Berita

foto: net

Bisnis

Said Didu: Sebenarnya Pertamina Tidak Monopoli Bisnis Elpiji

SENIN, 06 JANUARI 2014 | 19:29 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Sebenarnya, PT Pertamina (Persero) tidak memonopoli bisnis elpiji nonsubsidi 12 kg.
 
"Tidak ada larangan bagi pelaku usaha lain untuk masuk dalam bisnis elpiji 12 kg. Mereka tidak masuk, karena ini bisnis rugi," kata mantan Sekretaris Menteri BUMN, Said Didu, kepada wartawan, Senin (6/1).
   
Menurut dia, produksi elpiji di Indonesia hanya dilakukan Pertamina karena tidak ada badan usaha lain yang mau masuk di bisnis ini akibat harga masih murah atau jual rugi.
   

   
"Jadi, tidak benar jika harga naik karena monopoli Pertamina. Bahkan bisa dibalik, masih untung ada Pertamina yang mau jual rugi," katanya.

Said juga menyesalkan, komentar politisi yang mencari muka saat kisruh harga elpiji. Padahal, mereka tahu elpiji 12 itu tidak disubsidi. Hanya 3 kg yang disubsidi.

"Dengan demikian, kenaikan harga 12 kg tidak perlu lapor pemerintah dan DPR. Hanya 3 Kg yang perlu lapor," tambahnya.
   
Menurut dia, jika penguasa bisa memaksa BUMN berbisnis rugi karena tekanan politik, maka BUMN bisa habis.
   
"BUMN adalah milik negara dan bukan pemerintah atau yang sedang berkuasa," katanya.
 
Ia juga mengatakan, bahan baku produksi elpiji sekitar 60-70 persen adalah impor, sehingga perubahan nilai tukar rupiah sangat berpengaruh pada harga pokok. Impor elpiji juga disebabkan komposisi gas domestik tidak cocok dan sudah terikat kontrak dengan asing.
   
Ia menambahkan, kenaikan harga elpiji 12 kg sudah tertahan selama lima tahun, karena dilarang pemerintah. Kerugian signifikan Pertamina di bisnis elpiji dimulai 2008, saat kurs melemah 25 persen.

"Saat itu, Pertamina minta naik, tapi dilarang pemerintah dengan alasan dekat Pemilu 2009. Usulan kenaikan selalu ditolak dan akhirnya kerugian makin besar," katanya.

Sementara, komponen biaya gas naik sekitar 250-300 persen sejak lima tahun lalu.
Ia juga menyoroti Pertamina yang merugi karena elpiji 12 Kg dinikmati kalangan mampu.

"Bayangkan perusahaan asing, kafe, hotel, dan restoran mewah disubsidi Pertamina. Ini tidak adil bagi rakyat. Apakah ini juga dipikirkan politisi," tambahnya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya