Berita

ilustrasi, Bank Sampah

On The Spot

Anak-anak Nyetorin Sampah Sambil Bawa Buku Tabungan

Lihat Aksi Masyarakat Daerah Dirikan Bank Sampah
SENIN, 26 MEI 2014 | 09:26 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pengolahan sampah menjadi masalah di semua hampir kota besar. Persoalan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Masyarakat bisa ikut berperan mengolah sampah. Tak perlu teknologi tinggi untuk mengubah barang-barang yang sudah dibuang menjadi produk yang bisa dijual.

Warga di Kompleks Tarok Indah Permai I RW 08 RT 01, Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat memiliki cara unik mengelola sampah. Mereka membentuk bank sampah. Sampah dikumpulkan lalu disetorkan ke pusat pengolahan. Sebagai imbalan, warga yang menyetorkan sampah memperoleh sejumlah uang.

Sampah-sampah yang dikumpulkan warga disetorkan ke Bank Sampah Limpapeh Minang Kelurahan Gunung Sarik. Bank sampah ini menempati bilik di depan Posyandu Permata Bunda VI. Posyandu ini berada di ujung perumahan. Berbatasan dengan persawahan.

Bank sampah ini sekaligus menjadi telah pengolahan sampah. Sampah organik maupun nonorganik bisa diolah di tempat ini. Sampah organik diolah menjadi kompos dan pupuk cair. Mengintip ke tempat pengolahan terlihat ada sebuah tong biru untuk mengolah sampah organik.

Alat untuk mengolah sampah basah ini disebut Aerobic Composter. Cara kerjanya sampah organik dimasukkan ke dalam tong untuk dibusukkan. Untuk mempercepat proses pembusukan, dibantu udara yang dipompa ke dalam tong.

“Saya pakai pompa udara aquarium. Cukup beberapa jam saja sehari dan listriknya lebih hemat,” ujar Mina Dewi Sukmawati, Ketua Posyandu Permata Bunda VI sekaligus mengelola bank sampah ini.

Di dinding bawah dan tengah tong dibolongi lalu dipasang pipa PVC. Pipa yang berada di bawah berukuran 3/4 inci. Fungsinya untuk mengalirkan cairan dari proses pembusukkan.

Cairan ini yang disebut pupuk cair. Sedangkan pipa di tengah berukuran lima inci untuk mengeluarkan sampah yang telah berubah menjadi kompos.

Untuk menghasilkan empat liter pupuk cair, sampah organik dicampur dengan tiga liter air bersih. Lalu didiamkan di dalam tong selama 21 hari. Setelah itu pupuk cair dikeluarkan dari tong. Pupuk cair ini dijual Rp 12 ribu per liter.  “Sampah bisa menjadi uang,” kata Mina.

Selain menjual pupuk cair, bank sampah ini melayani pembuatan Aerobic Composter. Biayanya Rp 300 ribu per unit untuk tong setinggi 1 meter berdiameter 50 cm. 

Bagaimana dengan sampah nonorganik? Menurut Mina, sampah-sampah itu diolah menjadi sejumlah kerajinan. Ia lalu menunjuk sejumlah kerajinan yang dipajang di posyandu. Mulai dari rajutan, taplak meja hingga sarung bantal.

“Ini semua hasil kerja ibu-ibu di sini. Beberapa bagian sampah yang masih bisa diolah dibuat menjadi barang kerajinan,” ujarnya.

“(Pengolah) sampah juga bisa menambah penghasilan ibu rumah tangga,” tambah perempuan berusia 41 tahun ini.

Kerajinan yang dihasilkan sudah dipasarkan di Kota Padang. Pembelinya bukan hanya masyarakat lokal tapi juga dari luar daerah. Mina menyebut ada pembeli dari Batam. Bahkan, ada pembeli dari luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia dan Hongkong.

Mina mengaku ide untuk membuat bank dan tempat pengolahan sampah ini berasal dari bekas camat Kuranji. Mina lalu tertarik mengembangkan alat pengolah sampah sederhana: Aerobic Composter. “Suami turut mendukung saya juga,” ujar perempuan berjilbab yang juga dipercaya sebagai Sekretaris Badan Kesejahteraan Masyarakat (BKM) Permata Bunda ini.

Setelah berhasil, alat pengolah sampah ini menarik perhatian Dinas Kesehatan Kota Padang. Instansi itu ingin mengetahui cara kerja alat ini. Mina pun merasa bangga.

Bank sampah didirikan warga memiliki kerja sistem kerja seperti bank pada umumnya. Pada pengurus, nasabah, ada aktivitas penyetoran dan penarikan dana. Bedanya, yang disetorkan adalah sampah.

Anak-anak pun diajak untuk menjadi nasabah bank sampah yang didirikan sejak Oktober 2011 ini. Menurut Mina, lebih mudah menggugah kesadaran anak-anak ketimbang orang dewasa. Anak-anak diajak untuk mengumpulkan sampah nonorganik yang ditemuinya di sekitarnya.

Sampah itu lalu disetorkan ke bank sampah. “Kita buat buku tabungan yang menarik dengan motif warna warni sehingga anak pun senang saat membawa pulang buku tabungan tersebut,” kata dia.

Menurut Mina, dengan membudayakan pengolahan sampah sejak dini kepada anak, akan berdampak besar di masa mendatang. Sampah nonorganik yang laku ditukarkan ke bank sampah seperti plastik dan kaleng minuman bekas, plastik makanan ringan, plastik kemasan minyak goreng, semua jenis kertas, dan semua benda berbahan plastik yang dapat didaur ulang.

