Berita

ist

Politik

WORLD STATESMAN AWARD

SBY: Membangun Masyarakat Toleran Tidak Cukup dengan Penegakan Hukum

JUMAT, 31 MEI 2013 | 20:31 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Membangun masyarakat yang toleran merupakan ranah seni mengelola negara yang baik. Diperlukan kombinasi yang tepat antara persuasi dan penegakan hukum.

Begitu bahan pemikiran yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menerima World Statesman Award (WSA) alias negarawan dunia dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis (30/13) waktu malam waktu setempat.

"Apabila tindak kekerasan terjadi maka keadilan harus ditegakkan," katanya.


Namun, dari pengalaman kami di Indonesia, menurut Yudhoyono, penegakan hukum semata tidaklah cukup. Hati dan pikiran juga harus dimenangkan. Stereotip lama harus dienyahkan. Budaya toleransi dan pendekatan yang inklusif harus senantiasa didorong.

Hal itu, menurut dia, tentu tidak dapat dilakukan oleh seorang pemimpin semata, tetapi memerlukan upaya bersama dari sejumlah besar pemimpin dari semua kalangan dan di semua bidang untuk menjalankan kenegarawanannya dalam memimpin dan menginspirasi para pengikutnya.

"Pada akhirnya, pemimpin yang baik adalah mereka yang berani berdiri di garis terdepan, dan memberikan sinar pengharapan untuk masa depan," demikian Yudhyono.

Presiden Yudhoyono tetap menerima penghargaan WSA di tengah gencarnya kritik masyarakat di dalam negeri yang menganggapnya tidak melindungi kaum minoritas. Penghargaan diberikan langsung oleh pendiri ACF yang adalah seorang pemimpin Yahudi, Rabbi Arthur Schneier.

AFC didirikan tahun 1665 dengan misi memperjuangan HAM, kebebasan dan kerukunan umat beragama, menggagas kerjasama antara pimpinan umat beragama, pengusasa dan usaha di dalam mempromosikan perdamaian, toleransi, dan resolusi berbagai konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Siapa Rabbi Schneier? Dia lahir di Vienna, Austria, 20 Maret 1930, pernah hidup di bawah pendudukan Nazi di Budapest selama perang dunia II. Schneier kemudian hijrah ke AS tahun 1947. Tahun lalu, dalam sebuah polling, nama Schneier disebut salah seroang dari 100 tokoh berpengaruh di AS. Dalam hal ini dia bahkan mengalahkan Presiden Obama.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya