Berita

ilustrasi

Adhie M Massardi

Frustrasi Melawan Korupsi...

Oleh Adhie Massardi
KAMIS, 06 OKTOBER 2011 | 16:11 WIB

KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) pernah jadi kebanggaan bangsa Indonesia sebagai ujung tombak pemburu koruptor. Institusi hukum yang dijuluki lembaga superbody karena bisa berbuat apa saja ini, memang hebat. Bisa memenjarakan anggota DPR. Bahkan bisa menggeledah kantor Ketua Mahkamah Agung (MA).

Puncak prestasi KPK terjadi pada Kamis, 27 November 2008. Kita tahu, hari itu bekas Deputi Gubernur Bank Indonesia Aulia Pohan, besan Presiden Yudhoyono, ditahan KPK setelah beberapa kali diperiksa sebagai tersangka gara-gara skandal keuangan di yayasan milik BI. Disebut puncak prestasi karena sejak itu KPK benar-benar dirundung sial. Antasari Azhar, sang ketua KPK yang kontroversial itu, masuk bui secara kontroversial pula. Ia dituduh mengotaki pembunuhan Nasruddin.

Sehingga niat Antasari membongkar korupsi dan manipulasi di KPU (di sektor IT), dan membongkar rekayasa bailout Bank Century pun sirna. Apalagi kemudian dua pimpinan KPK lainnya, Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah, juga dikriminalisasi dalam kemasan idiom “cicak vs buaya”.

Citra KPK semakin ambruk setelah berurusan dengan Nazaruddin, Bendahara Umum Partai Demokrat, yang sukses mempertahankan Ketua Dewan Pembinanya, Susilo Bambang Yudhoyono, menduduki kursi RI-1 untuk kedua kalinya.

Kita memang menyaksikan betapa KPK menjadi institusi hukum yang semakin canggung dan serba tak jelas justru setelah sukses menangkap orang-orang Nazaruddin yang melakukan skandal penyuapan milyaran rupiah untuk memuluskan tender proyek Wisma Atlet, secara langsung dan terbuka, di kantor Menegpora Andi Mallarangeng, yang juga petinggi Partai Demokrat.

Ketika menjalankan operasinya di Kantor Kemnegpora, orang-orang KPK tampaknya tak menyangka skandal suap itu bakal melibatkan orang-orang penting di partai penguasa. Orang-orang KPK tampaknya juga tak menyangka bahwa meskipun dalam keadaan buron di tempat yang jauh, Nazaruddin bisa mengobok-obok KPK sehingga masyarakat yang semula meyakini kemampuan KPK, kini jadi sangsi.

Antusiasme publik yang luar biasa terhadap Posko Pengaduan Praktik Mafia Anggaran DPR yang didirikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida bersama fungsionaris Partai Golkar Zainal Bintang, membuktikan hal itu. Karena banyak orang kini hopeless mengadu ke KPK, yang bila berurusan dengan koruptor di pusat kekuasaan selalu saja gamang.

Tapi ketika saya ngobrol dengan La Ode Ida, dan menanyakan mau dibawa ke mana dokumen-dokumen tentang Mafia Anggaran yang dilaporkan masyarakat itu, dia menjawab: “Dibawa ke KPK…!”

Lha, bukankah KPK sudah punya Nazaruddin, kunci yang bisa membuka Mafia Anggaran sampai ke puncak kekuasaan? Dan bukankah Nazaruddin juga sudah bicara secara terbuka modus operandi dan siapa saja komplotan para perampok APBN di DPR?

Kalau KPK memang sungguh-sungguh ingin membongkar dan menggasak para perampok APBN, dan bukan sekadar mencari dukungan publik yang terlanjur mencibir, sebenarnya mudah saja. Toh “kunci” sudah di tangan KPK. Tinggal bergerak saja.

Tapi memberantas korupsi yang sudah menjadi bagian dari rezim (korup), memang sulit. Kalau tekad kurang kuat, bisa bikin kita frustrasi. Sebab para koruptor di era rezim korup nyaris tak bisa disentuh tangan-tangan hukum.

Makanya, seorang Mahfud MD yang Ketua Mahkamah Konstitusi saja, hanya bisa geleng-geleng kepala ketika menghadapi Andi Nurpati, tokoh Partai Demokrat, dalam skandal Mafia Pemilu.

Lalu bagaimana melawan korupsi yang sudah merata di kalangan elite penguasa seperti sekarang ini? Ibarat lumbung, kalau sudah dipenuhi tikus, tak salah jika lumbungnya dibakar. Yang penting kita siapkan pemadam kebakaran agar tidak menjalar ke tempat lain! [***]


Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

UPDATE

Prabowo-Erdogan Saksikan Penandatanganan 12 MoU Kerja Sama

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:35

Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:34

KPK Jangan Jadi Alat Kepentingan dalam Kasus Hasto

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:32

Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.583 Triliun per Akhir 2024

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:09

Bertemu Erdogan, Prabowo Tekankan Penguatan Kemitraan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:58

Mandiri Investment Forum 2025, Strategi Investasi dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:53

Ketua Komisi VII Pastikan Tak Ada Kontributor dan Karyawan TVRI-RRI yang Dirumahkan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:51

Anggaran KPU Dipangkas Hampir Rp 1 Triliun

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:40

Efisiensi Anggaran Prabowo Dinilai Tepat, Pengamat: Penyusunan Selama Ini Ugal-ugalan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:35

Singgung Efisiensi, Hasto Minta Kepala Daerah PDIP Tak Berpikir Anggaran Dulu

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:31

Selengkapnya