Said Aqil Siradj
Said Aqil Siradj
RMOL. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menegaskan, konflik yang terjadi di Sampang, (Madura), Jawa Timur, bukan antara Sunni dan Syiah, melainkan perselisihan keluarga.
“Peristiwa di Sampang itu konflik antara kakak dan adik,†katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Buktinya, di daerah lain tidak pernah terjadi konflik sekeras itu. Misalnya di daerah Jawa Barat, Banten serta luar Jawa tidak terjadi konflik Sunni-Syiah, apaÂlagi NU-Syiah.
“Syiah dan Sunni itu bisa ketemu dan didialogkan,†dia menambahkan.
Seperti diberitakan, Pesantren Islam Syiah di Dusun NangÂkerÂnang, Desa Karang Gayam, KeÂcaÂmatan Omben, Kabupaten SamÂpang, beberapa hari lalu dibaÂkar massa. Lokasi pesantren yang dibakar sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Sampang.
Saat itu, ratusan orang dari berÂbagai desa di Kecamatan Omben dan tetangganya, Karang Penang, datang menyerbu pusat Islam Syiah di Madura tersebut.
Said Aqil menyayangkan serta mengecam setiap aksi kekerasan. Dia menilai, kasus yang terjadi di Sampang dipicu oleh persaingan antarsaudara atau keluarga. Bisa dalam bentuk perebutan peÂngaruh, santri, pesantren ataupun waris.
“Jadi, harus dipahami dan mari lokalisir ini menjadi sebatas konflik keluarga,†tandasnya.
Menurut Anda, adakah piÂhak ketiga yang bermain dalam konflik tersebut?
Siapa pun yang berbuat kriÂminal harus ditindak, itu intinya. Konflik itu kemungkinan ada yang menumpangi.
Terjadinya konflik di mana-mana, kalau besar seperti itu, pasti ada yang menumpangi atau yang bermain di belakangnya. PasÂti ada pihak ketiga. Padahal, konÂflik bisa diselesaikan dengan cara berÂdialog, bukan dengan golok.
Karena itu, dibutuhkan ukhuÂwah islamiah lintas mazhab, aliran, politik, dan etnik. NamaÂnya umat Islam harus bersatu ketika menghadapi tantangan dan problem dari pihak luar. Jangan ada disintegrasi.
Anda yakin hanya konflik keluarga?
Saya sudah kontak Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Bupati Sampang, dan lainnya. SeÂmuanya mengatakan, pada daÂsarÂnya kejadian itu karena ada konÂflik keluarga.
Selama ini tidak ada dialog?
Pemerintah sering memperÂteÂmukan Syiah-Sunni. Misalnya, perÂnah dilakukan di Istana BoÂgor, dibuka oleh Pak SBY. Kebetulan saÂya narasumber dari NU. ArtiÂnya, semuanya bisa diÂdialogkan.
Syiah-Sunni memang ada perÂbedaan, tetapi tidak sampai menÂdasar. Tuhan, tauhid, nabi, dan ibadahnya sama.
Penyelesaiannya cukup deÂngan dialog?
Kalau konflik keluarga harus diselesaikan secara kekeluargaan, kalau mengenai mazhab bisa diselesaikan dengan dialog dan ketika terjadi konflik yang ada huÂbungannya dengan peÂmeÂrinÂtah, penegak hukum harus meÂninÂdak tegas pelaku yang melanggar undang-undang. Perilaku anarÂkistis harus ditindak tegas.
Sebagai Ketua Umum PBNU, Anda menyayangkan kejadian itu?
NU, sesuai dengan ajaran IsÂlam, mengecam dan menentang serta mengutuk segala tindakan kekerasan. Seperti dalam Alquran disebutkan, laa ikroha fiddin, artiÂnya tidak ada kekerasan di dalam menyebarkan agama.
Sejak berdiri, niat, visi dan misi NU ingin menciptakan solidaritas atau ukhuwah islamiah dan NU juga menjujung tinggi Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29.
Pandangan Anda tentang Syiah?
Waktu saya kuliah di Timur Tengah diajarkan aliran-aliran Islam, dan salah satunya Syiah. Jadi, Syiah itu ketika saya belajar di Timur Tengah termasuk dalam aliran Islam atau mazhab Islam. Apalagi Sunni.
Perbedaan pasti ada di mana-mana. Saya berharap Syiah dan Sunni bisa saling menghargai. Sejak awal sejarah Islam, Syiah sudah ada.
Bahkan, ketika paham itu datang ke Indonesia, pendiri NU Hasyim Asyari tidak pernah menyinggungnya.
Presiden Iran Ahmadinejad yang juga pengikut Syiah pernah datang ke Kantor PBNU. Dan beda pendapat itu memang ada. Tetapi, tidak harus saling benci dan bermusuhan. Semuanya sauÂdara. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05