@erikarlebang
@erikarlebang
Sejauh ini, tidak ada masalah "politik berat" yang disinggungnya, sampai tadi pagi (Selasa, 24/1), @erikarlebang berkicau tentang hubungan antara presiden dan media di Indonesia. Dalam kicauan singkat sebanyak 17 kali, ia mencoba memotret dengan jernih plus dan minus kebebasan pers Indonesia. Ke-17 kicauan itu tidak diberi hastag. Kalau boleh diberi judul, maka judul yang kira-kira tepat adalah "Presiden Kita dan Media Kita".
Berikut kicauan @erikarlebang.
1. Lucu juga memperhatikan dinamika media dan kebebasan yg dimilikinya dalam mengkritisi pemerintah saat ini. Saya belum lahir jaman yg pertama.
2. Tapi dr pemerintahan presiden kedua sampai sekarang dinamika media itu menarik sekali. Presiden ketiga sih lebih tepatnya media baru bebas.
3. Kalau yg kedua kan memerintah dgn tangan besi. Praktis media dikuasai oleh maunya dia. Membangkang sedikit, ditutup! 'Dibredel' jaman itu.
4. Wajar kalau pemerintahannya berkesan mulus. Api dinamika cuma ada di lingkungan dalam, itupun gejolaknya kecil. Makanya 3 dekade lancar jaya.
5. Tapi pemerintahan tidak dikontrol media, rapuhnya luar biasa. Kerusakan 2 dekade terakhir tidak terdeteksi luas. Hancur saat tiba saatnya.
6. Tapi media kelewat terbuka, orientasinya jadi komersil. Basisnya "Bad News is a Good (Selling) News" angkat yg jelek-jelek, isyu yg menarik.
7. Belum kalau tai-pan pemilik medianya berambisi menjadi pemimpin negara, wah makin banyak sesi pemerintah diserang oleh media milik mereka.
8. Presiden ketiga dan keempat, yang berbasis sipil, rasakan sekali imbas keterbukaan media yg menjadi bumerang untuk masa pemerintahan mereka.
9. Presiden keempat yg paling merana. Permainan politik dan kompor media membuat kebijaksanaan yg dekat dengan kepentingan rakyat jadi sia-sia.
10. Ia adalah pemimipin kedua (setelah presiden pertama) yg merasakan 'kudeta', didongkel dari jabatannya. Walau nasibnya tetap lebih bagus ksanaan (kebijaksanaan? red) yg dekat dengan kepentingan rakyat jadi sia-sia.
11. Presiden sesudah dia, karena memang minim prestasi dan kapabilitas, wajar kalau 'dibantai' habis-habisan oleh media. Gak salah juga ksanaan (kebijaksanaan? red) yg dekat dengan kepentingan rakyat jadi sia-sia.
12. Presiden sekarang? Sama saja. Media tetap 'mengawal'nya secara keras. Opini rakyat 'dipelintir' sedemikian rupa, agar membuat semua jd buruk.
13. Tapi dia malah melenggang hingga memenangi pemilihan kedua, walau demikian media tetap keras. Ke sisi buruk opini publik 'diarahkan'.
14. Tapi mungkin karena basisnya militer dan pengaruhnya kuat, politik dan media agak kesulitan mendongkelnya dari kursi sekarang. Masih kokoh!
15. Intinya? Jangan mudah begitu saja termakan oleh media tentang penggambaran keburukan pemerintahan. Mengacu pd presiden ketiga dan keempat.
16. Hingga kini mereka dielu-elukan. Disanjung dan dianggap legendaris. Kenapa? Karena mereka memang negarawan besar yang memiliki prestasi.
17. Bisa jadi pengalaman itu terulang ke presiden sekarang. Dicaci sana sini, tp kebelakangnya akan dipuji setengah mati. Kita lihat saja nanti.
Ada yang ingin menanggapi kicauannya? [guh]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Senin, 29 Desember 2025 | 00:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05
Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00
Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44
Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15
Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40
Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28