Berita

Tjahjo Kumolo

Wawancara

WAWANCARA

Tjahjo Kumolo: Beberkan Peringkat Parpol Korup Sehingga Tidak Saling Curiga...

SABTU, 16 JUNI 2012 | 09:22 WIB

RMOL. PDI Perjuangan tidak merasa tersindir atas pernyataan SBY bahwa banyak partai lain lebih korup dari Partai Demokrat.

“Kami tidak merasa tersindir de­ngan pernyataan Pak SBY itu. Mungkin arahnya ke partai po­litik lain,” kata Sekjen PDI Per­juangan Tjahjo Kumolo kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, dalam acara silaturrahmi pendiri dan deklara­tor Partai Demokrat, Rabu (13/6), SBY membeberkan data-data un­tuk menguatkan pernyataannya bahwa banyak partai lain yang le­bih korup dari partainya.

“Saya beri contoh. Di DPRD Pro­vinsi, dalam jangka 2004 hing­ga tahun ini, 2012, korupsi yang dilakukan oknum Demokrat 3,9 persen atau peringkat 5 dari seluruh partai. Masih ada 4 partai lain di atas kita. Masing-masing  ada 34,6 persen, 24,6 persen, 9,2 per­sen dan 5,32 persen. Total 75 persen,”  kata SBY.

Sedangan untuk DPRD Kabu­paten/Kota pada periode yang sa­ma Demokrat menempati pe­ring­kat tiga dengan 11,5 persen, ter­kait kader partai yang terlibat ka­sus korupsi. Di atasnya, terang SBY, masih ada dua parpol, ma­sing-masing 27 persen, dan 14,4 persen.

“Untuk tingkat menteri, DPR, gubernur, dan wali kota/bupati, oknum PD juga menempati posisi tiga. Di bawah dua parpol. Di atas­nya masih ada dua parpol de­ngan angka 33,7 persen, dan 16,6 persen,” papar SBY.

Tjahjo Kumolo selanjutnya mengatakan, SBY menyam­pai­kan hal itu bukan sebagai Presi­den, tapi kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.

Berikut kutipan selengkapnya:


Bukankah jabatan Presiden itu melekat kepada SBY?

Itu hak beliau menyampaikan pidato apa saja. Termasuk meng­kri­tik partai politik lain, baik se­bagai Presiden atau Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sepan­jang forumnya tertutup dan ber­sifat internal.

    

Acara itu diliput pers, ini be­rar­ti terbuka, tanggapan Anda?

Sebagai Presiden seharusnya be­­liau bersikap negarawan. Mes­­tinya SBY mengajak se­mua komponen bangsa untuk ti­dak terlibat dalam kejahatan ko­rupsi.

   

Masa sih PDI Perjuangan tidak merasa tersindir?

Pada prinsipnya PDI Per­juangan tidak merasa tersindir. Sebab, pernyataan itu bersifatnya internal. Kami tidak ingin masuk pada masalah intern rumah tang­ga partai politik lain, tidak etis. Kami saling menghormati dan menghargai pendapat politik atau pun strategi opini sesama partai politik.

   

Anda sepakat jika ada ranking partai politik yang korup?

Silakan melakukan pering­kat sepanjang obyektif. Ke­mu­dian harus ada pemilahan kasus.  Arti­nya, tidak dipukul rata.

Sebab, ka­sus KKN itu kan masalah kebi­jakan, penyalah­gunaan we­we­nang, penggunaan uang ne­gara, dan lainnya. Maka­nya be­berkan saja peringkat parpol korup itu.

Tapi hendaknya dilakukan se­­­cara obyektif. Jangan di­pu­kul ra­ta. Kalau tidak bisa obyek­­­tif, ma­ka tidak perlu. Se­benarnya par­tai-partai ter­ma­suk PDI Per­juangan selalu me­lakukan eva­luasi internal ma­sing-masing.

Sa­ya yakin kalau ada lembaga inde­penden melakukan pering­kat. Itu sah-sah saja.


Kenapa masih banyak me­la­kukan korupsi?

Sebenarnya penanganan ka­sus korupsi ini sudah ada sejak dulu. Saat Ibu Megawati Soe­kar­­no­pu­tri menjadi Presi­den, pemerintah dan  DPR mem­ben­tuk KPK.

Menurut saya, perlu gerakan atau kampanye nasional untuk pencegahan korupsi. Sistem dan aturannya sudah ada. Seluruh elemen bangsa mengapresiasi masalah tersebut.


Apakah dengan gerakan pencegahan korupsi saja cukup?

Tidak juga. Kuncinya pada pe­ne­gakan hukum yang berke­adilan. Tidak ada intervensi kepa­da penegak hukum. Refor­masi bi­rokrasi harus cepat dilak­sanakan.

Re­kruitmen pimpinan lem­baga-lembaga juga harus men­jadi prio­ritas utama.

Partai politik wajib melakukan rekruitmen secara selektif. Misal­nya, PDI Perjuangan dalam re­kruitmen caleg akan diawali dengan  psikotes terhadap seluruh calon anggota legislatif di semua tingkatan. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya