Berita

ilustrasi

Adhie M Massardi

Keajaiban Dunia

Oleh Adhie M. Massardi
SABTU, 05 NOVEMBER 2011 | 13:13 WIB

BANGSA Indonesia dalam satu dasa warsa terakhir ini berjalan tanpa kepemimpinan. Kita hanya memiliki sekelompok elite penguasa yang mengontrol sejumlah lembaga (penyelenggara) negara dengan semangat “aji mumpung”. Tanpa cita-cita, tanpa visi, kecuali keinginan untuk menjadi pencuri.

Mayoritas elite penguasa, mulai dari pusat hingga ke pelosok daerah, sibuk melakukan korupsi dan mengatur strategi bagaimana lolos dari jerat hukum. Kalau perlu, melakukan kebohongan terbuka dengan meneriakan kata-kata yang sama dengan yang diteriakan rakyat semesta: “Uang negara dirampok…!”

Ada juga seorang wakil presiden, yang tak perlu disebut namanya, dalam sebuah forum pertemuan di kantornya menjelaskan kriteria pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik itu pemimpin yang amanah, yang jujur. “Satu kata dengan perbuatan,” katanya.

Padahal kita semua tahu, elite penguasa di negeri ini, tentu saja termasuk dua tokoh yang kata-katanya saya kutip (di atas), menurut Buya Syafi”I Ma”arif, termasuk golongan orang-orang yang sudah mengalami “pecah kongsi antara omongan dan perbuatannya” alias pendusta!

Negara yang dikendalikan oleh orang-orang yang sudah mengalami “pecah kongsi antara kata dan perbuatan” memang tidak akan menghasilkan apa-apa. Kalau toh melahirkan kebangan, hanyalah kebanggaan semu. Seperti album lagu, yang begitu kelar kita dengar selanjutnya akan terasa hambar.

Maka ketika ada orang punya gagasan bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa hanya dengan mengetik KOMODO dan dikirim via SMS ke nomer tertentu, segera jutaan rakyat Indonesia melakukannya. Presiden Yudhoyono dan para pejabat di kabinetnya juga tak mau ketinggalan.

Reaksi spontan yang membahana masyarakat agar Komodo bisa menjadi bagian dari “Tujuh Keajaiban Dunia” yang kemudian menjadi kontroversial itu, memang cermin kehausan bangsa kita agar mendapat tempat lumayan terhormat di mata dunia internasional.

Selama ini mata dunia melihat bangsa kita sebagai bangsa paling korup, perusak lingkungan, pemimpinnya pembohong, pengusahanya tukang suap, demoralisasi terjadi di segala bidang, mudah dikangkangi negara asing, bahkan oleh tetangganya yang jauh lebih kecil seperti Singapura dan Malaysia.

Maka hanya kesedihan belaka setiap melihat atlet, seniman dan pelajar yang akan berkiprah di luar negeri dengan penuh semangat berkata: “Demi mengharumkan nama bangsa dan negara di dunia internasional…!”

Mereka sama sekali tidak tahu bahwa sesungguhnya negara (pemerintah) punya KBRI yang merupakan instrumen lebih jelas, formal dan dibiayai rakyat dengan sangat mahal.

Mereka (atlet, pelajar dan seniman) itu juga tidak tahu betapa segelintir mereka “mengharumkan nama bangsa” kurang punya arti di dunia internasional dibandingkan dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan elite bangsa yang secara –menerus dan sistematis melakukan pembusukan bangsa dengan berbagai kelakuan mereka yang sungguh tidak terpuji: korupsi, menggadaikan nasib bangsanya kepada negara asing, membiarkan rakyatnya mengais rejeki recehan di negara tetangga…

Padahal kalau rezim ini jujur dan tidak korup, pada 2004 negara kita secara politik sudah masuk dalam daftar “keajaiban dunia” sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di muka bumi setelah India dan Amerika Serikat.

Sayang, prestasi demokrasi kita dirusak dan dicederai dengan berbagai skandal (mafia) pemilu yang menjijikan. Akibatnya, meminjam judul sebuah buku: Pemilu abal-abal hanya melahirkan perwakilan dan pemimpin yang juga abal-abal. Padahal pemimpin abal-abal hanya akan bikin bangsa ini sial…! [***]

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

UPDATE

Prabowo-Erdogan Saksikan Penandatanganan 12 MoU Kerja Sama

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:35

Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:34

KPK Jangan Jadi Alat Kepentingan dalam Kasus Hasto

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:32

Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.583 Triliun per Akhir 2024

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:09

Bertemu Erdogan, Prabowo Tekankan Penguatan Kemitraan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:58

Mandiri Investment Forum 2025, Strategi Investasi dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:53

Ketua Komisi VII Pastikan Tak Ada Kontributor dan Karyawan TVRI-RRI yang Dirumahkan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:51

Anggaran KPU Dipangkas Hampir Rp 1 Triliun

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:40

Efisiensi Anggaran Prabowo Dinilai Tepat, Pengamat: Penyusunan Selama Ini Ugal-ugalan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:35

Singgung Efisiensi, Hasto Minta Kepala Daerah PDIP Tak Berpikir Anggaran Dulu

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:31

Selengkapnya