Berita

Firman Soebagyo.ist

Kedelai Tidur Nyenyak, Kartel Momok Sebenarnya

SABTU, 28 JULI 2012 | 10:50 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Sebetulnya, yang dihadapi bangsa Indonesia bukanlah komoditas kedelai itu sendiri. Krisis kedelai sungguh mengherankan bisa terjadi padahal tidak ada masalah pada produksinya.

"Sebetulnya yang kita hadapi bukan komoditas kedelai yang sebenarnya tidur nyenyak. Yang jadi momok itu adalah kartel-kartel," tegas Wakil Ketua Komisi IV DPR, Firman Soebagyo, di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (28/7).

Firman mengaku pernah melakukan penelitian lapangan dengan mencoba melakukan impor kedelai bersama BUMN dan koperasi. Faktanya, kartel yang mengendalikan harga pasar.


"Kerugian yang mereka tanggung sudah terpenuhi setelah mereka kuasai pasar satu kali," jelasnya.

Politisi Golkar itu justru mempertanyakan nasionalisme para pejabat pembuat kebijakan, karena merekalah yang bertanggungjawab akan krisis kedelai yang hari ini terjadi.

"Hati nurani mereka apakah betul merah putih? Aplikasi di lapangan tak pernah dipikirkan. Penghapusan bea masuk bisa merugikan negara Rp 400 miliar dan kalau kebijakan itu tetap, kita terseret arus liberalisasi perdagangan," tegasnya.

Dia berharap ke depan ada kebijakan terintegrasi yang memihak bangsa sendiri di sektor pertanian dan pangan.

"Mumpung sekarang RAPBN ini belum dipidatokan oleh Presiden SBY, sekali lagi saya mohon degan hormat kepada Presiden untuk cukupi anggaran untuk swasembada ini," ungkapnya.

Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri, Bambang Soesatyo, pangan rakyat tidak terproteksi karena pemerintahan SBY tidak militan mengejar target revitalisasi sektor pertanian dan tanaman pangan.

"SBY sudah terperangkap oleh kebijakan instan impor bahan pangan. Akibatnya, ketergantungan pada bahan pangan impor sudah sampai pada tahap sangat mencemaskan," tegasnya dalam penjelasan pers, Kamis (26/7).

Produksi kedelai di dalam negeri tidak pernah bisa mencukupi kebutuhan. Permintaan kedelai di dalam negeri per tahun 1,5 juta ton, sementara produksi dalam negeri maksimal 960.000 ton per tahun. Sisanya harus diimpor dari AS.

Anggota DPR itu menegaskan, seperti halnya beras, pemerintah semestinya memberikan proteksi maksimal atas stok komoditi kacang kedelai. Pengamanan stok kacang kedelai seharusnya tidak diserahkan ke pasar bebas, melainkan harus berada dalam kendali pemerintah.  Sebab, pemerintahlah yang mengelola dan mengendalikan kebijakan politik ekonomi. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya