Berita

greenpeace/ist

Komisi IV: Agenda Tersembunyi Greenpeace Mulai Terbongkar

KAMIS, 15 MARET 2012 | 07:12 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

RMOL. Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo menilai manuver liar LSM asing Greenpeace selama ini terbukti tidak memiliki dasar yang kuat. Hal itu semakin menguatkan dugaan agenda Greenpeace hanya untuk menekan negara berkembang seperti Indonesia.

"Semua tudingan Greenpeace itu sama sekali tidak ada buktinya. Agenda tersembunyi Greenpeace di Indonesia sedikit demi sedikit terbongkar. Nah, kalau semua kalangan jadi gusar, itu sangat wajar. Ibaratnya, Greenpeace itu sama saja dengan teroris ekonomi," ujar Firman kepada wartawan, Rabu (14/3/2012).

Hal ini dikemukakan Firman menanggapi banyaknya tudingan Greenpeace yang ternyata hanya omong kosong belaka.


"Penolakan Amerika Serikat terhadap CPO Indonesia juga berawal dari kampanye hitam mereka. Greenpeace menuding perkebunan sawit tidak ramah lingkungan, dan industri kehutanan Indonesia menggunakan bahan baku dari hutan produksi. Terakhir, tanpa bukti fisik, Greenpeace juga menuduh perusahaan pulp and paper menggunakan kayu ramin sebagai bahan kertas,’" paparnya.

Bukan itu saja, Greenpeace juga menyeret-nyeret Palang Merah Internasional (The International Committee of the Red Cross/ICRC) ikut menikmati dana haram asal lotere/judi Belanda. Tudingan itu dibantah Media & Public Communication Officer ICRC, G Blomen Nomer. Ia mengecam Greenpeace yang menuding Palang Merah menerima dana judi seperti dilansir Majalah Tempo. Blomen memastikan tidak ada dana judi dari Belanda ke Palang Merah Internasional.

"Kami bisa tegaskan, kami tidak pernah menerima dana dari perusahaan lotere Belanda. Sehingga, tuduhan Greenpeace itu sama sekali tidak benar," tandas Blomen kepada wartawan.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla juga menegaskan tidak pernah menerima bantuan dana lotere/judi Belanda. "Sama sekali tidak ada bantuan lotere Belanda untuk PMI," tegas mantan Wakil Presiden ini.

Karenanya, lanjut Firman, tidak heran jika SBY dua kali mengecam keras agar LSM asing tidak mengobok-obok perekonomian Indonesia.

"Seharusnya, menteri terkait berani mengambil langkah tegas. Ini sudah sinyal kuat untuk mengusir Greenpeace dari Indonesia yang terbukti dibiayai dan membawa agenda asing,’" katanya.

Bukti LSM Greenpeace didanai asing untuk menekan negara berkembang seperti Indonesia diungkapkan The Taxpayers Alliance. Greenpeace dalam kampanyenya selalu mengintimidasi pembeli Eropa agar tidak membeli sawit Indonesia. Motif Greenpeace yang terus menyoal deforestrasi hanya untuk melemahkan daya saing industri sawit Asia terhadap minyak nabati Eropa.

The Taxpayers Alliance, lembaga watchdog untuk penggunaan dana pajak di Inggris, merilis laporan tentang perselingkuhan Uni Eropa dengan LSM lingkungan hidup dan organisasi buruh. Terkait kampanye Greenpeace, lembaga tersebut membuat laporan berjudul "Taxpayer Funded Environmentalism" yang menguak motif para aktivis lingkungan yang terus menyoal deforestrasi hanya untuk melemahkan daya saing industri sawit Asia terhadap minyak nabati Eropa.

Menurut data itu, uang pajak dari Inggris dan negara-negara Eropa yang disetujui parlemen negara masing-masing mengalir ke 10 LSM sebagai bahan bakar agar mereka terus berkampanye mengusik pabrik CPO Asia. Disebutkan, kampanye itu dilakukan dengan segala cara, termasuk kebohongan dan distorsi.

Dananya lumayan besar. Pada tahun lalu, injeksi dana dari Uni Eropa mencapai 10,1 juta euro, selain 0,5 juta euro dari perusahaan lotere. Penerimanya adalah koalisi LSM yang tergabung dalam Green 10, termasuk Climate Action Network, Friends of The Earth Eropa, WWF Eropa, dan Greenpeace. Greenpeace perwakilan Indonesia membantah tudingan itu, termasuk mengenai standar ganda dalam kampanye lingkungan yang dilakukan LSM asing itu. [ysa]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya