Athar
Athar
RMOL. Presiden SBY saat Rapat Pimpinan Polri mengatakan akan menambahkan anggaran Rp 8 triliun dari anggaran minimal Rp 48,89 triliun untuk 2012.
“Ini luar biasa. Padahal, kinerja Timur Pradopo memble. PertaÂnyaannya, buat apa anggaran Polri ditambah kalau tidak ada prestasinya,’’ tegas Ketua Komisi Kepolisian Indonesia (KKI) Athar, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya Timur Pradopo mengatakan, dana tersebut diÂperluÂkan agar Polri bisa mencipÂtakan fungsi dan peran anggota kepolisian yang ideal dalam menÂjalankan tugasnya untuk mengaÂyomi masyarakat dan menciptaÂkan keamanan dalam negeri.
Athar selanjutnya mengatakan, kata-kata Timur Pradopo itu baÂgaikan angin surga. Tapi tindakan riilnya tidak ada. Yang terjadi sekarang ini, masyarakat kurang senang terhadap polisi, karena banyak kasus yang menindas rakyat melibatkan polisi.
“Tapi Kapolri tidak bisa berÂbuat apa-apa. Ini kan sangat disesalkan,’’ katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apalagi alasannya sehingga Anda menilai kinerja Kapolri memble?
Alasannya sederhana saja, coba tanya masyarakat bagaiÂmana kiÂnerja Polri di bawah komando TiÂmur Pradopo di mata mereka. Saya kira jawabanya kuÂrang meÂmuaskan. Kata-kata mengaÂyomi masyarakat itu hanya sekadar ucapan. TinÂdakan riilÂnya tidak terlihat. MaÂsyaÂrakat kan jadi apatis.
Secara inÂterÂnal juga, Kapolri kurang diÂterima jajaran pejabat di sana. Sebab, membiarÂkan weweÂnang Polri diambil insÂtansi lain. MisalÂnya, wewenang Polri dalam pengaÂwasan orang asing, sekaÂrang wewenang itu ditangani Imigrasi, KemenÂkumÂham.
Timur Pradopo tiÂdak berbuat apa-apa, memÂÂbiarÂkan begitu saja. Ini yang sangat diseÂsalÂkan jajaran pejabat Polri. SeÂbab, Timur diÂnilai mengorbankan institusi Polri demi popularitasÂnya sendiri.
Maksudnya?
Secara pribadi Timur dipuji pemimpin lembaga atau instansi lain. Sebab, tidak berbuat apa-apa saat wewenang Polri diambil. Ini kan tindakan kurang bijaksana.
Kenapa Anda bilang begitu?
Timur Pradopo tidak memperÂhitungkan Polri nantinya akan terdegradasi dari konstelasi ketaÂtanegaraan dan fungsinya. Ini semua karena kurang paham tentang masalah keamanan yang hakikinya resultan dengan peneÂgak hukum.
Kapolri menerapkan strategi bagai mata angin bermuara dua arah. Membela Polri dengan meÂnambah anggaran. Sedangkan untuk kepentingan pribadiÂnya menggandeng TNI agar aman untuk menyandang jabatan Kapolri karena dinilai nurut.
Bukankah Timur Pradopo selalu bekerja keras?
Siapa bilang. Kapolri hanya ngoÂmong saja selalu bekerja optiÂmal di saat tersudut dengan seÂrangan opini publik terhadap kinerja Polri.
Bagaimana dengan kinerja Kapolri sebelumnya?
Sangat berbeda sekali. MisalÂnya BimanÂtoro berhasil memperÂjuangkan Polri lepas dari ABRI, sehingga sekarang ini Polri di bawah PreÂsiden yang dipayungi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri.
Kemudian Sutanto saat menjaÂbat Kapolri membawa Polri meÂmerangi teroris, judi, dan mafia. Selanjutnya Bambang Hendarso Danuri berhail merebut keweÂnangan Polri dalam menangani Lalu linÂtas dengan Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
Sementara Jenderal Timur PraÂdopo malah tidak mampu memÂbendung perebutan weweÂnang Polri dalam pengawasan orang asing yang sekarang ini ditangani Imigrasi. Bukan itu saja, nanti kewenangan Polri diÂambil lagi kalau nanti RUU KamÂnas diunÂdangkan.
Kewenangan apa yang bakal diambil itu?
RUU Kamnas dinilai mengutaÂrakan supremasi power ketimÂbang supremasi hukum. RUU Kamnas ini sudah bergulir sejak 2006. Namun selalu gagal karena berbeda dengan dinamika perÂkemÂbangan masyarakat. Namun terus digulirkan tahun 2007, 2008, 2009, dan Maret 2011. Yang terakhir ini, Timur Pradopo menandatangani persetujuan RUU Kamnas.
RUU Kamnas dinilai mengutaÂrakan supremasi power ketimÂbang supremasi hukum. RUU Kamnas ini sudah bergulir sejak 2006. Namun selalu gagal karena berbeda dengan dinamika perÂkemÂbangan masyarakat. Namun terus digulirkan tahun 2007, 2008, 2009, dan Maret 2011. Yang terakhir ini, Timur Pradopo menandatangani persetujuan RUU Kamnas.
Apanya yang merugikan Polri, bukankah tujuannya seÂmua demi keamanan masyaraÂkat?
Kalau RUU Kamnas dicermati, ini jelas akan mempecundangi Polri dengan konsep teritorialnya akan menguasai semua lini, dengan dalih tertib sipil, tertib militer. Tapi Timur Pradopo tidak bisa berbuat apa-apa.
Bagaimana reaksi perwira tinggi Polri?
Masyarakat pasti terperanjat kalau tahu lebih dekat masalah internal Polri. Puluhan perwira tinggi nggrundel. Mereka menyaÂtakan rusak polisi kalau begini.
Apalagi Timur Pradopo cenÂdeÂrung memposisikan teman seÂangkatanya (78 sentris) dalam jaÂbatan strategis. Celakanya teÂman seangkatannya itu kinerjaÂnya buruk, sehingga mencuat kasus perkebunan, tambang, dan judi.
O ya, bagaimana soal rekeÂning gendut di elite Polri?
Ini fenomena berbeda. Yang jelas tak ada lagi rekening gendut. Depositnya bukan di Bank, meÂlainkan berujud pecahan kaca alias berlian dengan nominal teÂrendah senilai Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar. Selain itu berwujud dolar. Bukan disimpan di brankas namun dititip sama orang lain. Diduga perwira tinggi ini berhasil menghimpun dana seharinya di atas Rp 3 miliar.
Perwira tinggi yang lain memÂperoleh “86†istilah populer di Polri dari seorang konglomerat yang berpengaruh sebesar Rp 30 miliar tiap bulan. Ini dari proyek kerja sama yang mendatangkan uang tiap hari. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05