Sukmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri
RMOL.Perjuangan politisi perempuan menumbangkan rezim Soeharto tahun 1998 bukan hanya didominasi satu tokoh.
“Saya mau meluruskan komenÂtar Taufik Kiemas yang penuh kebohongan di buku Megawati Anak Putra Sang Fajar,†ungkap Ketua Umum PNI Marhaenisme, Sukmawati Soekarnoputri, keÂpada Rakyat Merdeka, Sabtu (18/2).
Seperti diberitakan, di dalam buku Megawati Anak Putra Sang Fajar, Taufik Kiemas mengungÂkapkan, Megawati adalah satu-satunya politisi perempuan yang menentang rezim Soeharto.
Komentar tersebut menimbulÂkan pro dan kontra, khususnya dari kalangan politisi perempuan saat menumbangkan rezim Soeharto.
Sukmawati Soekarnoputri seÂlanjutnya mengatakan, komentar Ketua MPR tersebut merupakan kebohongan dan memutarÂbalikÂkan sejarah.
Menurutnya, masih banyak politisi perempuan yang ikut serta dalam menumbangkan reÂzim Soeharto. Mereka turut serta daÂlam aksi massa yang dilakuÂkan mahasiswa ketika itu.
“Saya nggak mau Indonesia punya Ketua MPR pembohong. Tidak hanya Mega yang menenÂtang rezim Orba (Orde Baru). PerÂnyataan Taufik KieÂmas berÂlebihan. BaÂhasa gaulnya leÂbay,†ujar putri keÂempat Soekarno itu.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenapa Anda memÂpermasaÂlahÂkan buku itu?
Ini kan menyangÂkut sejarah. Buku itu berisi komentar dari beberapa tokoh maÂsyarakat, dan keÂluarga. Taufik KieÂmas dan saya juga memberiÂkan komentar.
Buku tersebut banyak dibaca masyarakat. Saya mengkritik dan mengoreksi isinya agar tidak menjadi pembohongan sejarah.
Kenapa Taufik Kiemas meÂngeÂluarkan komentar itu?
Taufik hanya mau melihat peran Megawati saja. Jangan seÂperti itu dong. Saya malah ragu, apakah Megawati benar-benar menentang Soeharto ketika itu.
Ada unsur pencitraan?
Saya melihat seperti itu. Tapi kan tidak fair bila seperti itu. Tidak bijak Ketua MPR ngoÂmong seperti itu. Berbicara harus sesuai fakta. Jangan mengaburÂkan fakta sejarah yang ada.
Siapa tokoh peÂrempuan yang meÂnentang rezim Soeharto ketika itu?
Yang ada di DPR bersama maÂhaÂsisÂwa adalah seluruh petinggi PNI, deÂngan Ketua UmumÂnya, Ibu Supeni, dan saya sebagai salah satu ketua ketika itu.
Saya bisa mengaÂtakan seperti itu karena saya pelaku sejarah yang menentang Soeharto hingga lengser. Mega saja tidak ada di DPR tahun 1998.
Bukankah MegaÂwati menenÂtang rezim Orba?
Saya tidak melihat ada orang PDI ketika itu. Yang saya lihat hanya orang PNI. Satu bus ke DPR. Sehari sebeÂlum Soeharto lengser, kami menÂduduki gedung DPR.
Bukankah toÂkoh-tokoh PDI ikut berperan?
People power mendukung seÂkali ketika terjadiÂnya reformasi. TiÂdak semuaÂnya dari kalaÂngan naÂsioÂnalis dan PDI. Yang bergeÂrak saat itu adalah people power, bukan hanya PDI dan Megawati.
Apa Anda sudah konfirmasi ke Taufik Kiemas?
Saya tidak mau. Saya sudah merasa habis manis sepah diÂbuang.
Kenapa?
Saya ikut berjuang agar Mega berhasil. Saya membantu meÂnenÂtang kongres PDI Soerjadi. SeÂtelah berhasil, saya dicampakÂkan. Kan banyak orang yang ikut berjuang, juga dicampakkan.
Apa lagi yang Anda kritisi terÂhadap isi buku itu?
Komentar para tokoh masyaÂraÂÂkat kurang mengerti perjuaÂngan melengserkan Soeharto. SemuaÂnya hanya memuji-muji MegaÂwati.
Mega memang bagus, tapi kalau urusan berjuang melengserÂkan Soeharto ketika itu, nanti dulu. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19
Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54