Lancarkan Serangan Darat ke Lebanon Barat Daya

Selasa, 08 Oktober 2024 | 16:05

Prabowo Disarankan Perbesar Anggaran Pertahanan

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:59

Lampaui Target, Peserta Pameran TEI ke-39 Tembus 1.460 Exhibitor

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:57

Khofifah Kuatkan Kehidupan Beragama Lewat Pesantren

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:49

Bikin Bingung Pemilih, Trump dan Istri Beda Pandangan Soal Aborsi

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:46

Tampung Keluhan Hakim, DPR Pertimbangkan Revisi UU Kehakiman

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:40

Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:34

Perdana, Wakil Myanmar Bakal Hadiri KTT ASEAN di Laos

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:26

Harga Pangan Bervariasi: Beras Turun, Minyak Goreng Naik

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:25

Bikin Ngeri, Timnas Jepang Panggil 22 Pemain di Eropa

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:24

Selengkapnya