“Nominal rupiah diisikan pada buku tabungan setelah sampah anorganik terjual dan kita telusuri pengepul mana yang membeli dengan harga lebih tinggi agar menguntungkan juga bagi nasabah,” kata dia.

Tercatat 50 nasabah telah menabung di bank sampah tersebut. Nasabah dapat menyetor sampah setiap Selasa hingga Jumat. Sampah-sampah yang bisa diolah lalu dibuat kerajinan.

Order membuat kerajinan ini mengalir. Permintaan dari Singapura dan Malaysia juga banyak. “Mereka pesan banyak untuk dipasarkan di sana, namun saat ini bank sampah terkendala dengan keterbatasan bahan,” kata dia.

Dampak positif dari pengelolaan dan bank sampah ini, pada Juni 2012  Kelurahan Gunuang Sariak memperoleh juara nasional pada lomba Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS). Kelurahan ini menyisihkan berbagai perwakilan di daerah se-Indonesia.

Transaksi Di Bank Sampah Mencapai Rp 6 Juta Per Minggu

Bank sampah di Kota Padang telah dirintis sejak 28 Februari 2011 dan diresmikan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta. Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Padang terus mengupayakan agar bank sampah dapat berdiri dan dikelola di banyak tempat di daerah itu.

Kepala Bapedalda Kota Padang Indang Dewata mengatakan, tidak mudah untuk menurunkan volume sampah hasil rumah tangga yang saat ini sudah mencapai rata-rata 500 ton per hari.

“Produksi sampah dari rumah tangga dapat dikelola agar secara langsung berimplikasi pada penurunan volume sampah di Padang,” katanya.

Upaya pengelolaan tersebut, dirancang dalam suatu rekayasa sosial berdampak ekonomi kerakyatan yang diaplikasikan dalam bentuk bank sampah.

Ia menyebutkan, Kementerian Lingkungan Hidup merancang program bank sampah dengan tujuan dapat menumbuhkan ekonomi kerakyatan, khususnya di tingkat rumah tangga.

“Bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat memilah sampah, sehingga secara langsung dapat mengurangi tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir,” kata Indang.

Ia menjelaskan, bank sampah itu merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat di lingkungan terkecil (RT) hingga ke tingkat kelurahan dalam memanfaatkan sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis.

Struktur manajemennya juga berasal dari masyarakat sekitar. Bank sampah akan mengganti sampah anorganik milik masyarakat yang telah dipilah dengan nilai berkisar antara Rp 6 ribu sampai Rp 8 ribu per kilogram untuk sampah kualitas bagus. Kemudian, Rp 4 ribu sampai Rp 6 ribu per kilogram untuk sampah kualitas sedang, dan sampah kualitas rendah akan dihargai di bawah Rp 4 ribu per kilogram.

“Sampah bukan limbah yang tidak memiliki nilai sama sekali. Sampah justru menghasilkan nilai ekonomis bagi masyarakat apabila diolah menjadi produk-produk bermanfaat,” katanya.

Bapedalda Kota Padang juga memberikan pelatihan pengolahan limbah anorganik kepada masyarakat agar menjadi produk bernilai ekonomis dengan prinsip 3R (reuse, reduce, recycle). “Sedangkan untuk sampah organik akan diolah warga masyarakat menjadi pupuk kompos,” kata dia.

Bapedalda juga tengah mengupayakan kerja sama dengan perusahaan retail yang ada di Padang untuk memanfaatkan hasil produk olahan sampah anorganik itu, seperti memanfaatkan produk olahan bank sampah sebagai “souvenir” atau untuk kantong barang belanjaan.

Selain itu, Bapedalda juga akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Padang untuk terus mengembangkan bank sampah hingga ke seluruh sekolah di daerah itu. “Untuk sosialisasi ke seluruh sekolah mulai dari SD hingga SMA sederajat rencananya dilakukan secara bertahap. Sosialisasi akan disampaikan ke dalam tiga kelompok sekolah SD, SMP dan SMA,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Bambang Sutrisno mengatakan, bank sampah sudah beroperasi di enam sekolah Adiwiyata tingkat nasional dan 11 sekolah Adiwiyata tingkat provinsi.

Dalam catatan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) menyebutkan, transaksi jual-beli sampah anorganik di satu bank sampah di Kota Padang, Sumatera Barat, mencapai Rp 6-7 juta per minggu. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

UPDATE

Israel Lancarkan Serangan Darat ke Lebanon Barat Daya

Selasa, 08 Oktober 2024 | 16:05

Prabowo Disarankan Perbesar Anggaran Pertahanan

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:59

Lampaui Target, Peserta Pameran TEI ke-39 Tembus 1.460 Exhibitor

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:57

Khofifah Kuatkan Kehidupan Beragama Lewat Pesantren

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:49

Bikin Bingung Pemilih, Trump dan Istri Beda Pandangan Soal Aborsi

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:46

Tampung Keluhan Hakim, DPR Pertimbangkan Revisi UU Kehakiman

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:40

Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:34

Perdana, Wakil Myanmar Bakal Hadiri KTT ASEAN di Laos

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:26

Harga Pangan Bervariasi: Beras Turun, Minyak Goreng Naik

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:25

Bikin Ngeri, Timnas Jepang Panggil 22 Pemain di Eropa

Selasa, 08 Oktober 2024 | 15:24

Selengkapnya