Suswono
Suswono
“Nggak mungkin pedagang itu rugi. Sebab, sudah tahu hitung-hiÂtungannya,’’ kata Menteri PerÂtaÂnian Suswono kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurutnya, saat ini stok keÂdelai masih cukup untuk memeÂnuhi kebutuhan hingga lebaran. Hanya saja pasar internasional harga kedelai sedang naik.
“Makanya para pelaku usaha tempe dan tahu ingin mendaÂpatÂkan keuntungan tambahan deÂngan menaikkan harga,†ujarÂnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Faktor apa lagi yang memÂbuat produksi kedelai minim?
Berkaitan dengan lahan. Kita ini tidak bisa mengembangkan leÂbih jauh karena terkendala lahan untuk menanam kedelai.
Apa yang sudah Anda lakuÂkan?
Sejak awal saya menjadi menÂteri, untuk swasembada kedelai diÂperlukan tambahan lahan miÂnimal 500 ribu hektar. Tapi seteÂlah tiga tahun kabinet ini berjalan, lahan yang diharapkan dari BPN belum bisa diwujudkan sampai sekarang. Padahal ada sekitar 7,2 juta hektar yang diindikasikan telantar.
Dalam rapat dengan Menko Ekonomi (Rabu, 25/7) sudah diÂpuÂtusakan, bea masuk sebesar 5 persen akan dibebaskan. Tapi ini untuk sementara saja. Maksimal sampai akhir tahun saja.
Kok lama sekali lahan dari BPN ini tidak terealisasi?
BPN sedang menyisir lahan dari 7,2 juta hektar itu ada berapa peluang yang bisa diakses petani, khususnya petani kedelai dan tebu. Sebab, tebu juga butuh laÂhan besar.
Apa pemerintah tidak bisa menekan kenaikan harga kedelai?
Sebetulnya harga kedelai sekaÂrang ini menarik bagi petani. IdealÂnya, kalau waktu dulu ketika harga beras relatif murah, harga kedelai itu 1,5 dari harga beras. ArÂtinya bisa lebih mahal dari beras.
Kalau sekarang harganya Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram, itu sudah bagus bagi petani. Sebab, dengan produksi 2 ton per hektar maka petani akan mendapatkan Rp 16 juta dengan biaya sekitar Rp 5 juta-an.
Kondisi ini hampir sama menÂdekati harga jagung yang bisa diproduksi 7 ton per hektar deÂngan harga Rp 2.300-an per kiloÂgram. Maka petani akan menÂdaÂpatkan Rp 16 juta juga.
Pengusaha tempe dan tahu keberatan dengan kenaikan harga kedelai itu, solusinya baÂgaimana?
Saya kira perlu diselidki lebih jauh. Sebab menurut informasi, pabrik-pabrik tempe dan tahu ini biasanya berhenti produksi di awal Ramadhan. Biasanya ada yang seperti itu dan pada perteÂngahan Ramadhan akan proÂduksi lagi.
Tapi tidak mustahil juga naikÂnya harga kedelai ini, imbas dari kenaikan kedelai oleh para imÂportir. Sebenarnya, bagi penguÂsaha tahu dan tempe itu tidak ada masalah kalau harganya naik.
Bukankah bisa membuat pabrik tempe dan tahu gulung tikar?
Nggak juga. Mereka tinggal menyesuaikan saja harga tahu dan tempenya di pasaran, seÂhingga tidak mengalami keruÂgian. Memang kalau harganya maÂhal, konsumen yang dirugiÂkan. Nggak mungkin pedagang itu rugi. Sebab, sudah tahu hiÂtung-hitungannya.
Memangnya berapa persen impor kedelai saat ini?
Saat ini kita impor kedelai hingga 60 persen dan 40 persen produksi dalam negeri. Sebab, terÂkendala tidak adanya tamÂbaÂhan lahan itu.
Jika lahan ditambah 500 ribu hektar, bisa mengurangi impor berapa persen?
Kalau ada tambahan 500 ribu hektar, kita ini punya potensi tamÂbahan produksi kedelai hingga 1 juta ton. Saat ini, impor kedelai sebanyak 1,5-1,7 juta ton per taÂhun. Agar kita kokoh pada komoÂditas kedelai, paling tidak harus punya 1,5 juta hektar. Saat ini yang ada hanya sekitar 700-an hektar.
Kalau ada lahan, tapi petani tidak tertarik menanam keleÂdai, itu bagaimana?
Ada beberapa faktor yang membuat produksi kedelai daÂlam negeri tidak bisa digenjot. DaÂri sisi harga, kedelai masih kuÂrang menarik sehingga banyak petani yang beralih ke komoditas jaÂgung.
Para petani menilai jagung leÂbih menarik, sehingga banyak petani menanam jaÂgung dibanÂdingÂkan dengan keÂdelai. MakaÂnya, jika harga keÂdelai meÂnarik, dipastikan petaÂni akan lari ke keÂdelai dan jaÂgung akan berkurang.
Padahal, lahan yang digunakan jagung dan kedelai itu sama, wakÂtu menanamnya pun sama.
Makanya, petani akan meÂmilih mana yang lebih menarik. Selama ini harga jagung lebih menarik. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59