Berita

hidayat nur wahid/dok.pks

Politik

PKS: Capres Islam Kalah Bersaing? Coba Lihat Kemenangan SBY di 2004

SENIN, 18 MARET 2013 | 17:08 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersinggung dengan hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam survei terakhirnya, LSI menyebutkan, tokoh Islam kalah bersaing dengan tokoh nasionalis dalam Pilpres 2014.

PKS mengatakan, hingga saat ini, partai-partai politik Islam belum menyepakati satu pun nama calon presiden untuk diusung bersama dalam Pilpres 2014. Anehnya, lembaga survei justru sudah memposisikan capres partai Islam kalah bersaing dengan capres partai nasionalis

Ketua Bidang Kebijakan Publik DPP PKS, Hidayat Nur Wahid, menyebut kesimpulan survei tersebut terlalu prematur dan tidak mendidik masyarakat.


"Kalah bersaing dengan siapa? Wong partai-partai Islam belum ada yang mengumumkan nama calon presiden dan calon wakilnya kok. Bagaimana sudah bisa disebut kalah?" kata Hidayat di gedung DPR, Jakarta, Senin (18/3).

Hidayat menambahkan, saat ini sejumlah parpol nasionalis sudah menggembar-gemborkan capresnya. Sementara parpol Islam belum satupun yang melakukan hal tersebut. Karena itu, terlalu prematur menyebut capres partai Islam kalah bersaing.

"Selain itu, survei juga selalu menyebutkan dengan asumsi bahwa jika pemilu dilaksanakan pada hari ini. Padahal, pemilu masih tahun depan," ucapnya.

Hidayat mencontohkan, pada pertengahan tahun 2003 survei-survei tidak menyebut-nyebut nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpotensi sebagai capres.

"Kenyataannya, pada tahun 2004 malah nama SBY yang berkibar," katanya Hidayat yang juga Ketua Fraksi PKS di DPR ini.

Bagi Hidayat, nasib partai Islam tidak ditentukan oleh hasil survei. Namun, sebagai komunikasi berdemokrasi dan menyampaikan hasil kajian, sah-sah saja melakukan survei.

Bagi PKS sendiri, lanjutnya, hasil survei adalah cambuk untuk bekerja lebih baik.

"PKS tidak pernah merasa khawatir dengan hasil survei," tegasnya. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya