Jenderal (Purn) Try Sutrisno
Jenderal (Purn) Try Sutrisno
“Jangan diributkan soal itu. KaÂlau bisa diduetkan. Sipil atau militer kan rakyat juga. Biarlah nanti rakyat memilih yang terÂbaik,’’ kata Wakil Presiden peÂrioÂde 1993-1998, Jenderal (Purn) Try Sutrisno kepada Rakyat MerÂdeka di Jakarta.
Soal banyaknya capres-cawaÂpres yang bermunculan, menurut Try Sutrisno, tidak perlu diperÂmaÂsalahkan. Semakin banyak yang maju, tentu semakin bagus. Sebab, semakin banyak pilihan rakyat.
“Biar rakyat yang menilai dari sekarang. Toh nanti rakyat juga yang memilih,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana penilaian Anda soal capres-capres yang sudah bermunculan itu?
Jangan tanya saya, nanti saya bisa dosa kalau komenÂtaÂri caÂpres yang sudah diÂmunÂÂculÂkan itu.
Kenapa?
Biar rakyat yang menilai meÂngeÂnai tokoh-tokoh yang berÂmunÂculan sebagai capres itu, saya rasa rakyat lebih tahu.
Lagi pula yang memiliki keÂdauÂlatan Negara Kesatuan ReÂpublik Indonesia ini adalah rakÂyat. Bukan raja dan bukan peÂmimÂpinnya. Rakyat yang berÂdauÂlat untuk menentukan arah bangÂsa ini.
Bagaimana mengenai wacaÂna capres sipil-militar?
Istilah sipil-militer itu bukan isÂtiÂlah Indonesia. Itu istilah negaÂra liÂberal, karena doktrin kita adaÂlah Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Hankamrata).
Masksudnya?
Kalau di Indonesia TNI itu adaÂlah rakyat dan rakyat adalah TNI. Dalam masalah kepemimÂpinan seÂmua sama saja, karena tiÂdak cuÂkup TNI saja yang memÂperÂtahanÂkan IndoneÂsia. TNI saja bila dikeÂroyok peÂrang dari luar saja tidak bisa memÂperÂtahankan Indonesia
Makanya rakyat harus ikut bangkit. Kalau ada orang berani ganggu Indonesia maka dua ratus sekian puluh juta rakyat IndoÂneÂsia akan melawan. Itu kan doktrin pertahanan rakyat semesta.
Jadi mana yang lebih baik menjadi pemimpin bangsa, TNI atau Sipil?
Kalau dilihat dari sejarahnya, tenÂtara itu sendiri sejarahnya adaÂlah dari rakyat, maka identitas TNI satu sebagai tentara pejuang kaÂrena sejak tampil membawa asÂpirasi memperjuangkan bangÂsaÂnya harus merdeka.
Tentara rakyat saat itu semua beÂrasal dari seluruh rakyat, ada kiai, petani, dokter dan wartawan juÂga ada di dalamnya.
Kalau dilihat dari sejarahnya, tenÂtara itu sendiri sejarahnya adaÂlah dari rakyat, maka identitas TNI satu sebagai tentara pejuang kaÂrena sejak tampil membawa asÂpirasi memperjuangkan bangÂsaÂnya harus merdeka.
Tentara rakyat saat itu semua beÂrasal dari seluruh rakyat, ada kiai, petani, dokter dan wartawan juÂga ada di dalamnya.
Memangnya TNI bagaimana?
TNI bukan milik partai, goloÂngan, dan kelompok. Tapi milik nasional. Maka dengan identitas seperti itu, sebaiknya jangan diÂhaÂÂdapkan dengan wacana sipil-militer. Lagipula masyarakat kaÂlau dalam kondisi perang pasti tiÂdak rela orang asing masuk. MaÂka semuanya pasti melawan berÂsama-sama TNI.
Sipil itu kan hanya sebagai profesi (selain tentara). Tapi kalau ada yang menyatakan pertenÂtaÂngan sipil-militer dalam menenÂtukan pemimpin itu adalah bikiÂnan orang Amerika.
Karena pada dasarnya semua rakyat adalah TNI, karena TNI daÂlam arti mikro adalah yang paÂkai pakaian dinas. Sedangkan daÂlam arti makro TNI adalah maÂsyarakat. Jangan jelek-jelekin tenÂÂtara sendiri. Sebab, sama saja jeÂÂlekin diri sendiri.
Apa perlu diduetkan lagi?
Kalau unsur militer berduet deÂngan sipil bagus kok. Ini menunÂjukkan kesatuan, kebersamaan, dan gotong royong itu bagus.
Tapi kalau yang egois, maunya sendiri, kelompokku, kawanku itu keliru. Kalau memenuhi unsur persatuan, kebersamaan, gotong royong, musyawarah, maka kepeÂmimpinan kita menjadi bagus.
Kalau peluang calon indeÂpenÂÂden bagaimana?
Kalau itu kita suruh dulu DPR untuk rubah undang-undangnya. Kita teriakin DPR untuk melakuÂkan perubahan. Tapi jangan saya yang menanggapinya.
Apa kriteria yang cocok menÂjaÂdi presiden agar bisa mengÂhadapi perkembangan zaman?
Pemimpin itu seharusnya bisa membawa amanat rakyat, bisa merangkum aspirasi rakyat, dapat memperjuangkan nasib rakyat dan memiliki kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu, presiden harus mamÂpu menjadi pemersatu rakyat dari beragam suku, agama, ras, serta menjadi suri tauladan bagi bawaÂhannya dan rakyatnya.
Kriteria lainnya?
Karakternya harus baik, meÂmiliki kememampuan yang baik, intelektual yang tidak diragukan lagi dalam memimpin dan memiÂliki iman yang teguh.
Dari capres yang sudah munÂcul, siapa yang mememuhi kriÂteÂria itu?
Kayaknya mau-tidak mau kita perlu menginventarisir kriteria-kriteria untuk calon presiden ke depan. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59