Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menjadi keynote speech dalam seminar nasional bertajuk "Strategi Agar Indonesia Tidak Kalah di AEC 2015" yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Yogjakarta (UMY), Senin (28/4).
Dalam kesempatan ini, Hatta menyinggung masalah pentingnya tidak melakukan ekspor‎ bahan mentah. Menurut dia, ada sejumlah keuntungan yang diraih jika Indonesia tak melakukan itu.
"Pertama menghilangkan ketergantungan kita kepada impor, bahan baku dan bahan penolong. Kedua, meningkatkan nilai tambah. Ketiga, membuka lapangan kerja bagi tenaga ahli kita, baca para sarjana kita," beber Hatta kepada ribuan mahasiswa peserta seminar nasional itu.
Kebijakan penolakan ekspor itu, kata dia, sudah diterapkan secara konsisten oleh pemerintah sejak 14 Januari 2014 lalu. Sebagai, Menko Perekonomian, Hatta sadar dengan melakukan ekspor bahan mentah pendapatan yang seharusnya dimiliki Indonesia terbuang sia-sia.
"Saya sadar kita telah kehilangan sekitar USD 4 miliar atau setara Rp 40 triliun. Kalau kita konsisten, kita stop dan kita bangun industri olahannya berapa kali lipat kita dapat. Kalau hari ini kita stop maka tahun 2018 akan kita dapatkan pemasukan USD 27 miliar," terang dia.
Selain itu, keuntungan lain yang didapat dengan menghentikan ekspor bahan mentah itu, kata Hatta, juga akan berdampak positif pada para tenaga ahli atau sarjana-sarjana muda. Dimana, kesempata kerja para sarjana itu akan tinggi mengingat adanya pembangunan industri pengolahan dari bahan baku mentah itu.
Hatta menjelaskan, setiap tahunnya, dari Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Barat (Kalbar) saja, bahan mentah yang diekspor jumlahnya mencapai 56 juta ton. Dampaknya, juga meninggalkan kerusakan pada wilayah itu.
"Saya bisa buktikan itu dengan neraca yang ada di China. Kita tak dapat apa-apa, kecil sekali. Dengan kita menyetop ini maka pabrik-pabrik mulai dibangun di Kalimantan, dibangun sekarang ini dan kita tak ingin lagi tahun berikutnya Grup Palm Oil kita, sawit kita‎ hanya dijual begitu, bangun industrinya disitu," ulas Hatta, yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Cara lainnya yang dilakukan pemerintah, kata mantan Menristek ini, dengan mewajibkan penggunaan solar yang 10 persennya menggunakan bio-diesel. Dengan begitu, maka import solar dapat dikurangi. Selain itu, ketergantungan terhadap BBM juga perlahan dapat berkurang.
"Memberikan petani kita lahan pekerjaan dan membuat biodiesiel itu dicampur dengan solar dan menjadi produk kita, tidak diimpor. Kita kurangi impor kita sebesar 3,5 miliar dolar. Sebagaian besar adalah sawit petani yang diolah. Inilah esensi dari menyetok bahan mentah," tandas pria berambut perak itu.
[wid]