Triyatno
Triyatno
Menurut pria kelahiran Kota Metro, Lampung, 20 Desember 1987 itu, uang saku diberikan setelah bertanding. Bahkan uang saÂku saat di pelatnas belum diÂdaÂpatkannya.
“Walau begitu semangat saya tiÂdak kendur. Saya mencoba memÂberikan yang terbaik. Upaya saya tidak sia-sia. Saya senang biÂsa meraih perak,’’ kata Triyatno keÂpada Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, Triyatno berÂhasil melambungkan bendera merah putih dengan menyumÂbangÂkan medali perak pada OlimÂpiade London 2012 kelas 69 kiloÂgram dengan total angkatan 333 kilogram.
Triyatno selanjutnya mengaku keÂcewa dengan pengelolaan keuÂangan pelatnas dan pemberian uang saku saat Olimpiade London.
“Kecewa sih, tapi mau bilang apa lagi. Yang penting saat berÂtanÂding, masalah itu tidak memÂpengaruhi saya,’’ katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kalau uang saku saja seperti itu, bagaimana dengan bonus yang dijanjikan pemerintah?
Saya tentu pesimis mendapatÂkan bonus besar dari pemerintah, terutama dari Kementerian PeÂmuda dan olahraga (Kemenpora). Sebab, pemberian uang saku saja terlambat.
Bagaimana kalau benar dapat bonus besar?
Kalau benar ada, dan saya mendapatkan bonus itu, tentu saÂya senang sekali.
Akan digunakan untuk apa?
Tentu saya gunakan untuk masa depan. Insya Allah akan saÂya tabung untuk nikah.
Kapan?
Kalau tidak ada halangan dan uangnya cukup, mudah-mudahan setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) ini akan dilaksanakan resepsinya, he-he.
Bagaimana ceritanya uang saku terlambat diberikan?
Ya, saya nggak tahu. Memang keÂterÂlambatan itu dikeluhkan atlet, termasuk saya. Kenapa samÂpai uang saku diberikan setelah bertanding.
Uang saku itu digunakan untuk belanja ya?
He-he-he, setelah meraih peÂrak, saya belanja di Westfield ShopÂping Centre. Sebab, lokasiÂnya dekat athlete village di OlymÂpic Park, tempat menginap saya.
Kalau boleh tahu, memang berapa besar uang sakunya?
Ah, tidak enak disebut-sebut jumlahnya, he-he-he.
Ah, tidak enak disebut-sebut jumlahnya, he-he-he.
Kalau uang saku pelatnas, keÂnapa sampai terlambat juga?
Ini juga dikeluhkan. Uang saku buÂlanan selama 3 bulan belum diÂberikan sampai saya pulang sekaÂrang ini. Tapi itu tidak menjaÂdikan saya patah semangat.
Kami dari tim angkat besi tidak memikirkan macam-macam. SeÂtelah bertanding, baru hal lainnya seperti uang saku, dana pemÂbinaan, dan bonus dibicarakan.
Memangnya uang saku pelatnas berapa?
Setahu saya uang saku pelatÂnasnya sebulan sebesar Rp 5 Juta. Tapi itu setelah dipotong pajak 10 persen.
Apa Anda menilai keterlamÂbaÂtan uang saku ini ada kaitanÂnya dengan kasus dugaan koÂrupÂsi Hambalang dan Wisma Atlet?
Ya. Pasti dua kasus itu berdamÂpak pada kami para atlet. Dengan kasus itu makanya sulit mengeÂluarkan duit buat uang saku peÂlatnas para atlet. Saya berharap jaÂngan dikorupsi pejabat dong.
Kami sudah latihan berjuang keras memenangkan pertandingan dan membawa kehormatan bangsa, tapi jangan dana pembinaan kami dikorupsi.
Apa semua atlet terlambat uang sakunya?
Wah, kalau itu saya tidak tahu. Coba tanya kepada mereka. Yang saya bicarakan khusus atlet angkat besi.
Bagaimana Anda melihat atlet China?
Kalau saya lihat atlet China, waÂlau kalah mereka tetap bisa senyum. Sebab, semuanya sudah diperhatikan, uang sakunya suÂdah aman, bahkan masa depanÂnya diperhatikan. Kalau atlet kita, kalau menang malah bingung.
Berapa perbandingan uang saku atlet kita dengan atlet China?
Saya dengar uang saku atlet ChiÂna cukup besar. Waduh kalau kita dibandingkan dengan mereka perbedaannya sangat jauh sekali.
Kalau begitu perlu meniru China?
Ya. Kalau olahraga Indonesia mau lebih maju, apa salah kita mengikuti pola China. Misalnya, pembinaan dilakukan 3 sampai 4 tahun. Ini artinya sudah diperÂsiapÂkan jauh hari. Kemudian uang saÂku sebagai penyemangat atlet jaÂngan diperÂsulit, karena kemeÂnaÂngannya toh juga untuk mengÂhaÂrumkan nama Indonesia.
Apa harapan Anda?
Kami berharap pemerintah memperbaiki sistem pemberian uang saku. Tanpa disadari salah satu motivasi dan tetap semangat adalah dengan adanya uang saku. Apalagi masa depan atlet masa depannya suram. Kalau uang saÂku saja seret, udah deh, parahlah kondisi atlet itu.
Apa Anda menjadi atlet saja?
O, tidak. Selain jadi atlet, saya juÂga sudah diangkat menjadi PeÂgaÂwai Negeri Sipil (PNS) di SaÂmaÂrinda. Kemudian tahun 2007, Pak Adhiyaksa Dault (Menpora saat itu) memberikan atlet bonus besar agar atlet lebih bersemangat lagi. Saat itu sudah agak lumayan kehidupan para atlet.
Apakah itu diperjuangkan Pengurus Besar Persatuan AngÂkat Besi, Berat dan Binaraga SeÂluruh Indonesia (PB PABBSI)?
Ya benar. Selain itu juga karena prestasi saya yang dinilai cukup baik. Kemudian pemerintah daeÂrah Samarinda sudah berjanji akan mengangkat atlet-atlet berprestasi menjadi PNS.
O ya, bagaimana perasaanÂnya bisa meraih medali perak di Olimpiade?
Saya hampir tidak percaya bisa meraih medali di Olimpiade. Sebab, semua lawan saya cukup kuat, yakni dari China, Korea Utara, dan Kolombia. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59