Denny JA
Denny JA
“Kalau misalnya survei diÂlakukan 100 kali, kesalahannya di bawah 10 kali, itu sudah cukup baÂgus,†kata Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kepada Rakyat MerÂdeka, kemarin.
Seperti diketahui, sejumlah lemÂbaga survei ternama memÂprediksi pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli memenangkan putaran pertama Pilkada DKI Jakarta. Tapi ternyata salah.
KPU DKI Jakarta menetapkan peÂmenang Pilkada DKI Jakarta putara pertama adalah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja PurÂnama yang meraup 1.847.157 suara atau 42,59 persen.
Sedangkan di urutan kedua pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dengan 1.476.648 suara atau 34,05 persen. Sementara, HiÂdayat Nurwahid-Didik J RachÂbini posisi ketiga dengan 508.113 suara.
Posisi keempat pasangan FaiÂsal Basri-Biem Benyamin dengan 215.935 suara, disusul pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono dengan 202.643 suara, dan teraÂkhir pasangan Hendarji Soepanji-Riza Patria dengan 85.990 suara.
Denny JA selanjutnya mengaÂtaÂkan, pihaknya juga salah memÂprediksi dalam Pilkada Aceh dan Pilkada Jawa Barat.
“Kalau benar semua, Tuhan dong. Bukan lembaga survei lagi. Lembaga survei terkenal di dunia seperti Time Magazine atau CNN pun pernah salah,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bukannya masyarakat mulai ragu terhadap lembaga survei?
Perlu saya jelaskan. Sekitar dua bulan hingga satu minggu seÂbelum pelaksanaan Pilkada DKI, banyak lembaga survei melakuÂkan survei. Track recordnya suÂdah kita kenal seperti Lingkaran Survei Indonesia, Indobarometer, Lembaga Survei Indonesia, JaÂringan Survei Indonesia, Soegeng Soerjadi Syndicated, dan lainnya.
Semua lembaga survei itu berÂsaing, mana mungkin kongkaÂlikong mengenai hasilnya. Sebab, tidak pernah ada pembicaraan mengenai hasilnya. Tapi ternyata hasilnya sama.
Fauzi Bowo merasa diboÂhoÂngi, bagaimana tanggapan Anda?
Sebenarnya ada kondisi yang membuat dia terkejut. Saya pun terkejut dengan hasil Pilkada DKI pada putaran pertama ini. Saya rasa Jokowi pun nggak menyangÂka seperti itu hasilnya.
Ada kejadian yang sangat jaÂrang terjadi. Itu namanya anoÂmali. Anomali ini, jika terjadi bisa diÂpahami meskipun jarang terjadi.
Kenapa prediksi awal LSI hasilnya sangat jauh kenyataan?
Hasil survei sebelumnya meÂnunÂjukkan pasangan Foke-Nara urutan pertama. Jokowi-Ahok pada urutan berikutnya dan tidak pernah melampaui 30 persen. SeÂdangkan Foke-Nara tidak sampai 50 persen tetapi mengungguli Jokowi.
Hasil dari berbagai lembaga survei pun sama. Artinya, di era H-2 bulan hingga H-7 pemilih Jakarta seperti itu. Tetapi pada H-7 inilah, lembaga survei sudah tidak bisa lagi melakukan survei.
Kenapa seperti itu?
Karena untuk melakukan survei dibutuhkan waktu 7 hari leÂbih. Saat survei itu kan dilaÂkuÂkan wawancara terbuka yang membutuhkan waktu minimal 7 hari. Kalau H-7 itu sudah telat.
Ada yang menilai lembaga survei berupaya mengarahkan publik, apa benar begitu?
Tidak. Keinginan lembaga surÂvei untuk mempengaruhi publik itu tidak bisa dan tidak pernah terÂjadi. Lembaga survei ini nggak efekÂtif untuk mempengaruhi maÂsyarakat. Kami hanya melakukan riset saja yang langsung melakuÂkan wawancara terbuka kepada masyarakat.
Pada perhitungan cepat atau quick count yang kami lakukan cuÂkup tepat. Itu bukti lembaga surÂvei perhitungannya masih akurat. Antara lembaga survei tidak saling berkoordinasi tapi hasil quick count-nya sama yakni Jokowi pada urutan pertama dan Foke pada urutan kedua.
Apakah metodologi dalam survei salah?
Sama sekali tidak salah. MetoÂdologinya sudah benar dan samÂple yang kami gunakan pada quick count itu sama dengan yang kami pakai pada survei.
Kalau metodologinya benar, kenapa prediksinya salah?
Masalahnya, ketika kami meÂlakukan survei waktunya masih lama. Setelah adanya hasil survei, terjadilan perubahan. Ini khusus Jakarta saja. Sebab, peran sosial meÂdia begitu besar terutama twitter, facebook, dan BlackBerry Massanger. Sosial media ini gencar dilakukan setelah tidak boleh kampanye atau sekitar 3 hari sebelum hari H.
Masa sih LSI tidak melihat hal itu?
Sosial media inilah penyebab perubahan perilaku yang tidak lagi tertangkap oleh survei. Tapi lembaga survei ini kan tetap membuktikan keakuratannya pada quick count.
Bukankah pengguna sosial media itu mayoritas kelas meÂnengah ke atas?
Meski demikian, itulah yang terjadi. Lima tahun lalu saat kami melakukan survei bahwa Foke menang. Hasilnya memang Foke manang kan karena sosial media tidak ada. Namun, sosial media yang terjadi saat inilah yang perlu dipelajari.
Kabarnya LSI dibiayai Fauzi Bowo ya?
Itu isu yang kontroversial. KaÂlau ditanya apa Foke membiayai survei, saya hanya tersenyum saja, he-he-he. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59