Berita

ilustrasi/ist

Kosong tapi Isi, Isi tapi Kosong

SENIN, 24 JUNI 2013 | 07:56 WIB | OLEH:

MENJALANI meditasi itu tidak hanya diperuntukankan bagi para pertapa seperti di Rawaseneng, Gedono, Rahtawu, atau di sejumlah tempat pertapaan yang banyak terdapat di candi-candi atau di pegunungan yang khusus dibangun untuk tempat bermati raga.

Jika meditasi hanya diperuntukkan bagi kaum birawan-biarawati ataupun paranormal dan pelaku olah spritual lainnya yang menjalaninya di tempat-tempat khusus, maka meditasi akan menjadi suatu pelarian dari kehidupan, suatu penyangkalan terhadap kenyataan hidup.

Sedangkan jika kita sebagai manusia biasa, bukannya sebagai spesialis dapat menemukan apa arti batin dalam keadaan meditasi, mungkin pemahaman itu sendiri dapat secara langsung mempengaruhi tindakan-tindakan kita dan mempengaruhi keseluruhan jalan hidup kita dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan moderen yang sangat rumit di saat ini.

Berbagai pertanyaan tentang meditasi akan muncul di dalam diri kita, seperti keadaan batin yang bagaimanakah dapat bermeditasi? Siapakah sang meditator, dan apakah yang dimeditasikannya?

Seseorang bisa saja duduk dengan tenang dalam posisi yang dinamakan meditasi mendalam, tapi jika batinnya picik, terkondisi dengan situasi tertentu, penuh keterbatas, meditasinya tidak akan berarti sama sekali.

Jadi, sebelum menanyakan bagaimana caranya bermeditasi, atau sistem meditasi apakah yang diikuti, bukankah lebih penting untuk mengetahui terlebih dulu siapakah sang meditator?

Suatu pikiran yang dangkal dapat saja mengutip kata per kata dari berbagai kitab suci tapi tindakan ini tidak akan mengubah pikiran dangkalnya. Orang berpikiran dangkal mungkin saja duduk terpesona dengan obyek pengabdiannya, mengulang-ulang mantra, merenungkan kebenaran, atau mencari Tuhan, tapi karena kedangkalan pikirannya, tetap saja meditasi yang dilakukannya itu akan sama-sama dangkalnya.

Ketika orang berpikiran dangkal memikirkan Tuhannya, Tuhan yang dipikirkannya juga bersifat dangkal. Ketika pikiran yang sedang bingung memikirkan suatu kejelasan, kejelasan itu hanya akan mencerminkan kebingungan lebih lanjut.

Jadi pertama-tama pentinglah bagi kita untuk mengetahui apakah arti suatu meditasi bagi orang yang ingin bermeditasi.

Dalam apa yang kebanyakan dari kita menyebutnya sebagai meditasi, bukankah di sana ada sosok pemikir, sang meditator, yang ingin bermeditasi  agar memperoleh kedamaian, kebahagiaan, kebenaran.

Sang meditator berkata di dalam dirinya "Jika saya ingin menemukan kebenaran, kebahagiaan, dan kedamaian yang sedang saya cari itu, saya harus mendisplinkan batin saya."

Jadi dia mengambil posisi duduk diam bermeditasi atau hanya membayangkannya saja dalam pikirannya. Tapi batinnya sendiri tetap saja masih picik, masih bingung, masih sempit, penuh prasangka, penuh rasa iri, mandul, bodoh. Dan batin seperti itu, dalam mencari atau menemukan suatu sistem meditasi akan semakin terbatas dalam jalur-jalur pikiran sempitnya sendiri yang sangat terkondisi.

Itulah mengapa kita harus mengerti betapa pentingnya bagi kita untuk terlebih dulu mengetahui sang meditator.

Seorang pendeta di biara mungkin menghabiskan waktu berjam-jam dalam berkontemplasi dan berdoa, dia mungkin menatap obyek pengabdiannya dengan tiada henti-hentinya, baik obyek dalam bentuk patung atau bentuk citra dalam pikirannya, tapi pikiran semacam itu jelas sekali sangat terikat dan terkondisi, pikiran ini mencari keselamatan sesuai dengan segala keterbatasannya, dan meskipun pikiran ini bertekad untuk bermeditasi sampai hari kiamat, dia tidak akan menemukan kebenaran.

Pikiran dan batin hendaknya diselaraskan di dalam kepasrahan yang mendalam. Kepasrahan di dalam tangan Sang Pencipta, menjadi satu dengan Sang Pencipta di dalam keheningan. Mengosongkan diri, mengosongkan pikiran, mengosongkan batin, namun tetap satu dalam Tuhan. Kosong tapi isi, isi tapi kosong.

*Penulis adalah wartawan senior Rakyat Merdeka Online dan ahli hypnotherapy.


Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya