Komjen Pol (Purn) Noegroho Djajoesman
1 Juli 2012, Polri berusia 66 tahun. Namun segelintir kasus masih menodai korps Bhayangkara itu. Misalnya, penembak misterius, kriminalitas dan penyalahgunaan wewenang.
Janji Kapolri Timur Pradopo yang akan membenahi total insÂtitusinya pada awal 2012, diperÂtanyakan sejumlah lembaga swaÂdaya masyarakat (LSM).
Di mata sesepuh Polri, NoeÂgroho Djajoesman, kinerja polisi tak seburuk yang diutarakan LSM, kritikus, dan sebagian maÂsyarakat.
‘’Banyak perubahan dan kemaÂjuan yang sudah dicapai Polri. Memang ekspektasi masyarakat begitu besar, belum seluruhnya daÂpat dipenuhi,’’ kata bekas KaÂpolda Metro Jaya ini kepada RakÂyat Merdeka, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Berikut kutipan selengkapnya: Apa harapan dan pesan unÂtuk para perwira dan anggota kepolisian?
Tegakkan keadilan dan kebeÂnaran tanpa pandang bulu. SeÂnantiasa dekat selalu dengan maÂsyarakat. Berikan juga pelayanan yang terbaik.
Dibandingkan tahun lalu, kinerja Polri sudah membaik? Ya. Banyak kemajuan. MeÂmang ekspektasi masyarakat begitu besar, belum semuanya dipenuhi. Perlu proses dan waktu. Tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Perbaikan paling utama di bidang apa?Polisi sudah melakukan aksi nyata reformasi birokrasi, itu suÂdah dirasakan masyarakat. MiÂsalnya, penegakan hukum terhaÂdap kasus yang bersifat transÂnaÂsional, internasional dan kejahaÂtan lain meresahkan masyarakat. Polri juga intens menjalin huÂbuÂngan dengan kepolisian negara teÂtangga, di samping menjalin kemitraan dengan masyarakat.
Pelanggaran HAM serta pemÂbiaran kekerasan oleh PolÂri masih marak, mindset dan kultur anggota sepertinya beÂlum berubah ya?
Saya heran dan balik bertanya, peÂlanggaran HAM apa yang poÂlisi telah lakukan. Kalaupun ada tindakan kekerasan dan pelangÂgaran yang dilakukan anggota, jangan itu dijadikan persepsi dan gambaran yang seolah-olah menÂcerminkan perbuatan Polri seÂbagai institusi.
Sepengetahuan saya, sudah banyak sanksi dan tindakan huÂkum terhadap anggota yang meÂlanggar kewenangan. Kita selalu berbicara mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan anggota Polri. Tapi kenapa kita tak pernah membicarakan pelanggaran HAM yang menimpa anggota PolÂÂri. Kita harus seimbang dong, kaÂÂlau benar-benar menyadari bahwa Polri adalah bagian dari kita semua.
Awal tahun ini, Kapolri Timur Pradopo berjanji total berbenah. Apa sudah ditepati?Sudah banyak yang kita rasaÂkan. Terutama di bidang pelayaÂnan, penegakan hukum. Tapi seÂkali lagi, semua butuh waktu dan proses.
Kabarnya, figur Timur PraÂdopo kurang disukai sebagian jaÂjaran kepolisian karena diÂanggap kurang tegas, beÂnarkah?Anggapan seperti itu tidak beÂnar. Organisasi polisi bukan seÂperÂti Âorganisasi warung kopi atau LSM. Institusi ini tetap memeÂgang prinÂsip rantai komando yang diÂserÂtai sikap dan loyalitas dari seluÂruh anggota kepada pimÂpinannya.
Para perwira tinggi grundel karena menilai Timur Pradopo terlalu pro sama angkatannya, 1978 sentris?Hal ini tidak pernah saya deÂngar. Jangan lah kita justru memÂbuat opini berdasarkan analisa yang tidak akurat. Kalaupun beÂnar ada yang grundel, saya yakin hanya karena masalah pangkat dan jabatan. Menurut saya, beÂkerja dan berprestasi itu lebih penting.
Pada masanya Bimantoro dicap sukses perjuangkan Polri leÂpas dari ABRI, Sutanto luÂmayan tegas memerangi teÂroris, judi dan mafia, bagaiÂmaÂna dengan Timur?Setiap era Kapolri tentunya mempunyai permasalahan yang berÂbeda-beda. Tidak bisa disamaÂratakan.
Sejauhmana posisi dan prestasi Polri di antara kejakÂsaan dan KPK?Sudah ada job description-nya masing-masing. Di bidang peneÂgaÂkan hukum, polisi sebagai penyidik, jaksa sebagai penuntut. Sedangkan KPK, itu khusus terÂkait masalah korupsi.
Bagaimana soal penangaÂnan kasus rekening gendut Âdi elite PolÂri yang tidak jelas junÂÂtrungannya sampai seÂkaÂrang?Berulangkali saya katakan, kaÂsus ini kan sudah dinyatakan seÂlesai oleh Kapolri yang lama. Apa lagi yang harus dipertanyakan.
Rasanya tiap hari Papua diÂteror aksi penembak misteÂrius, kenapa sih tidak bisa tuntas? Masalah Papua ini sangat komÂpleks yang menyangkut bidang ideologi politik, ekoÂnomi, social, dan budaya. Saat semua faktor tadi bersinggungan dan menimÂbulÂkan gejolak, seÂmuanya akan berÂmuara pada maÂsalah keaÂmaÂnan.
Untuk masalah Papua, selalu penting pendekatan kepada masyarakat, juga menempatkan hukum sebagai panglima.
Indonesia Police Watch menuding banyak kasus ‘mati suri’ di Bareskrim,’tanggapan Anda?
Saya kenal dengan ketua LSM ini. Saya hanya mengatakan, jangan terlalu banyak bicara kalau kita tidak mengetahui secara langsung dan pasti serta tidak mengenal apa itu polisi. Jangan menjelek-jelekan polisi apalagi langÂsung menyerang pimpinannya. Harusnya kita bercermin dulu.
Bilamana ada masalah yang menyangkut perbuatan anggota, laporkan kepada pimpinannya. Bagaimana pun polisi itu dibutuhkan oleh masyarakat.
Saat melantik jajaran baru Kompolnas, Presiden SBY minta Polri lebih diawasi secara transparan, bagaimana menurut Anda? Ya, itu sah-sah saja. Saya rasa bukan hanya Kompolnas, masyarakat pun waÂjib hukumnya untuk mencermati kinerja Polri. Tentunya harus disamÂpaiÂkan secara prosedural, santun, dan jangan didasarkan fitnah, apalagi memÂbawa kepentingan pihak lain. [Harian Rakyat Merdeka]