Berita

Masyarakat Sama Saja Dorong Caleg Korupsi Kalau Nyoblos Karena Dibayar

KAMIS, 27 FEBRUARI 2014 | 15:59 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Sekitar 40 hari lagi jelang Pemilihan Umum Legislatif yang akan digelar pada 9 April mendatang, masyarakat diimbau untuk lebih mengenali calon yang akan dipilih. Masyarakat diharapkan jangan sampai salah pilih.

"Pertama kenali calon, lihat rekam jejak atau track record calon. Jangan memilih karena apa, tapi pilih karena siapa," jelas tokoh muda nasional asal Sumatera Utara, Abdullah Rasyid, kepada Rakyat Merdeka Online, (Kamis, 27/2).

Rasyid sangat menekankan agar masyarakat tidak mencoblos karena ada iming-iming uang. Karena, katanya, masyarakat tidak bisa berharap lagi kepada calon tersebut untuk memperjuangkan aspirasi kalau sudah terpilih sebagai anggota Dewan.


"Masyarakat jangan berharap lagi anggota Dewan akan memikirkan mereka. Karena suara masyarakat sudah dibeli anggota Dewan tersebut. Sudah dibayar cash sejak awal," ungkap kader utama PAN yang juga orang dekat Menko Perekonomian Hatta Rajasa ini.

Rasyid menjelaskan akibat lain yang paling fatal kalau masyarakat sejak sudah membiasakan budaya transaksional. Dia menilai, itu sama saja masyarakat mendorong calon anggota Dewan itu untuk korupsi kalau sudah menjabat.

"Kalau kita bicara budaya korupsi, bisa jadi muncul dari masyarakat, yang meminta sesuatu sejak awal," jelas Ketua Alumni Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara, yang saat ini menjabat Pembina Persatuan Keluarga Daerah Pariaman.

Dia menggambarkan, untuk duduk di DPR RI, setiap calon membutuhkan 100 ribu suara. Kalau dibayar Rp 100 ribu per suara, itu artinya sudah mencapai Rp 10 miliar.

"Darimana calon anggota Dewan mendapatkan uang sebanyak itu. Kalaupun ada anggota Dewan menghabiskan dana sebanyak itu, dia akan korupsi untuk mengembalikan dana tersebut setelah terpilih," ungkapnya.

Karena itulah, dia mengingatkan lagi, masyarakat jangan sampai memilih karena adanya bayaran. Tapi harus berdasarkan rekam jejak sang calon selama ini."Jadi harus dihindari budaya transaksional," demikian caleg DPR RI dari daerah pemilihan Sumut I ini. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya