Pertemuan yang dilakukan beberapa orang di Hotel Blue Sky, Jalan Raden Saleh, Jakarta, di saat para pemuda dan mahasiswa berjuang menolak kenaikan harga BBM Jumat malam lalu (30/3), bukanlah sebuah kongres.
Melainkan hanya pertemuan beberapa orang yang seolah-olah memilih ketua umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Karenanya anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Akbar Zulfakar yang dipilih sebagai ketua umum dalam pertemuan itu adalah ketua umum jadi-jadian.
Demikian keyakinan Ketua Umum Persaudaraan Pemuda Etnis Nusantara, Ahmad Suhawi, yang disampaikan kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu menjelang tengah malam (1/4).
"Bila Bung Akbar Zulfakar bersedia menjadi ketua umum jadi-jadian patut kita sayangkan. Ini memperlihatkan ketidakmampuannya memahami KNP dan aturan organisasi," ujar Suhawi.
Dalam konstitusi KNPI hanya dikenal Kongres dan Kongres Luar Biasa. Tidak ada istilah Kongres Lanjutan. Baik Kongres maupun Kongres Luar Biasa memiliki syarat sah dan legitimasi masing-masing, seperti jumlah kehadiran OKP dan DPD. Juga ada aturan yang tegas tentang penyelenggara, draft materi, dan sebagainya.
Jumlah OKP yang memiliki suara berdasarkan keputusan Kongres XVII di Jakarta akhir bulan Oktober tahun lalu sebanyak 115, sementara jumlah DPD sebanyak 38. Adapun yang hadir dalam pertemuan di Blue Sky tidak sampai 30 OKP.
"Bagi saya ini sebuah keanehan. Jangan-jangan ini bagian dari upaya untuk mengalihkan isu kenaikan harga BBM dan perjuangan nasib rakyat oleh mahasiswa," katanya curiga.
Bisa jadi juga, pertemuan yang disebut kongres lanjutan itu adalah bagian dari skenario memecah belah potensi pemuda.
"Dalam kesempatan ini saya menyerukan agar mewaspadai anasir yang mencoba memecah belah pemuda dan perjuangan rakyat bersama mahasiswa," demikian Suhawi. [guh]