Berita

rizal ramli

Pengangguran Indonesia Mencapai 30 Persen Kalau Pakai Standar Internasional

SABTU, 22 FEBRUARI 2014 | 17:55 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Presiden Indonesia ke depan harus mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya agar rakyat memiliki penghasilan guna memenuhi kebutuhannya. Besarnya pengangguranlah yang menyebabkan 80% rakyat Indonesia belum menikmati arti kemerdekaan yang sebenarnya.

Demikian disampaikan mantan Menko Perekonomian DR. Rizal Ramli saat memberi Orasi Ilmiah bertema “Prospek Ekonomi Indonesia Masa Depan” di kampus Yayasan Pendidikan al Ma'soem, Rancaekek, Bandung, Sabtu (22/2).

"Pemerintah selalu mengklaim pengangguran kita hanya 6%. Apa benar begitu? Apa parameter yang digunakan untuk mengukur sehingga angka 6% itu muncul? Amerika saja penganggurannya 8%. Eropa 20%. Bahkan Italia dan Yunani sampai 25%. Kalau digunakan standar international, bahwa hanya mereka yang bekerja minimal 35 jam seminggu saja yang disebut bekerja, maka angka pengangguran Indonesia mencapai 30%,” beber ekonom senior ini.


Menurut capres paling ideal versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, untuk bisa menyerap pengangguran sebanyak-banyaknya, Indonesia harus mampu tumbuh dua dijit sedikitnya selama 10 tahun.  Inilah yang dilakukan China yang tumbuh 12-14% selama 12 tahun, Jepang 10%, dan sejumlah negara maju lainnya.  Dengan hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi 5-6,%, dipastikan Indonesia tidak akan mampu mengejar ketertinggalannya dari  negara-negara maju.

Dalam ekonomi makro, tiap 1% pertumbuhan ekonomi akan menyerap 400.000 tenaga kerja baru. Jika hanya tumbuh 6%, maka tenaga kerja yang terserap hanya 2,4 juta. Padahal, saat ini pertumbuhan pengangguran baru sekitar2 juta setiap tahun.

“Sudah saatnya kita tidak bangga dengan pertumbuhan 6%. Apalagi pertumbuhan itu ditopang dua faktor eksternal, yaitu harga booming komoditas dan masuknya uang panas di pasar finansial," lanjutnya.

"Begitu harga komoditas terkoreksi, dan uang panas berbalik ke negaranya masing-masing, maka kita mengalami empat defisit sekaligus. Yaitu defisit transaksi pembayaran, defisit neraca transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, dan defisit APBN karena jebloknya penerimaan pajak. Ekonomi kita langsung memasuki ‘lampu kuning’," demikian Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya