M Zainul Majdi
M Zainul Majdi
RMOL. Pascabentrokan berdarah di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat, Gubernur M Zainal Majdi menyatakan Pemerintah Provinsi NTB akan lebih memperkuat supervisi pertambangan yang ada di sana.
“Musibah yang terjadi di PeÂlabuhan Sape merupakan moÂmenÂtum untuk lebih menata lagi keseluruhan pola pemanfaatan sumÂber daya alam di daerah-daeÂrah, termasuk di NTB,†kata M Zainul Majdi kepada Rakyat Merdeka, Senin (26/12).
Menurut Zainul, di Provinsi NTB, kewenangan pemberian izin usaha pertambangan berada di kabupaten atau kota. Untuk itu, pemerintah Provinsi NTB akan meÂminta kepada pemerintah kaÂbupaten atau kota untuk lebih berÂhati-hati dalam mengeluarkan izin pertambangan.
“Khususnya pertambangan atau sumber daya alam itu ada perÂÂsinggungan dengan kepenÂtingÂan masyarakat. Jadi, perlu sosialisasi yang baik, kemudian dipastikan masyarakat tidak diruÂgikan,†kata Zainul.
Tanggapan Anda soal keruÂsuhÂan di Bima?
Tentu saya prihatin dan meÂnyesali jatuhnya korban dalam keÂjadian itu. Saya selaku GuÂbernur NTB mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga korÂban. Pemerintah Provinsi NTB memberikan pengobatan kepada korban sampai sembuh, menangÂgung biaya pengobatan kemudian memberikan santunan kepada keluarga korban yang meninggal.
Harapan Anda?
Yang penting mengembalikan keadaan di sana. NTB punya banyak potensi, itu akan berhasil diÂmanfaatkan bila ada situasi yang kondusif dan aman. Saya meÂngajak seluruh masyarakat meÂnyelesaikan masalah yang ada dengan semangat persaudaraan dan menurut aturan yang ada. FaÂsilitas-fasilitas umum kita jaga berÂsama.
Selama ini bagaimana peÂngaÂÂwasÂan izin pertambang dari PemÂprov NTB?
Dari data yang ada, perusahaan yang memperoleh izin dari BuÂpati Bima masih dalam tahap eksÂplorasi.
Namun, memang ada keÂkhaÂwatiran dari masyarakat, seÂjak Februari 2011 pernah terjadi aksi maÂÂsyarakat terkait pertamÂbangÂan. Dan pada saat itu juga saya sudah sampaikan kepada Pemkab Bima untuk meninjau ulang izin itu dan minta untuk disoÂsialiÂsaÂsiÂkan lebih intensif kepada maÂsyaÂrakat. Ini suatu momentum baÂgi pemÂprov untuk memperÂkuÂat peÂngawasannya.
Perintah Pemprov tidak diÂdeÂngarkan, bagaimana soal koorÂdinasi?
Saya pikir otoritas itu harus diimbangi dengan akuntabilitas. Kami berharap pemerintah pusat bisa mengeluarkan payung huÂkum yang lebih tegas sehingga di tingkat provinsi bila ada hal seÂperti ini bisa langsung ditangani dalam kebijakan yang komÂpreÂhensif.
Tidak sebatas mengimbau, tiÂdak sebatas meminta, tidak seÂbatas mengingatkan tapi ada juga langkah yang lebih dari itu.
Anda ingin pemprov dilibatÂkan?
Kita harus buka mata agar seÂmua perizinan itu ada mekanisme koreksinya di tingkat pemeÂrinÂtahÂan yang lebih tinggi. Bila dikeÂluarkan di tingkat kabupaten, miÂsalnya dianggap kurang meÂwaÂdahi kepentingan masyarakat, ya harusnya di tingkat provinsi ada kewenangan untuk mengoreksi itu.
Seberapa penting payung huÂkum itu?
Menurut saya ini bagian yang penting. Di NTB ada sekitar 48 kuasa pertambangan (KP) yang sebaÂgiannya bisa berubah menÂjadi IUP berdasarkan undang-unÂdang yang baru.
Dari 48 itu hampir semuanya bermasalah. Artinya, ada yang tumÂpang tindih antara satu deÂngan yang lain, dan sebagainya. Potensi konflik sumber daya alam tidak hanya di Bima saja tapi di seluruh penjuru Indonesia, di daeÂrah yang punya potensi perÂtamÂbangan.
Kesannya ada pembiaran daÂÂlam kasus itu?
Tidak ada istilah pembiaran dalam masalah ini. Ketika mulai terjadi eskalasi masyarakat menÂduduki pelabuhan, pemprov langÂsung menginstruksikan bupati agar mencabut izin pertamÂbangÂan.
Namun, karena secara legal formal tidak ada masalah, sehingÂga pencabutan itu tidak bisa. Lalu Bupati memutuskan untuk meÂnunÂda selama satu tahun dan suÂdah dibicarakan dengan maÂsyaÂrakat. Tapi masyarakat berÂsiÂkuÂkuh izin itu dicabut.
Pemprov NTB akan meÂmangÂgil Pemkab Bima?
Saya sebagai gubernur sudah merencanakan memanggil Bupati Bima agar memberikan laporan secara terinci. Laporan via teleÂpon sudah beliau lakukan.
Saya juga secara khusus sudah mengutus Wakil Gubernur NTB berangkat ke Bima untuk meÂmastikan koordinasi seluruh instansi vertikal yang bertugas, termasuk kepolisian.
Kasus itu akan diusut, tangÂgapan Anda?
Silakan saja lakukan peÂnyiÂdikan. Semua elemen ingin maÂsalah ini diselesaikan dengan daÂmai. SeÂmangat kita adalah memÂbangun kebersamaan, dan keÂjadian ini tidak boleh terulang laÂgi. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17
Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27
Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05