Berita

KPK, Hentikan Pola Menyihir dan Mengadu Domba Sipil!

SABTU, 30 JUNI 2012 | 11:20 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. KPK sebaiknya berhenti memakai pola-pola adu domba masyarakat untuk memenangkan kepentingannya. Padahal, ada proses ketatanegaraan dan prosedur penganggaran yang mestinya dipahami juga oleh KPK.

Politisi PPP di Komisi III DPR memandang saat ini ada kesan stgmatisasi yang diprovokasi oleh pimpinan KPK.

"Seolah yang menolak pembangunan gedung baru KPK itu pasti penjahat, padahal yang menolak itu juga pernah membela habis-habisan KPK dalam kasus lain tapi tidak setuju dalam pembangunan gedung baru," jelas dia dalam diskusi "Pro Kontra Koin untuk KPK" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (30/6).  


Dia menambahkan, sungguh tindakan biadab untuk membenturkan masyarakat dalam isu yang sebetulnya tidak mendalam dipahami oleh publik luas.

"Kalau ada grand design untuk menutup persoalan-persoalan besar lain di republik ini adalah sangat biadab dengan cara membenturkan antar kelompok sipil," tegasnya.

Dia tegaskan, dalam wacana pembangunan gedung baru KPK belum ada keputusan menolak atau menerima dari DPR. KPK sendiri diragukan dalam niatnya bekerjasama dengan DPR membahas usulan kantor baru itu.

"Kami belum menolak, tapi ini masih pembahasan dan ada pembahasan lebih detail yang libatkan Sekjen KPK. Kita juga mesti perhartikan siklus penganggaran kita yang sedang sakit. Ini semua sedang dipelajari secara detail," jelasnya.

Dia meminta KPK menghentikan pola-pola pengerahan massa dalam memenangkan kepentingannya, dan juga dalam penegakan hukum.

"Hentikan menyihir alam bawah sadar masyarakat, dan kita juga jangan jadikan KPK berhala baru yang pasti bebas dari kesalahan. Ada kasus-kasus besar yang hingga kini belum diselesaikan KPK, Hambalang, Century, korupsi migas yang bersentuhan dengan asing," urai Yani. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya